All credit to Animonsta Studio
.
.
Karakter bukan milik saya, tapi ide murni dari saya.Dilarang plagiat yups!
MCD!
Besok Duri ulang tahun. Dia sengaja nggak bilang ke siapa siapa di rumah, kecuali mbak yang suka dia repotin buat masak masak.
Duri udah seneng karena mau bikin kue khusus buat keluarganya, yaitu para kakak dan adiknya. Dia udah berkali kali nyoba, untungnya bisa berhasil.
Lalu dia berencana mempraktekannya lagi di hari ini, h-1 dia ulang tahun. "Hah, jadi juga."
Duri membuat 7 potong kue dengan rasa yang berbeda beda. Bahkan di setiap atas potongan kue itu ada cokelat beku yang ditulis nama nama kakak dan adiknya. Effort? Sangat. Demi saudara tercintanya.
Dia yang sudah SMA kelas 1 ini memang cenderung kekanakkan, tapi itulah love language nya ke saudaranya. Kadang Solar menggodanya dengan berkata kalau Duri adalah adiknya sampai dia nangis.
"Oke, masuk kulkas ya mbak." Ucap Duri dipatuhi mbak yang membantunya itu.
Dia tidak berharap banyak, seperti kado atau kejutan. Dia hanya ingin makan bersama keenam saudaranya.
Itu saja.
Mudah bukan?
Tapi....mengapa mereka seolah lupa? Ah ini bukan lupa yang sengaja untuk melakukan prank surprise, bahkan Hali dan Gempa mendadak ke luar kota untuk bekerja.
Dan sudah beneran di sana. Taufan juga ada proyek, Blaze dan Ais katanya full di kampus.
Dan Solar ada hiking dengan teman temannya. Duri mencoba menghubungi mereka, bahkan memberi tau ajakan makan malam bersama.
Tapi mereka menolak dan malah mengatainya mengganggu. Duri hanya bisa tersenyum.
"Yah kayaknya kue bisa menunggu." Duri berakhir memakan bagiannya di meja makan. Para pembantu menatapnya iba.
Setiap suapan dilahap, Duri pasti akan menunduk karena menangis.
"Psst, coba kasih aja."
"Iya, kasian tuan Duri."
"Aku nih?"
"Iyalah, sekalian, ntar kami dukung dari belakang."
"Iye iye.""Permisi Tuan Duri." Duri menoleh, seorang pembantu memberikan sebuah kotak hitam kecil dengan pita hijau tua.
"Ini dari kami semua. Ucapan terima kasih karena mau menerima kami bekerja dan bergantung di sini." Duri terkejut, matanya kembali berkaca kaca karena terharu.
"Ung, makasii." Duri membukanya perlahan. Terdapat sebuah gelang perak dengan ukiran semanggi 4.
"Semanggi empat berarti keberuntungan. Semoga keberuntungan selalu menyertai Tuan." Ucap pembantu itu.
Duri makin nangis sampai mereka panik. "M-makasih hiks. A-aku senang hiks sekali."
Mereka tertawa melihat Duri yang banjir air mata itu. Akhirnya mereka menyanyikan lagu ulang tahun dan merayakan secara kecil kecilan.
Siang menjelang sore, Duri mendapat telepon dari temannya kalau dia butuh bantuan. Duri segera bersiap untuk keluar.
Hidungnya masih merah dan wajahnya sedikit pucat. Mungkin efek dia terlalu mengerahkan tenaga untuk baking kemarin.
"Mbak aku mau ketemu temen ya. Kalo kakak kakak dan Solar pulang tolong langsung dikasih kue bagian mereka." Ucap Duri sambil menenteng helm.
3 jam kemudian, telepon rumah berdering. Ketua pembantu di rumah itu mengangkatnya.
Siapa yang telepon malam malam?
"Dengan keluarga dari Asheva Duri Amato?"
"Ya? Saya kepala pembantu di rumah Tuan. Siapa ya?""Kami dari pihak kepolisian mengabarkan bahwa saudara Asheva Duri Amato mengalami kecelakaan dan merenggut nyawanya. Tolong sampaikan kepada keluarga yang bersangkutan. Jenazah kami bawa..."
Mereka langsung bahu membahu menghubungi semua tuan mereka. Gempa dan Hali langsung mengambil flight tercepat, Taufan, Blaze, dan Ais juga pulang, begitupula dengan Solar.
Mereka terlalu terkejut untuk hal ini.
"Bagaimana bisa?!" Teriak Solar. Dia baru saja membelikan sosis bakar untuk Duri dan malah mendengar berita duka ini.
Tidak ada yang bisa menjawab, mereka bergegas ke rumah sakit dimana Duri hendak dimandikan.
"Permisi, dengan keluarga Asheva Duri Amato?"
"Saya kakaknya." Ucap Hali mewakili semuanya. Orang yang dikenali sebagai salah satu perawat yang menangani Duri memberikan sebuah plastik berisi gelang.
"Ah tuan, itu, gelang dari kami, seharusnya semanggi 4, tapi tinggal 3..."
Hali menerimanya dengan tangan gemetar. Ia gagal menjaga adiknya, ia gagal menjadi kakak yang baik.
Mereka pulang bersama jenazah Duri. Karena sudah malam, acara pemakaman dilakukan besok.
Saat mereka berkumpul, seorang pembantu memberi mereka sepotong kue.
"Apa ini mbak?"
"Itu kue buatan tuan Duri, Tuan Gempa. Tuan membuatnya kemarin dalam rangka ulang tahun. Tuan Duri berpesan, kalau kalian sudah berkumpul, kalian harus memakan kue bagian tuan."
Semuanya termenung, menatap kue bagian mereka yang dibuat oleh Duri, oleh Duri sendiri untuk ulang tahunnya sendiri.
Astaga, bahkan mereka lupa. Pantas saja Duri mengajak mereka makan malam bersama. Duri kesepian...
"Duri, maaf."
Penyesalan selalu di belakang, perbaiki sikap dan pekalah dengan sekitar, sebelum mereka membuatmu menyesal.
- Tamat -
Nggak terlalu ngena ya angst nya? Jujur, ini dari mimpi aku sih, tapi di mimpi aku beneran nangis hehe.
Makasih buat yang udah baca, see you next chapter
Salam hangat
ANSY,
![](https://img.wattpad.com/cover/364558704-288-k706479.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Boboiboy Fanfiction (Thorn/Duri Centric)
FanfictionIni cuma kumpulan oneshot alias sekali tamat tentang Boboiboy. Genre : Fluff, slice of life, kadang hurt comfort, atau angst(dikasih tanda) Rata rata Thorn centric sih. Soalnya aku suka Thorn/Duri dan semua tahapnya. Suka? Baca aja, nggak suka? Ya...