Hyunbin adalah panutan untuk adik-adiknya, si tengah dan kembar.
Bagi adik-adiknya, Hyunbin adalah Abang yang sekaligus merangkap menjadi Ayah dan Ibu. Bahkan menjadi rumah setiap mereka lelah dengan dunia luar, tempat berpulang yang paling nyaman dan selalu begitu.
Pun Hyunbin, adik-adiknya adalah alasan utama untuk dia bertahan, untuk dia tetap bangun di keesokan harinya sampai kapanpun, Hyunbin tidak bisa membayangkan jika ia tidak ada lagi nantinya, bagaimana dengan nasib adik-adiknya, Hyunbin tidak bisa, setidaknya mereka harus bersama-sama sampai Hyunbin berkeyakinan jika adik-adiknya tidak lagi membutuhkan dirinya.
Menjadi tiga sosok sekaligus untuk adik-adiknya bukanlah hal yang mudah, Hyunbin seringkali merasa lelah batin sendirian, bukan keinginan siapa-siapa hingga pada akhirnya hal yang tidak pernah ia bayangkan terjadi pada mereka.
Tidak mengapa, Hyunbin masih memiliki adik-adiknya sebagai pegangannya, dan menjadi senderan untuk ketiga adiknya walaupun ia sendiri tidak punya senderan ketika lelah fisik dan batin menyerangnya.
Taㅡ
"ABAAAANGGGG!!!" Teriakan itu. setiap hari selalu terdengar di penjuru rumah, di setiap sudut dan di telinga tiga manusia lainnya.
Btw, intronya segitu aja ya, karena dedek udah curi start dengan teriakan mautnya.
Suara si bungsu. Hyunmin namanya, selalu teriak, selalu tantrum, selalu iseng, berlebihan memang, tapi nyatanya begitu, abang-abangnya sudah sangat kenyang dengan kelakuan bocah satu itu.
"Kenapa dek?" Saut Hyunbin dengan suara lembutnya.
"ABANG LIAT ALMAMATER AKU ENGGAK?" Setiap senin pagi, selalu meributkan hal yang itu-itu saja. kalo tidak almamater ya pasti kaos kaki. pelakunya juga cuma satu, Hyunmin. Kalo untuk hari lain beda lagi yang diributin.
"ABANG GUE BERANGKAT DULU! BURU-BURU MAU CEK LOKASI, GUE UDAH TELAT!" Kalo ini suara Hyunseok, si tengah, orangnya panikan, tapi lucu juga, kalo kata temen-temennya sih dia mataharinya teknik.
Penampilannya jauh dari sebagiamana gambaran anak teknik menurut orang-orang. Rambut dan pakaiannya selalu rapi dan tertata. Bukan berarti anak teknik lain tidak rapi dan acak-acakan, hanya saja tampilan Hyunseok tidak masuk kriteria kebanyakan anak teknik di luar sana.
Justru si bungsu alias Hyunmin yang cocok jadi anak teknik, liat aja bajunya, rambutnya, petantang-petentengnya anak teknik banget tapi jangan salah, Hyunmin itu anak psikologi gayannya aja teknik abis, tapi kalo buat sembuhin mental orang dia jagonya.
"Iya hati-hati jangan ngebut. Kalo udah selesai urusan langsung pulang ya, abang hari ini bakal praktek sampe malam." Hyunseok yang tengah memasang sepatu di teras rumah dengan grasa-grusu hanya berdeham mendengat jawaban abangnya.
"Abang gue duluan!" Hyunseok sudah berangkat dengan motor beat hitam hijau kesayangannya.
Hyunbin masih memantau adik kembaranya, yang satu masih teriak-teriak mencari barang yang entah kemana kalo dibutuhkan selalu tiba-tiba menghilang dan satu alias kakak kembarnya Hyunmin, Dohyun tengah menyantap sarapan dengan khitmat tanpa merasa terganggu dengan adik kembarnya, baginya ini sudah terlalu biasa.
Saat malam hari setelah lelahnya belajar pun, Hyunmin selalu mengganggu dengan kehebohannya. Dohyun sudah hapal mati dengan kebiasaan adik kembarnya. Lagi pula hari ini dia terlalu malas untuk membantu adiknya itu, ia balas dendam, karena semalam Hyunmin curhat sampai jam tiga subuh dan Dohyun sama sekali tidak tidur, manahan kantuk yang luar biasa tapi sama adiknya itu untuk menutup mata barang sedetik saja haram hukumnya. mau marah juga tidak bisa, yang ada malah dia yang diambekin balik.
"Dedek ayo cepet sarapan, abang Dohyun udah selesai sarapan loh. bentar lagi kalian telat." panggil hyunbin dari tangga bawah memanggil si bungsu yang entah tiba-tiba suaranya menghilang. Padahal tadi ributnya minta ampun.
Hyunbin sudah bolak-balik menasihati si bungsu untuk tidak teriak heboh di pagi hari, selain karena berisik takut mengganggu tetangga juga takut memicu kepanikan Hyunseok. Tapi lagi-lagi hanya balasan iya-iya saja dan tetap akan terulang begitu. Hyunbin pasrah.
"ABANG SEBENTAR! TERNYATA AKU LUPA PRINT TUGAS, SEBENTAR LAGI AKU TURUN, TUNGGU YA ABANG." Jawaban Hyunmin dengan suara kerasanya menembus dinding kamar yang bahkan pintu kamar itu tertutup rapat.
Hyunbin dan Dohyun hanya saling tatap. "Kebiasaan emang si dedek mah. tadi malam aku udah bolak-balik tanya ada tugas apa enggak, ada yang perlu di print apa engga, jawabannya enggak ada, meyakinkan banget lagi."
Hyunbin hanya tersenyum kecil. Lucu sekali melihat adiknya yang satu ini, santai cuma kalo menyangkut kembarannya suka cerewet tapi pasrahan.
"Emang abang Dohyun langsung percaya gitu aja kalo dedek jawabnya terlalu meyakinkan. Biasanya dedek tuh gak bisa bohong loh."
"Aku percaya gak percaya bang, habisnya dedek heboh banget tadi malam minta didengerin curhatnya sama aku. sampe jamㅡ"
Hyunmin menuruni tangga dengan heboh."Abang ayok berangkat! Dedek udah siap!"
"Astaga dedek, kalo turun tangga pelan-pelan. Kalo terjadi sesuatu gimana?"
"Hehe maaf abang, habisanya mulut dohyun ember!"
Mulut dohyun dibekap erat oleh hyunmin, usaha menyembunyikan apa yang akan dohyun katakan pada abang kesayangannya itu.
Tangannya sibuk bekap mulut kakak kembarnya tapi tatapan dan senyum merekahnya sejurus dengan hyunbin di hadapannya. Terbayang bukan?
"Dedek kok gitu? Abang dohyunnya gabisa napas itu."
Dohyun memukul-mukul lengan Hyunmin. "Monyet! Gua gak bisa napas! Lu sekira-kiranya dong!" Sembur Dohyun setelah Hyunmin melepaskan tangannya. "Untung kagak gua jilat tangan lo yang bau zwitsal itu!"
"Omongannya abang, dedek juga iseng banget sih sama abangnya. Kasian tau abangnya susah napas gitu. Lagian kenapa sih? Turun tangganya enggak pelan-pelan, mulut abangnya dibekep, emang dedek curhat sampe jam berapa?"
Hyunbin selalu lembut kepada siapapun terlebih kapada tiga adiknya yang berbeda karakter semua, ia tidak bisa kasar tapi ia bisa marah. Kalo Hyunbin marah berarti ada hal yang luar biasa terjadi, soalnya Hyunbin jarang sekali marah, kalo marah yang panik bukan Hyunseok justru si bungsu Hyunmin, ia akan panik dan ketakutan setengah mati.
Dohyun menatap Hyunmin yang tengah memelas untuk tidak membocorkan rahasia mereka. Sedangkan Hyunbin hanya menatap bergantian ke arah adik-adiknya, tadi malam ia lupa untuk mengecek kamar si tengah dan kembar karena tubuhnya sudah terlalu lelah sepulang dari rumah sakit.
"Bukan apa-apa abang hehehe.." Dohyun cengar-cengir manatap balik abangnya padahal dalam hati ingin sekali mengadukan kelakuan Hyunmin pada abangnya itu.
Hyunbin hanya mengangguk, ia paham betul jika kembar tengah menyembunyikan sesuatu. "Yasudah kalo begitu, dedek sarapannya mau dibekel apa dimakan sekarang? Soalnya kalian udah mau telat, abang hapal loh ya jadwal kuliah kalian."
"Dibekelin aja abang, nanti dedek makan di kelas kalo dosen belum masuk."
Pada akhirnya rumah kembali tenang. ketiga adiknya sudah berangkat kuliah. Hari ini yang sarapan hanya dohyun dan dirinya, sedangkan Hyunseok dan Hyunmin memilih dibekal saja.
Hyunbin dengan telaten membersihkan rumah warisan kedua orang tuanya, membersihkan apa yang tidak beres, seperti mencuci piring, menyapu dan mengepel lantai, selebihnya sudah rapi dan bersih semua.
Rumah itu banyak sekali kenangan indahnya, rumah tempat ia dan ketiga adiknya tumbuh, rumah tempat ia mendapatkan kasih dan sayang.
Hyunbin tersenyum ketika menatap figura besar berisikan foto keluarga lengkap ada ia dan ketiga adiknya beserta ayah dan ibu. tersenyum lebar menatap pada kamera yang mengabadikan momen terakhir kebersamaan mereka.
TBC
11 Maret 2024
Gimana menurut sayangnya dedek?
KAMU SEDANG MEMBACA
Home
FanfictionFanfiction SNU Boys Hanya cerita sederhana tentang mereka, tapi lebih banyak gak jelasnya, karena yang jelas cuma bentuk cintanya dedek untuk Abang-abangnya. Start: 11.03.24 Finish: -