49. [angry]

1.1K 102 5
                                    

warning! 👀🔞9

jantung nakula hampir merosot ketika ia mendengar kabar naya kecelakaan dan dibawa ke rumah sakit. ponselnya ada di polisi bersama dengan mobilnya, ah itu mah urusan nanti yang penting sekarang ia melihat kondisi naya separah apa.

"mbak, ada korban kecelakaan namanya naya?" ia bertanya kepada perawat yang ada di igd. "naya? kanaya?"

"bukan" nakula menggelengkan kepala. "nayaka maheswari mbak atau ngga naya atmadja. ada? dia rambutnya panjang sepunggung, tingginya sekitar 160an cm dan pake dress warna biru muda" nakula menyebutkan ciri-ciri terakhir dari naya. "oh yang itu ada di ruang satu, pak"

"terima kasih, mbak" nakula melangkahkan kakinya berlari menuju ruang satu dimana naya dirawat.

Nakula menduga ia akan melihat istrinya berdarah darah atau terbaring lemah seperti di film film. Ia hampir terjatuh pingsan ketika melihat naya tengah duduk di ranjang dengan es krim di tangannya serta kaki yang digoyang goyang. "naya, damn it" nakula duduk di lantai melihat istrinya baik baik saja.

"oh hi suami? lagi apa? kok kesini?" ujarnya tanpa dosa. Nakula menghembuskan napas lelahnya. "aku dapat telepon dari polisi kalau kamu kecelakaan so i'm here. kupikir kamu kecelakaan parah"

"kata siapa? orang mobilku yang disruduk orang kok waktu aku nyari es krim. aku ngga ada di mobil jadi cuma lecet dikit karena jatuh ke aspal"

"terus handphone mu mana?"

"oh iya? mana ya? tadi aku langsung disuruh kesini sama polisi. aku minta maaf karena mobilku ringsek ketabrak dan harus dibawa polisi dan masuk bengkel. nanti aku ganti" ia berujar tanpa dosa.

"nay, i don't even care about that damn car. kamu tau ngga jantungku sekarang mau merosot turun dari jantung" nakula berujar sambil mendekat dan memeluk naya. naya menepuk nepuk punggung suaminya. "aku ngga papa, husband. ayo kita pulang. aku kangen sukma. pasti jam segini sukma nyariin aku mau nen"

"terus kamu disini ngapain?" nakula bertanya kepada istrinya. "oh aku tadi cuma diminta penjelasan aja. yang nabrak mobilku tuh anak SMP tau lagi kebut-kebutan" naya turun dari ranjang rumah sakit. tidak ada yang berubah dari jalan naya dan tidak ada lecet selain lecet di sikunya.

"yang mana orangnya? orang tuanya yang mana? ada di rumah sakit ini?" naya memeluk suaminya agar tidak emosi. "udah, ayah ibunya udah minta maaf kok. lagipula anaknya lagi dirawat di rumah sakit kondisinya cukup parah. udah, mas"

nakula berdecak ketika tubuhnya dibawa pergi oleh sang istri. naya bukannya tidak tau kalau suaminya marah. tapi ya untuk apa juga dia membiarkan suaminya marah karena itu tidak akan menyelesaikan masalah.

"sukma udah tidur belum mas?" nakula tetap diam dan menyetir dengan raut wajah masam. Naya meringis karena tau benar suaminya sedang kesal. "udah toh, jangan marah-marah. aku ngga kenapa napa juga" ujarnya sambil mengusap-usap siku suaminya.

nakula hanya meliriknya dingin. ia mengambil ponselnya kemudian menelepon seseorang. "halo mas, sukma masih nangis ngga?"

"sukma udah anteng nih. kenapa? naya baik baik aja kan?"

nakula menghela napas. "iya, dia baik baik aja. ini lagi balik sama aku. mas, aku titip sukma semalam ya? ada yang mau aku urus sama ibunya sukma sebentar"

naya yang ada di sebelahnya langsung mematung. waduh!

***

Naya tetap diam di belakang nakula yang tetap diam. pria itu sepertinya benar benar marah kepada sang istri karena tidak menghubunginya sama sekali. Bahkan ponsel naya sekarang tidak tahu kemana membuat nakula kesulitan menghubungi dirinya.

"waduh, ngamuk beneran" naya bergumam saat suaminya membanting pintu kamar. ia menghela napas. tahu endingnya kemana karena nakula tidak kunjung keluar.

Naya melangkah menyusul suaminya ke kamar mereka. jantungnya berdegup kencang bahkan ia menggigit bibirnya gugup ketika membuka sebuah ruangan yang tersambung dengan kamar mereka.

ruangan yang jarang sekali ia kunjungi. terakhir kali ia kunjungi ketika mereka belum memiliki sukma. rasanya takut juga masuk ke dalam ruangan yang begitu mencekam.

dibandingkan dengan kamar kamar lain, ruangan ini satu satunya ruangan yang paling gelap yang ada di rumahnya. Dinding bercat hitam dengan dekorasi merah senada dengan kuku milik naya serta pendingin ruangan yang menyala sangat rendah membuat udara dingin serasa menusuk tulang.

bunyi benda benda yang saling beradu membuat naya bergidik ngeri. ia mengusap kedua lengannya yang dingin dan melangkah mencari keberadaan suaminya.

Disana, di antara sebuah benda benda yang naya tidak tahu apa fungsinya. suaminya, nakula atmadja berdiri memunggungi dirinya.

pemandangan ini membuat pikiran naya kembali tertarik pada masa masa pertama kali mereka tidur bersama.

di depannya, dengan menunjukkan otot punggung yang terbentuk dengan sempurna. sosok nakula atmadja berdiri dengan agung.

"take off your clothes, maheswari" suaranya datar, menusuk, dan mendominasi. naya bahkan tidak bisa mengeluarkan kata apapun dari mulutnya diakibatkan suara nakula yang menusuknya.  Perlahan, tangan naya bergerak melepas dress yang ia pakai.

udara dingin menyambut kulitnya yang hanya terbalut pakaian dalam. namun nakula masih belum berbalik. tangannya sibuk menyentuh satu per satu benda yang membuat naya menahan napas. benda mana yang akan bersentuhan dengan kulitnya.

"on your knees" nakula kembali bersuara. naya membulatkan matanya. "mas?"

"i said what i said, Mrs."  dengan gugup naya menurunkan tubuhnya di tengah ruangan. Ia berlutut tepat di belakang tubuh nakula.

Nakula berbalik dengan sebuah tali dan penutup mata di depannya. "no. nakula. no" naya tidak bisa untuk tidak menyentuh tubuh suaminya ketika bercinta. Dia selalu menggenggam apapun ketika kegiatan malam mereka berdua, termasuk memeluk tubuh sempurna sang suami.

nakula menatap naya datar. ia berputar, berlutut dan mengikat kedua tangan naya di belakang tubuhnya hingga naya kesulitan bergerak. naya harus pasrah ketika kain berwarna merah menutupi wajahnya.

"bukankah aku pernah mengatakan kalau red really suits you?" bisik nakula dari belakang tubuh naya. Naya menggigit bibirnya karena nakula menyentuh telinganya dengan lidah, menggodanya karena tahu itu salah satu titik sensitif di tubuh naya.

naya bisa mendengar suara besi beradu yang ia ketahui kalau itu gunting. ia saat ini hanya bisa mengira-ngira apa yang akan dilakukan suaminya terhadapnya. bunyi gunting tersebut mendekat dan menyentuh kulitnya. Naya terkejut karena rasa dingin yang menyentuh dada atas nya. "i love your dress. But I love you more  without your dress"

dan dengan sekali guntingan, kain terakhir di tubuh naya terjun bebas meninggalkan sang pemilik. Naya menggigit bibirnya ketika nakula masih membiarkan dirinya berlutut dengan posisi seperti ini. Ia samar samar mendengar tangan suaminya menyentuh beberapa benda yang ada di dalam lemari.

suara tarikan benda yang cukup keras membuat naya tersentak. suaranya begitu menyeramkan ketika beradu dengan dinginnya lantai membuatnya bergidi.

"are you ready to get your punishment, Mrs. Atmadja?" naya bisa mengetahui kalau nakula tepat berada di depannya dari aroma tubuh sang suami.

ia menghela napas. berharap kalau nanti malam ia diizinkan beristirahat barang sejenak karena sudah lama nakula tidak melampiaskan emosinya pada sex.

"...yes, sir"

—————

jangan lupa untuk tinggalkan jejak disini ya bestie! thank you for reading💗

NAKULATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang