71. ekstra part-lingga

1.3K 133 19
                                    

Pagi hari yang begitu gelap ini, seorang balita berusia 35 bulan tengah terbaring dengan nyenyak di dalam box bayi miliknya. Ia sama sekali tidak terganggu dengan bunyi petir serta hujan yang turun dengan begitu deras.

Namun beberapa saat kemudian, mata bulan sabitnya terbuka. ia menatap langit langit kamarnya yang berwarna biru muda dengan gantungan berwarna warni dengan mata beningnya. Ia berkedip kedip pelan menghilangkan rasa kantuk setelah hampir dua belas jam dia tertidur.

"Adek lingga, sudah bangun?" mendengar namanya disebut, bayi bernama lingga menoleh dengan malas. Dia masih mengantuk tapi sudah waktunya dia bangun. "yayah" gumam nya melihat keberadaan pria yang dengan gagah berdiri menggunakan seragamnya. Lingga senang sekali melihat ayahnya yang memakai seragam, menurutnya ayah itu keren sekali.

"yuk bangun dulu sama ayah. Ibu lagi bantuin cece pakai baju. Adek Lingga mau minum susu?" Lingga menganggukan kepala,  ia menyandarkan kepalanya di bahu sang ayah sementara ayahnya dengan sigap membuat susu di botol yang baru. Lingga masih senang menyusu di dalam botol walaupun mereka sudah tidak lagi tidur bersama.

"Ibu, Cece, adek lingga sudah bangun nih" Lingga masih menyusu di gendongan sang ayah sambil melihat ibu tengah mengikat rambut cecenya. Cece tengah duduk dengan anteng sambil sesekali memakan kue nastar buatan ibu. "lingga sudah bangun, nak? mau makan sama ibu apa sama ayah?"

lingga melepas dot di mulutnya. "sendirii!" ia menjawab antusias kemudian memberikan dot nya kepada sang ibu. Naya dengan senang hati menerima botol susu berwarna biru milik lingga. "adek mau makan sendiri?" Lingga mengangguk antusias mendengar tawaran dari sang ayah. "ya udah makannya di samping cece ya. Cece, adek boleh makannya di samping cece?"

Sukma, kakak dari lingga yang sekarang sudah cantik dengan seragam sekolah khas anak taman kanak kanak dengan rambut yang dikepang dua. "terima kasih cece sudah mau ditemani adek" Nakula memberikan pujian kepada putri sulungnya. sukma hanya tersenyum. ia menggeser kue nastar di depannya untuk berbagi bersama lingga. "adek mawu?"

"cece, adeknya dikasih satu saja ya. Kalau sudah makan manis nanti adek ngga mau makan nasi" ibu bersuara dari dapur. cece mengangguk. "satu aja ya. nanti kita makan lagi kalau cece puyang sekolah. gimana?"

Nakula yang tengah menyiapkan makanan tersenyum tipis. sukma memang sedari lingga lahir sangat menyayangi lingga walau semakin besar kelakuan lingga semakin diluar nalar.

"mau lagi" lingga meminta lagi kepada sang cece berharap dia mendapatkan satu buah nastar lagi. namun cece menggeleng. "adek hanya boyen satu kata ibu. Cece juga sudah makan nya. Ini yihat, cece tayun ini di yemayi ya. Nanti kita makan beysama sama waktu cece puyang. Oke?" lingga dengan berat hati menganggukan kepala menyaksikan kue buatan ibunya yang menurutnya enak itu  masuk ke dalam laci.

"adek mam ini aja" nakula memberikan potongan potongan buah ke mangkuk sukma dan lingga. Berbeda dengan dirinya yang sampai sekarang tidak terlalu makan, lingga doyan sekali makan, apapun dia makan, bahkan nakula sampai frustasi ketika fase lingga memakan semuanya termasuk bunga yang dijadikan 'perantara' oleh uyutnya.

"ibu masak sayur bening, telur dadar, tempe goreng, sama sayur buncis. cece sama adek boleh pilih yang mana yang mau kalian makan" naya memberikan pilihan kepada anaknya agar mereka mau menentukan pilihannya sendiri.

"cece mau sayuy bayam sama tempe, ibu" sukma memberitahu kepada ibunya tentang keinginannya. "oke, cece sama sayur bening terus tempe" ibunya mengambilkan puspa menu yang puspa mau. "adek mau apa?"

lingga menatap menu di depannya dengan bibir sedikit terbuka. "semua!" jawabnya antusias.

"adek yakin bakal habis?" nakula bertanya memastikan kepada anak bungsunya. lingga menganggukan kepala. "iyah" jawabnya pasti.

NAKULATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang