34. [home]

1.1K 139 10
                                    

Nakula pulang begitu mendapatkan flight pertama. persetan dengan pekerjaan, toh perusahaan itu miliknya. hah ia tau itu tindakan tidak bertanggung jawab namun mendengar kabar istrinya masuk rumah sakit pun tidak bisa membuatnya tenang daj fokus bekerja, untungnya ia bisa menelepon temannya yang sedang libur dan berkoordinasi dengan atasannnya agar dia bisa duduk di kursi yang ada sebagai extra crew sementara temannya menggantikan pekerjaannya di depan.

ia langsung pergi ke rumah adik iparnya karena naya dibawa kesana. Ini jam sebelas malam hampir jam dua belas dan untung saja rumah adik iparnya masih menyala dengan terang.

"masuk mas" nakula mengucapkan terima kasih kepada security yang membukakan gerbang tanpa bertanya seolah dia tahu kalau akan datang tamu malam malam begini.

"oh mas nakula. ayo masuk, naya kayanya lagi tidur deh di kamar" mala yang membukakan pintu kakak iparnya. nakula tersenyum dan menganggukan kepalanya. "makasih ya, mala. Arkan mana?"

"oy bro. makan dulu. ni kita berdua lagi makan mi rebus" arkan menyahut dari dapur. "baru makan lo?"

"engga sih, tadi udah makan malem cuma laper lagi aja. oh naya ada di kamar tamu yang itu. lo tidur sini aja deh udah malem juga" nakula menganggukan kepala. ia memang berniat menginap sehari disini.

"thanks ya, kan. Oh iya ini ada oleh oleh cuma ini gue beli di bandara karena gue ngga sempat jalan-jalan, sorry ya" nakula memberikan kantung plastik yang berisikan makanan yang sengaja ia beli di bandara sambil menunggu  flight. "eh ngga usah repot-repot mas"

nakula menggelengkan kepala. "ngga papa kok. gue ke naya bentar ya" ujarnya sambil menarik koper kecilnya ke kamar tamu. 

Nakula membuka pintu dengan pelan berharap tidak mengganggu nayanyang tengah tertidur. ia sebenarnya hendak mengecek kondisi naya tapi ia sadar ia belum bersih-bersih. ia memilih untuk mandi terlebih dahulu dan beruntung dia baru pulang bekerja yang artinya dia masih membawa pakaian bersih dan peralatan mandi disana. 

Nakula mengecek suhu tubuh naya. masih cukup tinggi. ia menghela napas, kemudian mengganti plester penurun demam di dahi sang istri. Sedikit kasihan karena istrinya terlihat cukup gelisah dan mengerang ketika tidur.

"mas?" naya memanggil nakula pelan, suaranya lemah. nakula yang tengah berusaha melepas plester menoleh. "udah bangun? mana yang sakit? masih pusing?"

naya menggelengkan kepala. "kamu pulang kapan? udah makan belum? astaga"

"naya, naya, tenang, sayang" nakula menahan tubuh naya yang hendak bangun. ia kembali merebahkan tubuh sang istri. "aku baru aja pulang. tadi aku udah makan di pesawat, kalau ga percaya tanya pramugari dan aku baru mandi. jadi, tenang naya. oke?"

naya menganggukan kepala membiarkan suaminya memasang plester penurun panas di dahinya. lampu ruang tengah sudah dimatikan pasti adik adik iparnya hendak beranjak tidur.

nakula mengunci pintu kemudian melepas kaosnya dan melangkah untuk tidur di samping sang istri. "pasti ngga enak ya?" bisiknya sambil meletakkan tangannya di atas perut naya. mengusapnya pelan. naya memejamkan matanya menikmati elusan tangan suaminya.

"masih bisa di tahan kok" gumam nya sambil bergeser ke pelukan suaminya. tangan kirinya masih diinfus,  untungnya mala memang membuka praktik di rumah jadi dia tidak repot repot ke rumah sakit selama tidak ada indikasi lebih parah.

"jadi kamu kenapa? tadi aku belum sempet nanya ke arkan"

"dehidrasi, gejala typhus, sama ya tekanan darah ku masih belum stabil. maaf ya, pasti bikin kamu khawatir" nakula berdecak tidak suka. "ngapain minta maaf, namanya sakit kan ngga ada yang tahu. lain kali jangan lupa minum air putih dan istirahat ya. pokoknya kerjaan jangan ada yang dibawa pulang nanti kamu stress mikirin kerja"

NAKULATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang