28. [stranger]

1.3K 140 7
                                    

part baru nama panggilan baru

"saya izin makan siang dulu, ya, pak" naya berpamitan kepada bos nya untuk makan siang di luar. Ia sedang ingin beli bakso yang tidak jauh dari kantor. Yudhistira menganggukan kepala, ia sedang berbicara di telepon sehingga anggukan darinya memberi arti iya bagi dirinya.

Naya keluar dengan meraih ponselnya. ia mengirimkan pesan kepada suaminya memberi tahu kalau dia tengah beristirahat makan siang. Nakula membalasnya, pria itu mengirimkan pesan kalau dia akan terbang tiga jam lagi jadi dia tengah makan siang di hotel.

Memastikan kalau suaminya sudah makan siang, naya memilih memasukkan ponselnya ke dalam saku.

"siang mbak Naya" Naya menoleh ke arah salah satu karyawan yang menyapanya di lift. naya tersenyum ramah. "siang mas" balasnya kepada pria yang beberapa tahun lebih tua dari dirinya. Ia tahu pria ini adalah staff HR yang pernah merekrutnya.

"mau ke kafetaria atau nyari makan di luar mbak?" Naya menggelengkan kepala. "mau nyari bakso di depan mumpung istirahat nya lebih awal jadi ngga antre. Kayaknya bakso sama jeruk nipis ditambah sambal yang banyak seger banget" naya berujar sambil membayangkan rasa pedas dan asam yang berpadu dalam kuah kaldu.

"duh saya ngga bisa bayangin rasanya, maag saya takut kambuh" naya hanya tertawa. ia juga heran tiba tiba kepikiran mencampur kombinasi yang sangat aneh di mulutnya.

"kalau begitu, saya duluan ya mas" naya melangkah ke pintu keluar. Ia sesekali membalas sapaan dari staff lobi yang menyapanya.

Penjual bakso yang dimaksud oleh naya berada di depan kantor. cukup jauh karena dia harus menyeberang jalanan yang cukup ramai. Gedung atmadja berada di kawasan gedung gedung bertingkat dan banyak penjual kaki lima yang berada di kawasan ini.

"pak, saya mau baksonya satu. Terus saya minta jeruk nipisnya dua dong" naya memesan kepada penjual bakso yang usianya sudah setengah baya. "siap neng. Duduk dulu ya. neng datengnya pagian jadi masih dapat tempat duduk" naya tertawa. "untungnya iya. ya udah saya duduk disana ya pak"

Naya melangkah ke tempat yang lebih teduh walaupun berada di ujung. Ia duduk sambil memainkan ponselnya membalas pesan nakula yang menjanjikan bahwa ia akan membawa pulang pempek sebagai oleh-oleh.

Saking fokusnya naya dengan ponsel di tangannya, ia tidak menyadari kalau ada seseorang di belakangnya. Ia menyadadi ketika bahunya dipukul cukup kencang hingga dia mengaduh.

"siapa ya?" ia menahan diri untuk tidak mengumpat karena ia tidak berbohong, bahunya cukup sakit. Ia berbalik melihat seorang perempuan yang usianya di awal dua puluhan tahun. Wanita itu memakai celana panjang berwarna hitam dengan kaus kebesaran yang sudah cukup lusuh, rambutnya mengembang berantakan seolah sudah lama tidak disisir. "lo kerja di atmadja kan?" ia berujar tidak sopan kepada naya.

naya mengerutkan keningnya. "lalu?"

"anter gue ketemu nakula. Bawa gue ketemu si bangsat nakula" Naya sampai meletakkan ponselnya mendengar nama suaminya disebut sebut.

"Dimana nakula? Bawa gue ke nakula. Gue butuh nakula. sialan. mereka disini" wanita asing di depan naya menatap sekeliling dengan panik. wanita itu menutup telinganya kemudian berlari menjauh sambil berteriak ketakutan.

"neng, neng nggak papa?" naya tersentak ketika penjual bakso mengantarkan makanannya ke depan naya yang masih terlihat kebingungan. "ah iya, pak. Saya kaget aja. Dia siapa ya?"

Penjual bakso di depan naya yang sepertinya lebih berpengalaman dari naya mengangkat bahu. "saya ngga tau neng. biasanya dia ngga pernah datang kesini. tapi neng ngga di apa-apain kan?"

NAKULATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang