25. [Arkan's wedding]

1.3K 142 14
                                    

Hari Ini hari bahagia yang ada di dalam kalender Arkan. Setelah sekian lama menyendiri, arkam akhirnya merubah statusnya sebagai suami setelah ini. Benar, hari ini adalah hari pernikahan Arkan.

Acara yang diadakan di ballroom salah satu hotel ternama itu mengundang banyak orang karena arkan sendiri sangat ramah sehingga temannya banyak dan ada dimana mana, tidak seperti Naya.

Naya masuk ke kamar yang ditempati Arkan. Naya sudah rapi dengan dengan gaun putih sederhana. rambutnya ia gulung menjadi satu serta memakai riasan sederhana di wajahnya. Ia berusaha untuk tidak terlalu menonjol di pernikahan sang adik. "Arkan, cincin nikah udah sama lo kan ya?" Naya bertanya kepada Arkan karena menyadari ia tidak membawa benda terpenting dari pernikahannya. "Ada nih, sama gue" Arkan menunjukkan kotak berwarna merah di sakunya.

Naya menghela napas lega. "untung ada sama elo" ujarnya sambil menepuk nepuk kepala Arkan. "ya udah yuk turun. Bentar lagi dari pihak KUA sudah datang dan ngga enak kalau kita ngga ada disana dulu" Ajak Naya yang diangguki Arkan. Arkan bangkit dari tempatnya duduk, sedikit bercermin untuk menampilkan wajahnya. Ia sedikit membenarkan rambut miliknya sebelum menghela napas dengan gugup.

Naya tersenyum tipis, ia melangkah mendekat, berdiri di samping Arkan. Pria dengan wajah yang sama dengan dirinya benar benar terlihat gugup. Seumur ia hidup, ini kali pertama naya melihat Arkan segugup ini. Bahkan ketika wawancara pekerjaaan, Arkan tidak segugup ini.

"udah, jangan dipikir terus. Nanti lo malah lupa" naya menepuk bahu Arkan yang benar benar terlihat gugup. Arkan menoleh. "gue boleh minta peluk nggak?" Arkan bergumam, Naya tertawa sekilas kemudian menarik tubuh sang adik ke dalam pelukannya. "habis ini giliran gue ya? ngga nyangka kita bisa bareng-bareng sampai umur segini. Lo nanti jadi suami harus bener bener punya tanggung jawab" Arkan hanya mengangguk pelan di bahu naya.

"lo bisa ngga sih ngga usah nikah? gue masih ngga rela kalau lo nikah" Naya tertawa menanggapi ujaran Arkan. Mereka berdua tumbuh bersama dan tentu saja ketika mereka menikah dan harus berpisah, itu membuat mereka sedikit kesulitan.

"mas nakula datang agak telat ya, soalnya dia baru landing jam 7" Naya berujar sambil mengusap kepala adiknya. Arkan menganggukan kepala. "ya udah, yuk, turun"

Naya berdiri di sebelah orang tuanya, menyaksikan bagaimana sang adik melupakan rasa gugupnya. dengan tegas, pria yang selalu bersamanya itu mengucapkan janji suci.

Naya melihat sekitar, kedua orang tua mempelai masih dalam suasana haru selepas sepasang suami istri ini mengucapkan janji suci. Tamu undangan yang juga terdiri dari teman-temannya pun reno, yang juga sahabat dari arkan menghadiri prosesi sakral tersebut.

"Mbak" Arkan menarik naya ke dalam pelukannya. Naya menangis di dalam pelukan sang adik. Ia ingat betul, naya dan arkan hanya berbeda tiga puluh menit dengan naya yang menjadi seorang kakak. Mereka berdua tumbuh bersama sama. Walaupun lebih muda, Arkan benar benar melindungi sang kakak. Bahkan ketika putusnya hubungan Naya dan Reno, Arkan yang paling menyesali keputusannya memperkenalkan naya dan reno.

"yang benar jadi suami ya. Dan Mala, kalau misalnya Arkan berbuat yang melenceng, bilang sama gue ya. Biar gue hajar dia habis habisan" Mala, wanita yang sekarang menjadi istri dari Arkan. Pernikahan mereka sempat berubah tanggal karena masa cuti dari Mala belum di acc, namun untungnya keduanya berjalan dengan baik.

"udah sana. gue mau nyicip makanan, laper, sambil nunggu laki gue dateng" Naya berujar sambil menepuk bahu adiknya. Ia kemudian berbalik sambil menghapus air matanya. Langkahnya sedikit menjauh dari area pelaminan untuk menyambut para tamu yang hadir.

"hai, selamat datang. Ayo dicicip dulu makanannya" ia menyapa teman teman Arkan. "Naya, cantik banget" Naya memeluk sopia dan jule yang juga ikut datang.

NAKULATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang