08. [plan]

1.5K 156 4
                                    

"Arkan, lo tau ngga sabuk gue dimana?" Ini jam delapan malam tapi Naya masih sibuk mengubek ubek lemarinya. Arkan yang baru kembali dari dapur menoleh. "ada di gantungan depan bukan sih? yang item kecil kan?" tanyanya santai.

Naya langsung menghentikan kegiatannya sebelum berlari ke tempat dimana arkan terakhir melihat sabuk miliknya. "huft ada" ujarnya sambil mengusap sabuk miliknya dan berjalan kembali ke kamar sambil melihat lihat apakah ada yang ketinggalan atau tidak di dalam kopernya.

Naya akan pindah dari rumah ke apartemen yang ia sewa. apartemen itu berada lebih dekst dari kantornya, sehingga itu akan menghemat biaya pengeluaran dan mengurangi keterlambatan akibat lalu lintas.

"yakin lo mau pindah?" dengan tangan kanan mug yang berisi kopi dan tangan kiri memegang tahu isi yang separuhnya sudah ada di dalam mulutnya, arkan bertanya. Keputusan Naya memang sudah dibicarakan dengan ibu mereka dan ibu keduanya setuju setuju saja asal naya akan kembali setiap minggu. Naya menyanggupi jika dia tidak sibuk.

"ya yakin dong. Lo mending bantu bawa ini biar besok gue tinggal bawa ke dalan mobil" Naya mendorong koper besarnya kepada Arkan. Arkan mendengus, ia menelan tahu isi yang tengah ia kunyah hingga habis sebelum membawa koper milik Naya keluar sementara pemiliknya masih sibuk.

Naya mengambil roll rambut dan mulai menggulung poninya sebelum keluar dari kamar menghampiri ibu dan Arkan untuk makan malam. "masak apa, nda?" Naya bertanya ketika keluar dari kamar. Sang Bunda yang tengah menata masakan di piring menoleh. "ini masak telur balado. Arkan mau telur balado. kemarin mbak udah dimasakin cumi saus padang kan?" Naya menganggukan kepala, tidak masalah juga sebenarnya dengan telur balado. dia kan pemakan segala dan tidak pemilih pula kecuali untuk makan makanan barat karena menurutnya makan itu belum disebut makan jika tidak ada nasi.

"Pacar lo ngga kesini?" Naya bertanya kepada Arkan yang  tengah duduk sambil menonton film di ponselnya. Keduanya duduk bersebelahan sementara bundanya tengah berada di dapur entah melakukan apa.

"ada shift malam" Arkan menjawab apa adanya. Kekasihnya, oh ralat tunangannya adalah seorang perawat di salah satu rumah sakit swasta. Biasanya dia akan di malam hari atau terkadang Arkan yang keluar untuk ngapel. "ooh. gimana kata keluarganya? Tanggalnya udag ditentukan atau belum?"

Benar, Arkan akan meninggalkan masa lajangnya walau terus menunda nunda belakangan karena tidak mau melompati kakak perempuannya yang tidak kunjung menuju hubungan yang lebih serius. Namun desakan dari orang tua sang kekasih membuat kepalanya pening. Ia tidak enak karena harus melompati Naya yang lebih tua walau semua kebutuhan sudah disiapkan.

"udah. Tanggal 3 dua bulan dari sekarang" Arkan menjawab sambil memakan telur balado miliknya. "lo gimana? Udah ada keputusan mau ke lebih serius atau ngga?"

Naya mengangkat bahu. "Kalau gue endingnya sama dia. Ngga papa kan?" Dia bertanya kepada Arkan. Arkan yang mendengar itu langsung menurunkan sendoknya. "dia selingkuh?" tembaknya langsung, tepat pada sasaran.

Naya mengangkat bahu. "ngga tau. makin lama gue udah ngga ada rasa sama dia. Gue pikir gue sengaja kasih waktu biar sama sama refleksi apa yang terjadi eh taunya entah gue sadar apa gimana, apa yang gue lakuin selama ini ke dia ah tau lah" Naya bingung sendiri harus menceritakan dari mana terkait hubungannya dengan Reno yang sebenarnya tinggal bilang 'putus'

"terus mau lo gimana? Mau selesai sama reno apa mau lanjut? Apa mending gue nunda nikahan gue aja?" Naya menggelengkan kepalanya kuat mendengar opsi terakhir. "ngga usah, please. Biar ini urusan gue. Pokoknya lo harus lancar sampai hari-H. Gue ngga mau tau dan jangan pikirin gue sama siapa ya. Gue pasti baik baik aja"

Arkan tetap diam, mulutnya mengunyah namun pandangannya tetap ke arah sang kakak. "dia selingkuh?" ulangnya kembali.

Naya menghela napas. Adiknya adalah seseorang yang tidak bisa ia bohongi. Reno adalah teman Arkan. arkan tau betul seluk beluk kekasih kakaknya ini karena dia yang mengenalkan reno kepada kakaknya. "Ya"

"Lo jangan apa apain dia. Cukup pura-pura ngga tau. Pokoknya biar semua ini urusan gue. Ngerti?" naya mencoba menenangkan Arkan yang menatapnya datar. Arkan benar benar marah. "Ayah tau?"

Naya menggeleng. "jangan. jangan sampai ayah tau sebelum gue putusin dia. Gue mau putusin dia, kan. Pokoknya lo mau ngapa-ngapain reno setelah gue sama dia putus. lo mau ribut sama dia terserah pokoknya setelah gue putus. Gue ngga mau nangisin dia, jadi lo ngga usah khawatir karena gue ngga selemah itu"

Arkan hendak protes namun ia tahan karena bunda nya datang. "terserah. Kalau udah putus bilang ke gue biar Reno urusan gue setelah putus. Cepetan putus dong tangan gue udah gatel buat nonjok sebelum gue nikah"

"secepatnya, ya" Naya menyanggupi permintaan Arkan.

***

Naya merebahkan dirinya di kasur setelah selesai membereskan apartemen yang akan ditinggalinya nanti. Apartemen ini sebenarnya tidak terlalu besar, ini tergolong kecil dengan hanya satu kamar yang ada disana. Lagipula dia kan tidur sendiri, jika terlalu besar itu akan menyeramkan.

Naya membuka matanya dan meraba kasurnya mencari letak ponselnya berada karena berdering tanda ada seseorang yang meneleponnya.

Mr. N is calling.....

"halo?"

"hello? who is this? can i talk with prettiest girl in the world?"

Naya memerah. "Nakula" tegurnya karena nakula menggodanya. Nakula tertawa di balik sambungan telepon. "Apa kabar, cantik?"

"ga buruk. biasa aja sih. Kenapa telepon? ada sesuatu yang penting?" Naya bertanya kepada Nakula.

"bukannya telepon kamu itu hal yang penting ya?"

Naya memutar bola mata. "stop being cheesy, Nakula Atmadja"

"Jangan panggil nama belakang dong. Kesannya serem tau" protes Nakula. Naya mendengus kesal, ia belum bisa mengetahui apa maksud dari  nakula yang meneleponnya.

"just let you know kalau aku bakal ke Indonesia lagi. Paling hari rabu sampai disana. Oh rumah mu masih sama sesuai dengan formulir yang kamu isi buat daftar di kantor kan?"

"Engga. aku udah pindah. Emangnya kenapa dan kok kamu bisa tahu?"

"semua itu karena punya koneksi, cantik. Jadi tolong send alamat nya ya. i've send something for you. I'll end this call because i've arrived in airport. See you hari Rabu, pretty"

Naya menggelengkan kepalanya melihat nakula yang menutup telepon. bukan salahnya si soalnya pria itu harus terbang karena tau sendiri penerbangan bisa lebih dari dua puluh jam. Naya kemudian mengirimkan alamat terbaru nya kepada Nakula dan melirik bingung ketika reno mengirimnya pesan.

Reno
Sayang, hari rabu sibuk ngga? Aku mau ngajakin kamu buat ikut makan sama keluarga besar soalnya

—————

jangan lupa untuk tinggalkan jejak disini ya bestie! thank you for reading💗


NAKULATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang