42. [being parent]

1.1K 112 6
                                    

"pelan-pelan sayang" nakula membantu istrinya untuk melepaskan pakaian yang ia pakai. Keduanya sudah kembali di rumah namun sukma masih berada di rumah sakit. Naya meringis ngilu. luka yang ada di perutnya benar benar luar biasa. rasanya panas dan terbakar.

"sakit, mas" keluhnya sambil menyandarkan badannya ke dada nakula. "sebentar ya, tahan sedikit"

dengan menggigit bibirnya mencoba menahan rasa sakit, pakaian yang dipakai oleh naya akhirnya terlepas. "biar nanti celana sama dalemannya aku yang nyuci aja"

"tapi ada darahnya, jorok. biar nanti aku telepon bunda" ujar naya tidak enak kepada suaminya. nakula berdecak. "cuma darah doang, sayang. Bukan hal kotor yang perlu kamu pikirin. biar itu nanti aku yang nyuci sekalian"

nakula mulai mengambil shower kemudian dengan telaten memandikan naya, memastikan sang istri agar tidak kesakitan. "temen-temen kamu jadi dateng?" nakula membantu melilitkan handuk di tubuh sang istri.

"jadi kayanya. ngga papa kan?" nakula menggelengkan kepala dan membantu naya keluar. "ya ngga papa. nanti kalau mau beli makan apa pakai ojol aja atau panggil aku suruh beliin. aku nanti kayanya nyuci baju deh habis itu tidur jadi kamu sama temen temenmu bisa santai ngobrolnya"

naya entah lebih sensitif atau bagaimana, perasaannya terenyuh ketika suaminya mengerjakan pekerjaan pekerjaan rumah yang biasanya dilakukan oleh naya. pria itu mengambil cuti untuk membantu dan menemani dirinya walau hanya 40 hari namun itu sudah cukup bagi naya. Nakula benar benar suami yang bertanggung jawab dimatanya. Setiap sore dia akan pergi ke rumah sakit menjenguk sukma dan bertanya apakah sukma boleh pulang atau belum dan dia akan kembali sambil membereskan semua pekerjaan rumah naya yang belum disentuh karena naya sendiri masih susah untuk melangkah kemana mana.

"ini pake ini aja, bahannya lembut ngga bakal bikin lukanya kamu kegesek gesek" nakula mengambil terusan berwarna baby pink yang waktu itu dibeli naya secara online sebelum sukma lahir.

"naya? sayang?" nakula melambaikan pakaian di depannya melihat naya malah melamun.

naya berkedip kemudian melangkah mendekat. ia melingkarkan kedua lengannya di leher sang suami kemudian memberikan kecupan singkat. "hm?" nakula  tentu saja kebingungan namun ia tetap menahan pinggang sang istri.

"makasih ya, mas. aku ngga pernah mikir kalau aku ngga sama kamu gimana" bisiknya pelan.

nakula tersenyum tipis. "jangan dipikirin dong" ia mencium bibir sang istri lebih lama. "sukma masih ada di rumah sakit. nanti pasti kalau sukma udah pulang kita berdua bakal sibuk ngurusin sukma. karena sukma belum pulang, bisalah aku manjain istriku dulu"  nakula tertawa pelan.

ia menepuk punggung istrinya pelan. "tuh temenmu udah dateng. ganti baju dulu deh biar aku yang bukain pintu. if you need help, let me know ya?" bisiknya sembari mencuri kecupan di bibir naya sebelum melangkah keluar dari kamar untuk membuka pintu.

"eh sorry naya nya ada?" julia yang pernah naksir kepada nakula dengan gugup bertanya. di tangannya ada sesuatu yang dibungkus kertas kado.

"ada di dalam lagi ganti baju. ayo masuk dulu biar gue panggilin naya" julia meneguk ludahnya diam diam melihat seorang nakula atmadja membuka pintu rumah dengan memakai kaos polos tanpa lengan yang terciprat air di bagian atas serta celana pendek rumahan plus rambut yang dibiarkan berantakan.

emang benar, nakula bujangan itu sangat tampan tapi kalau nakula sebagai suami orang benar benar menggoda.

"adaw" sophie mencubit punggung tangan julia membuat nakula melihat keduanya bingung.

"kalah gitu izin masuk ya, nakula" nakula bergeser agar dua wanita itu bisa masuk.

"gue panggil naya sebentar ya kalian duduk dulu aja" nakula mempersilakan kedua teman naya untuk duduk. di meja tamu mereka sudah tersaji beberapa camilan yang disediakan oleh mama karena tahu pasti bakal banyak yang datang ke rumah.

NAKULATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang