35. [singapore]

1.1K 125 12
                                    

Nakula tau kalau kakeknya anaknya akan berbeda dari anak anak lain, tapi ia juga tidak tahu kalau naya harus mendapatkan ini selama kehamilannya.

"kita ke rumah sakit, ya?" nakula bertanya kepada naya yang menggelengkan kepala. Semakin hari dan semakin membesar kandungannya, nakula tidak tega melihat kondisi istrinya.

Naya sudah memutuskan untuk resign dari kantor karena keadaannya tidak memungkinkan untuk berangkat bekerja dan yudhistira sebenarnya ingin menahan sekretarisnya pun tidak tega karena kehamilan naya benar benar membuatnya kasihan.

Waktu waktu ngidam sebenarnya sudah lewat tapi naya masih sering mengeluh pusing, lemas, bahkan sekarang untuk berjalan ia gampang pegal. Biasanya ketika nakula hendak bekerja, bunda dari naya yang akan tinggal disini untuk mendampingi naya.  Namun hari ini, naya mengeluh perutnya keram membuat nakula yang harusnya bekerja menjadi kalang kabut.

"sshh gapapa, mas. Ini anak gadis lagi aktif ya mau anter ayah kerja?" naya tersenyum tipis sambil mengusap perutnya. bayinya meresponnya dengan tendangan pelan namun tetap membuat naya mengaduh karena anaknya yang luar biasa.

"nduk, jangan keras keras dong tendang ibunya. Ayah mau kerja nih jadi khawatir sama kalian berdua" naya tersenyum tipis di sela-sela ringisannya ketika suaminya mengusap perutnya.

"kalau kamu jadi good baby, nanti ayah bakal ajak kamu jalan jalan" mendengar ucapan nakula, naya tersenyum lebar namun ia menyadari sesuatu. "eh diem loh dia kamu ajakin jalan"

nakula langsung meraba perut naya dan benar saja, ia tidak lagi merasakan tendangan kecil putrinya di dalam perut naya. keduanya saling pandang kemudian terbahak. "ini fix anak kamu, doyannya jalan jalan sama party" nakula berujar. naya hanya tertawa tanpa mengelak.

"ya udah, kalau udah mendingan aku langsung berangkat aja takutnya udah telat kasian nanti penumpang. bunda belum datang sih katanya kejebak macet. kamu ngga papa ditinggal sendiri?" nakula bertanya sambil menarik koper nya.

"ya ngga papa sih. bunda juga sebentar lagi datang. kamu berangkat aja sana" naya bangkit untuk mengantar suaminya ke depan. Karena mertuanya belum datang, ia merangkul badan naya. "aku kayanya mau liat liat baju buat adek deh nanti sama bunda"

"iya bunda udah bilang. jangan kecapean aja kamu ya. nanti kalau ada yang menarik dibeli aja uangnya udah aku transfer. Jadi jangan pake uang mu sendiri apalagi pesangonmu itu, udah yang itu disimpen aja" naya tersenyum tanpa dosa.

Nakula sempat protes kartu yang ia berikan khusus uang bulanan itu saldonya tidak berkurang padahal pria itu selalu mengisi. Makanan di rumah pun enak enak dan akhirnya dia bertanya kepada naya.

dan akhirnya terungkaplah kalau selama ini naya jajan pakai uangnya sendiri padahal nakula sudah memberinya uang.

"ya udah aku berangkat ya. dedek, baik baik sama ibu ya? biar ayah cari uangnya semangat dan kita bisa liburan nanti. Oke ya? anak cantiknya ayah?" naya tersenyum tipis melihat interaksi suaminya dengan bayi yang ada di dalam kandungannya.

"iya ayah" ujarnya sambil mengusap pelan perutnya. Nakula tersenyum tipis kemudian mencium bibir dan dahi naya. "you should wear your lip product babe. Masih pucat banget"

"iya nanti aku pakai. Udah sana berangkat nanti telat.  Pagarnya ngga usah dikunci biar nanti bunda langsung masuk" Nakula menganggukan kepala, ia kemudian masuk ke dalam ashton martin merahnya dan keluar dari pagar.

setelah keluar dari pagar, nakula kembali menutup gerbang baru dia menjalakan mobilnya untuk bekerja meninggalkan naya yang menutup pintu rumah.

Naya mendesah lelah kemudian mendudukan dirinya di sofa. Ia sepertinya masih belum sehat sempurna karena ia merasa lemas sekarang. ia juga merasa suhu tubuh disekitarnya berubah karena sekarang dia merasakan panas di tubuhnya yang tidak ia bicarakan pada suaminya sehingga dia menyalakan pendingin ruangan yang sebenarnya tidak terlalu berpengaruh di tubuhnya tapi setidaknya itu membuatnya tidak kepanasan.

NAKULATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang