About Pancake

619 48 0
                                    


All credit to Animonsta Studio
.
.
Karakter bukan milik saya, tapi ide murni dari saya.

Dilarang plagiat yups!

Sol-Thorn Short-Oneshot fanfic naration.
Brothership.

---

"Solar, makan du- eh? Udah masak?" Solar mengangguk, ia fokus dengan sendok khusus es krim, membuka lemari khusus berwarna hijau muda lalu memilih es krim di sana.

Gempa menghela napas. "Habis itu minum air hangat ya." Solar lagi lagi hanya mengangguk. Ia mengajak saudaranya yang lain untuk sarapan lebih dulu.

"Dia keinget Thorn lagi?" Tanya Taufan. Gempa mengangguk, "Sepertinya sih. Semalem dia juga nggak di kamarnya. Kamar Thorn juga agak hangat bagian kasurnya."

Tak ada lagi percakapan karena mereka sudah sibuk sarapan. Solar membawa piring berisi pancake dan es krim berjumlah dua itu ke kamar, tepatnya kamarnya Thorn.

Solar membuka pintu, meletakkan piring ke meja belajar sebelum mengambil meja lipat yang sering dipakai Thorn untuk makan kalau di kamar.

Ia membuka meja lipat itu di depan pintu, kembali mengambil 2 piring pancake dan menatanya di atas meja.

"Kak, ayo makan." Ucap Solar lirih. Solar mulai menyendok pancake miliknya dan memakannya. Hambar, mau sebanyak apapun gula dan pemanis yang ditambahkan, rasanya tetap hambar.

"A-aku minta maaf. Aku tau kalo aku salah, aku udah sadar kalau semua itu salahku. Ayo balik, aku mau minta maaf langsung. Kakak boleh marahin aku pakai cara apapun.

Tapi jangan hukum aku pakai jauh jauhan gini." Ucap Solar melirih di akhir kalimat.

Matanya memburam, liquid bening mulai mengalir, menyertai sarapannya kali ini. Hah, lagi lagi seperti ini.

"Kak, aku ada beli es krim kesukaanmu yang oreo sama choco mint! Aku udah coba, enak semua. Padahal aku dulu heran kenapa kakak suka es krim yang kayak odol itu."

"Aku juga beli es krim strawberry. Tapi akhirnya dimakan Kak Aze sama Kak Ais karena aku nggak kuat habisinnya." Solar kembali berceloteh.

"Terus aku ada es krim matcha. Kakak suka kan? Aku sekarang juga suka kak, ternyata rasanya bukan rumput, rasanya...kayak waktu kita bersama. Manis, tapi pahit di akhir. Kayak kita..."

Gempa mengusak kepala Solar. Ia juga menangis. Ia tidak tega melihat Solar dengan keadaan mental yang terguncang seperti ini selama 2 tahun belakangan.

"Gem, sini." Panggil Hali. Gempa menjauh dari Solar.

"Apa udah saatnya? Solar kelihatan menyesal kan? Ini jatuhnya kita yang ngehukum dia." Ucap Hali. Gempa menghela napas.

"Aku nggak tau. Keputusan di tangan orangnya aja." Ucap Gempa. Hali menatap dua kembar tengah, mengodenya untuk melakukan sesuatu.

"Kita lihat hasilnya."

----

Hari ini hari rabu. Solar sedang duduk di kursi kantin. Sepi, karena di kampus ini kalau rabu beberapa mata kuliah banyak libur. Entahlah, seperti tradisi.

Solar sendiri juga tidak ada kelas, tapi dia akan semakin tenggelam pada penyesalan kalau dia stay di rumah.

Tangannya tidak diam, terus mencorat coret sketchbook hitamnya dengan pensil hingga tergambar sebuah mata.

"Mata ini selalu berbinar tiap bercerita." Gumam Solar. Dia benar benar rindu kakaknya. Ah atau mungkin kembarannya.

Tapi perlakuannya selama ini benar benar tidak bisa dimaafkan. Pantas saja Tuhan menghukumnya sedemikian rupa-setidaknya itulah yang dipikirkan Solar.

Solar ini diambang ikhlas-tidak ikhlas.

Air matanya turun, ia menjauhkan sketchbook itu agar tidak basah. "Ah sial, kakak pasti bakal ngejek aku."

Solar menutup buku, merapikannya dan memasukkannya ke dalam tas. Ia bangkit, memilih mencari angin dengan berjalan jalan.

Tapi setiap langkahnya terasa berat. Biasanya adaa saja celotehan random dari kakaknya itu, kini semua terasa hening.

Solar berhenti di rooftop gedung Art. Menatap hamparan rumput di belakang gedung, sangat segar.

Tiba tiba ia tertegun, ia menyentuh bibirnya yang tiba tiba terasa manis. "I-ini, rasa pancake yang biasanya dibuat kakak."

"Kak, Solar minta maaf. Maaf karena udah bisa ngerasa enak setelah apa yang udah Solar buat." Gumam Solar. Dia ini, apa ya? Lebih memilih hidup hambar karena merasa bersalah atas apa yang telah ia buat.

Solar terkejut kala sebuah tangan merangkul bahunya. Ia menoleh.

"K-kakak?"

"Oh? Kamu udah manggil aku pake kak?" Netra emerald berpadu dengan rambut dengan warna senada itu membuat Solar mematung.

"Halo Solar. Long time no see."

Ah. Mungkin setelah ini, pancake nya akan semakin berasa.

---

Thanks buat yang udah baca!! ( ╹▽╹ )

See you at the nex chapter!

Salam hangat

ANSY,

Boboiboy Fanfiction (Thorn/Duri Centric)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang