63. a daily life of lingga

1K 122 6
                                    

"IBU HUWAAAAA DEDEKK" naya yang baru sempat makan siang mendengus begitu sukma berteriak dari depan televisi. Dia tengah duduk menonton kartun kesayangannya sembari menjaga lingga, si dedek bayi yang masih merah.

"kenapa ce?" ia terpaksa meletakkan piring makan siangnya dan mendekat ke arah dua anaknya sambil sesekali meringis ngilu karena luka di perutnya. "dedek nyoyok nyoyok mata cece HUWAAA IBUUU"

nah ini, seminggu lebih kedatangan lingga di rumah. Suasana berubah drastis.

Bukan, bukan karena si cece iri kepada adeknya atau penthouse mereka kebobolan,  tapi ini biang keroknya. siapa lagi kalau bukan si bungsu yang umurnya belum dua minggu tapi polahnya luar biasa.

"mana mata cece? coba ibu lihat dedek nyolok mata cece sampai merah ngga" cece mendekat menunjuk mata kanannya yang menjadi korban yang mulia lingga sementara si pelaku masih asik tiduran dan berkedip pelan, tidak merasa bersalah karena mengganggu cecenya.

"ibu tiup ya, fyuuh. cece kedip kedip" sukma menurut. namun matanya malah semakin berair. "ibu peyukk cece"

"ibu peluk dari samping ya, perut ibu masih sedikit perih. sini cece, nak" sukma mendekat, menurut untuk memeluk ibunya dari samping sambil menangis.

naya membiarkan sukma menangis sesekali mengusap rambutnya. "dedek minta maaf ya ce, dedek masih belum ngerti kalau itu ngga boleh. besok kita bilang ke dedek ya kalau colok mata cece itu ndak boleh. cece pasti sakit ya?" naya memvalidasi perasaan anak sulungnya. ia menepuk nepuk punggung sukma pelan. "iyah"

"dedek minta maaf ya, ce. cece masih mau menangis?" sukma menggelengkan kepala. "yayah pulang bentayy yagi"

naya melirik jam. "oh iya, yayah pulangnya sebentar lagi ya? ibu mau susuin dedek sebentar. cece mau sama ibu atau main sambil nunggu ayah?"

"sama ibu. peyuk ibu" naya menghela napas. iya sih ini resiko punya anak yang sundulan begini. untung sukma sudah mau disapih dan minum susu formula walaupun dosisnya masih diatur oleh naya. "ya udah ibu ambil dedek sebentar ya?"

Beruntung, naya memiliki sukma yang walau sekarang banyak omong, dia adalah anak yang penurut. Jarang sekali tantrum kecuali ketika ia tidak nyaman atau tidak mau makan.

"loh ini kenapa dempet-dempet bertiga disini" nakula yang baru kembali membeli bahan makanan terkejut melihat tiga orang yang ia cintai berada di sofa. Naya tengah menyusui lingga dan sukma memeluk naya dari samping sesekali memencet-mencet kaki lingga.

lingga yang merasa kegiatan favoritnya terganggu oleh sang kakak menggerakan kakinya dan

dug

"IBUUUUU HUWAAAA"

kaki lingga yang belum mengerti kira kira mendarat dengan mulus di hidung cecenya membuat sukma yang baru  saja tenang membuat naya menghela napas.

"AYAHHHH" karena bingung juga harus menangani yang mana, sukma yang menangis, lingga yang menyusu, atau dirinya yang meringis perih karena lecet di dadanya, ia akhirnya meminta bantuan kepada nakula yang tengah menata bahan makanannya di dapur.

"kenapa kenapa? loh cece kok nangis nak? sini cece sama ayah dulu yuk, ibunya sakit itu lukanya kena sama cece" nakula melirik naya yang meringis ketika luka di perutnya terkena sukma.

"DEDEK NAKAYYY YAYAH" ia histeris begitu nakula membawa tubuhnya ke dalam gendongan sang ayah sambil menunjuk lingga yang asik menyusu. "biar dedek sama ibu, cece sama ayah minum susu yuk. ini waktunya cece mau tidur, ayah udah beli buku baru buat cece. yuk sama ayah yuk, haduh"

naya tertawa ketika nakula mengeluh sambil membawa sukma yang masih menangis ke dalam kamar untuk tidur siang sementara naya mengurus si bungsu yang menyusu dengan lahap. Dibandingkan dengan sukma, lingga ini tiga kali lipat lebih kuat menyusu. entah karena memang dia anak laki laki atau bagaimana tapi naya harus menahan rasa lecet di dadanya karena lingga terus terusan menyusu.

"udah nak, minumnya. kamu nanti gumoh, dek" naya menjauhkan puting dadanya pelan pelan dari lingga. "eh eh" lingga berujar menggerakan mulutnya mencari cari sumber asupan nutrisinya. Naya menegakkan posisi tubuh sang bungsu agar ia bisa bersendawa.

"iya iya, ini ibu. yuk temenin ibu makan yuk apa dedek mau disini?" lingga menyandarkan kepalanya di lengan sang ibu membuat naya menghela napas kemudian bangkit dengan lingga yang ia gendong di lengan kiri untuk menghabiskan makanan yang tertunda.

Ia sudah tidak bisa lagi mendengar sukma yang menangis, sepertinya ia tengah terlelap bersama sang ayah karena memang sekarang sudah waktunya sukma tidur siang.

"bu, dedek di taruh dulu. susah makannya kan" nakula keluar dari kamar sukma dengan membawa botol kosong yang isinya sudah dihabiskan oleh si sulung. "ngga mau lepas dia, yah. udah lah yang penting bisa makan ya dek ya?" ia mengajak si kecil berbicara.

nakula menggelengkan kepala. ia melangkah untuk mencuci botol susu sukma dan mensterilkannya. "lingga sama ayah yuk, nak. biar ibu makan dulu. ayah juga pengen loh peluk lingga"

beda dengan sukma yang bucin ayah, lingga ini bucinnya ke ibu dua kali lipat bahkan kata om juna sifat bucin ayahnya menurun dengan deras pada lingga. alhasil ketika ia digendong si ayah, badannya menggeliat.

"dipikir pikir nih adek beneran mirip sama aku ya" nakula sedikit mengangkat lingga untuk melihat bagaimana mata bulan sabit si bungsu berkedip dengan pelan. "emang. baru sadar kamu?" naya mengambil porsi keduanya.

"semua orang bahkan suster dan dokter aja udah tau kalau si adek tuh emang turunan kamu banget. bahkan sampe tidur tidurnya pun mirip kamu"

nakula mengusakkan hidung mancungnya ke pipi merah lingga. "iya, cuma ini jahilnya dapet dari mana? apa karena ayah dulu sebel banget ya sama om dewa jadi kamu ngikut om dewa?"

"bisa jadi, kamu kesel banget soalnya sana dewa waktu hamil lingga. nah loh, selamat kamu punya dewa versi mini" naya berujar santai. ia sendiri tidak masalah selama kedua anaknya tidak membuat pusing dirinya.

"hah gapapa, yang penting besok anak ayah jangan deket deket om dewa ya. om dewa jahil soalnya. nanti kamu ikutan jahil loh adek.. kok ayahnya di pipisin nak..."

dan naya hanya bisa tertawa membiarkan si kembar beda usia itu berinteraksi.

—————

jangan lupa untuk tinggalkan jejak disini ya bestie! thank you for reading💗

NAKULATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang