40. [new family]

1.2K 124 2
                                    

"you look in rush, what's wrong mate?" seorang pramugara yang berada di pesawat yang ia tumpangi bertanya. Mereka kenal tentu saja karena pesawat yang ia tumpangi adalah maskapai lama tempat nakula bekerja.

nakula melihat jam tangannya, tinggal waktu sepuluh menit pesawatnya landing. Setelah lebih dari 16 jam dia berada di pesawat dengan gugup dan terlihat jelas. Pria itu bahkan memakai kaos dan celana pendek, sangat tidak proper untuk bepergian tapi ya salahnya sendiri karena ceroboh. celana nya ketumpahan teh ketika ia sudah packing dan berakhir dia memakai celana pendek selutut yang ada di tumpukan paling atas.

"my wife is on labor" nakula menjawab apa adanya sambil memasang sabuk pengaman. rekannya menepuk bahu. "use your seatbelt, capt. your wife still want to see you" pramugara menepuk bahunya. nakula menghela napas. ia mencoba menenangkan pikirannya yang begitu kalut.

Ia sudah menelepon arkan untuk mengetahui kondisi naya. Naya diharuskan mengeluarkan bayinya sebelum tubuhnya tidak kuat. Sangat beresiko karena tekanan darah naya tergolong cukup tinggi dan semakin naik seiring bertambahnya waktu, nakula meminta waktu sebentar sampai dia kembali untuk setidaknya dia menemani naya di ruang operasi.

begitu pintu pesawat terbuka, nakula langsung diarahkan turun karena beruntungnya dia duduk di kursi paling belakang dekat dengan cabin crew. ia berlari, mengabaikan kopernya, toh di kopernya sudah ada identitas dirinya jadi dia bisa mengambilnya nanti atau dia bisa meminta tolong siapapun nanti untuk mengambilkannya.

Nakula langsung melompat ke kursi pengemudi. ia mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi. persetan dengan peraturan dan rasa lelah yang ia terima. ia ingin buru-buru sampai di rumah sakit.

Tidak butuh waktu lama untuk nakula sampai di rumah sakit tempat naya dirawat. Ini jam sembilan pagi dan sepertinya tidak ada yang menjaga istrinya. Nakula juga belum memberi tahu keluarga atmadja atau saudara-saudaranya, mungkin nanti jika ia sudah tenang.

ia mengatur napasnya yang terburu buru karena berlari menuju ruang vip dari parkiran. nakula membuka pintu dan melihat reno dan wanita yang dikenal olehnya adalah pacar reno menjaga naya. reno duduk di kursi roda sambil memangku laptopnya sementara pacarnya mengajak naya berbicara.

"naya?" mereka bertiga menoleh ke arah nakula yang berdiri di pintu. Mengerti kalau mereka berdua butuh privasi, reno mengajak pacarnya keluar. Wanita berambut pendek itu meletakkan kulit jeruk di tangannya ke tempat sampah sebelum mendorong kursi roda pacarnya.

"terima kasih udah nemenin naya" nakula berujar turus. reno tersenyum tipis. "she needs you. kalau gitu kita duluan ya, gue ada jadwal periksa. Naya, gue pamit dulu. udah ada suami lo"

naya yang mencoba bangun menganggukan kepala. "thanks ya ren, el"

nakula meletakkan ransel yang dia bawa sembarangan sebelum melangkah mendekat ke arah naya.

"mas langsung pulang? mana kopernya?" naya bertanya kepada nakula. Nakula tidak menjawab melainkan menarik naya ke dalam pelukannya. "kenapa ngga bilang naya? kenapa ngga bilang selama ini kamu sakit?" lirihnya sambil memeluk naya.

naya memeluk tubuh suaminya erat. "udah makan?" tanyanya tidak menjawab pertanyaan dari sang suami.

Nakula melepas pelukannya. Ia bisa melihat naya tersenyum teduh, tidak menunjukkan kalau dia tidak baik baik saja. sama seperti ketika dia kembali ke rumah dan naya menyambutnya.

"sayang" nakula mengusap wajah naya yang pucat. naya mencium telapak tangan suaminya membiarkan suaminya merasakan kulitnya. "kita lakuin prosedur dokter secepatnya ya?"

"aku... aku takut" naya akhirnya bersuara jujur. "aku takut kalau nanti adek ngga selamat. Dia masih tujuh bulan, masih terlalu kecil buat lahir di dunia. gimana kalau dia ngga bisa bertahan? gimana kalau aku yang juga ngga bisa bertahan di sana? kamu gimana nanti sendirian? kamu bisa ngurus adek tanpa aku? kamu---"

NAKULATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang