Alter-Ego?

362 48 13
                                    

All credit to Animonsta Studio
.
.
Karakter bukan milik saya, tapi ide murni dari saya.

Dilarang plagiat yups!


Selamat membaca!

Alter-ego Duri?

Yang pertama tau kalau Duri punya Alter ego adalah Taufan. Dia yang sejak kecil tertarik dengan dunia psikologi langsung paham dengan kondisi adiknya.

"Halo, aku Taufan. Kakaknya Duri, kamu siapa?" Tanya Taufan malam itu.

Ia baru saja pulang dari hangout dan mendapati adiknya sedang duduk di teras samping rumah. Tiba tiba Blaze lewat dan hanya abai dengan Duri.

"Kak Upan langsung masuk aja. Duri kumat lagi." Ucapnya. Taufan mengernyit, kumat?

"Maksudnya?"

"Duri kayak ngobrol sendiri gitu. Serem pokoknya. Biarin aja." Ucap Blaze. Taufan menatap ke arah Gempa yang duduk di sofa menghadap Duri.

Tampaknya mengawasi adiknya itu juga.

"Gem?"

"Eh Kak Upan. Baru pulang?" Taufan mengangguk, ia duduk di samping Gempa.

"Kak Hali kemana?"

"Masih di kantor." Jawab Gempa. Ia menghela napas. "Duri kenapa ya kak? Akhir akhir ini jadi diem kalo sama kita, tapi sering ngobrol sendiri."

Taufan turut mengalihkan pandangannya pada Duri yang tampak asik berceloteh ria.

"Coba kakak deketin." Taufan membuka pintu kaca lalu menutupnya kembali. Ia berdiri sejenak di samping Duri, mengamati kegiatan adiknya.

"Malemnya dingin, masuk yuk?" Ajaknya. Namun Duri seakan tidak mendengar.

Taufan duduk di samping Duri, sama sama menatap kolam ikan milik Ais yang jernih.

"Duri?" Lagi lagi dia diabaikan. Taufan memutar otak, apa yang sebaiknya ia lakukan?

"Duri ngobrol sama siapa?" Taufan menghadap Duri. Anak itu mulai menoleh.

"Kamu bukan Duri ya? Oke, kenalin, aku Taufan, kakaknya Duri. Nama kamu siapa?" Tanya Taufan perlahan.

"Aku Thorn." Taufan terkejut. Ternyata benar dugaannya, Duri tidak pernah menatap datar ke siapapun.

"Oh Thorn. Kalo boleh tau, sejak kapan kamu muncul?" Kalau dugaan Taufan benar, Thorn baru muncul sekitar 3 bulan lalu, lebih tepatnya setelah Duri pulang malam waktu itu.

"Seingatku baru 3 bulan lalu." Bingo!

"Alasannya?"

"Duri di-hmph!" Taufan terdiam. Sepertinya, walau Thorn yang ambil alih kesadaran Duri untuk berbicara, Duri masih bisa mengendalikan tubuhnya yang lain.

"Duri, biarin Thorn menjawab." Tatapan Duri/Thorn meredup.

"Jangan kasar ke Duri. Dia cuma nggak mau nambah beban kalian." Ucap Thorn.

"Aku cuma mau tau alasannya aja." Ucap Taufan.

"Duri dibully. Udah cukup lama. Bahkan setelah aku ngebales semuanya, dia masih dijauhi. Dia pengin pindah sekolah, seenggaknya bareng kalian.

Tapi kayaknya udah terlambat kan? Bentar lagi dia lulus SMP." Jelas Thorn.

Taufan mengangguk. "Kalo aku sih nggak masalah. Bahkan dia mau minta homeschooling pun nggak masalah."

Duri menoleh. Taufan tersenyum, "Mau cerita, Duri?"

"Kakak bisa bedain kami?" Ah ini Duri.

"Ah gampang. Ini Duri, adek kakak yang gemes, cengeng, dan cerewet. Kalo yang tadi, yang suram tadi itu Thorn." Duri tersenyum lebar.

Taufan tergagu, kapan terakhir ia melihat senyuman khas Duri ini?

Setelah itu, Duri menceritakan semuanya. Termasuk alasan dia bisa mengenal Thorn dan berakhir mengabaikan orang rumah.

"Ah jadi gitu. Makasih ya Thorn udah jagain Duri. Maaf kami nggak cepat tanggap waktu itu." Taufan mengetik beberapa kalimat di ponselnya.

"Siapa aja yang udah kenal Thorn?" Tanya Taufan.

"Nggak ada yang mau kenal sama Thornie." Ucap Duri sedih. "Padahal Thornie itu baik! Dia juga berani dan kuat!"

"Wah kalo gitu, kakak dong yang pertama kenal?" Ucap Taufan. Duri mengerjapkan matanya beberapa kali.

"Iya! Kak Upan duluan!" Duri tertawa.

"Duri." Duri dan Taufan menoleh, di sana kelima saudaranya berkumpul.

"Maaf, kakak nggak pernah dengerin kamu." Ucap Gempa. Ia memeluk Duri.

"Maaf ri, kakak malah ngatain kamu gila." Ucap Blaze. Ia mengelus kepala Duri.

"Maaf aku nggak ada waktu itu. Aku juga sempet bentak kamu waktu itu." Ucap Solar.

Ais menepuk punggung Duri, walau ia tidak berbuat aneh aneh, tapi dia mengabaikan Duri yang mungkin mau meminta pertolongannya.

Hali hanya diam, ia bingung mau bilang apa.

"Duri-"

"Thorn. Ngapain deket deket Duri?" Semuanya diam.

"Ah ya Thorn. Maaf sebelumnya karena nggak percaya sama omongan kalian. Aku nggak mau nyalahin suasana waktu itu yang lagi berantakan.

Aku kurang peka sama keadaan kalian. Jadi, sekarang aku mau minta maaf. Untuk sekolah, aku bakal usut dan perkarain ini."

Thorn menatap Hali datar. "Hm."

"Udah kan? Sekarang tambah 5 yang kenal Thorn." Ucap Taufan memecah suasana.

"Yayaya."

"Kakak maaf." Duri kembali.

"It's okay sayang. Lain kali bilang ya, kakak juga bingung kalo kamu nggak cerita tapi tau tau minta pindah." Ucap Gempa.

Duri semakin menangis dipelukkan Gempa.

Semenjak itu, mereka mengenali Duri sebagai Duri dan Thorn. Mereka sama sama bisa berbaur dan dekat dengan keduanya.

Sampai....

"Thorn! Duri!"

"Thorn hilang." Ucap Duri. Ia memegangi kepalanya.

"Bisa gitu?" Tanya Blaze bingung. "Tergantung psikologis orang itu sih. Mungkin Thorn merasa udah aman ninggalin Duri."

"Tenang Duri, ada aku. Kan aku kembaranmu." Ucap Solar.

"Aku juga! Kamu nggak bakal sendirian lagi." Ucap Blaze.

Duri tersenyum, sudah saatnya dia kembali ke dunia asalnya. Ia bersyukur bisa mengenal Thorn, namun ia jauh lebih bersyukur bisa kembali ke keluarganya.

Tamat

Halooo, aku balik bentar sebelum ngilang lagi
┐( ∵ )┌

Gimana sih jadinya kalo lagi butuh temen tau tau punya Alter-ego?? Nah, tanya ke Duri.

Tapi jangan sampai punya ya temen temen. Mending punya temen beneran.

Aku sebenernya udah ada satu cerita lagi. Tapi daripada kalian nunggu lama, mending buat minggu depan ajah~

Have fun ya di Agustus ini! Selamat menjalani bulan kemerdekaan! Merdeka!

See you at the next chapter!!

Salam hangat

ANSY,

Boboiboy Fanfiction (Thorn/Duri Centric)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang