Ngobrol santai (2)

329 44 26
                                    

Setelah obrolan random dimana dedek tengah memperagakan salah satu tawa bapak-bapak komplek. Hyunseok menyuruh Dohyun untuk mengambil gitarnya di kamar dan langsung dituruti oleh adiknya itu.

Mereka tengah menyanyi bersama dengan iringan gitar yang Hyunseok mainkan, 2 sampai 3 lagu mereka nyanyikannya bersama, tidak ada yang fals semuanya punya suara yang merdu tapi karena dedek lagi mengunyah jagung jadi harmoni vokal yang terdengar jadi sedikit lucu.

"Sudah ya nyanyinya adik-adik, tangan gue udah kapalan, sekarang lanjut lagi ceritanya, giliran gue sama bang Bin lagi nih." Ucap Hyunseok setelah memetik chord terakhir dan menaruh gitar di sampingnya.

"Mau suit aja atau gimana bang?" Tanya Hyunbin pada Hyunseok

"Suit aja ya bang yang menang cerita duluan." Jawab Hyunseok.

Bang Hyunbin dan Hyunseok pun melakukan suit hingga ketiga kali Hyunseok mengeluarkan jari telunjuk dan bang Hyunbin mengeluarkan jari kelingking yang tandanya Hyunseok menang dalam suit kali ini.

"Oke gue cerita ya, tapi gue gak tau sih mau cerita apaan. Dedek mau cerita apa dek? Buaya dan kancil? kongjwi dan patjwi? Atau sejarah korea dan jepang?" Tanya Hyunseok sambil mencolek-colek lengan dedek.

"Abang ini kenapa sih? Dedek kan ingin mendengar cerita abang bukan cerita seperti itu. Emangnya abang tau cerita semuanya?" Ucap dedek, ia sebel dengan abangnya yang satu ini, dedek gak suka dicolek-colek, emangnya dedek ini sabun colek?!

"Ya enggak sih, gitu aja ngambek lu!"

"Abang cepatin ceritanya, sebelum dedek rusakin gitar abang!"

"Jelek lu ngancemnya." Ucap Hyunseok sambil mengacak rambut dedek.

Hyunseok hanya ingin menggoda adiknya yang satu itu, soalnya dari tadi dedek fokus sekali dengan jagung bakar yang entah sudah keberapa. Lucu sekali liatnya bikin abang Hyunseok tidak bisa untuk tidak menggodanya.

"Nanti dedeknya makin ngambek loh abang." Ucap bang Hyunbin yang sedang merapikan rambut dedek kembali.

"Yaudah gue cerita, sebenarnya ini bukan cerita tapi lebih kayak si Dodo tadi sih."

"Dih ikut-ikutan!"

"Bisa diam gak?!"

Dohyun pun melipat bibirnya ke dalam karena bang Hyunseok sudah mengacungkan garpu ke hadapannya.

"Gue serius ya ini, tapi ini khusus buat bang Bin aja, gua bingung mau ngomong darimana tapi bang kalo ada sesuatu bilang sama kita ya, gue dan adik-adik emang menjadikan lo sebagai pegangan, tumpuan dan sandaran, tapi kita juga mau lo seperti itu ke kita bang. Bukan berarti lo harus nahan atau nyimpan semuanya sendiri, lo paling jarang berekspresi kayak marah, sedih, atau apapun itu. Kalo capek bilang ya bang, biar kita juga bisa ngertiin lo dan gak lo terus yang ngertiin kita. Gapapa deh kalo gak ke dedek misalnya, tapi ke gue dan Dohyun bang. Jadikan kita tempat untuk lo berkeluh kesah juga ya, kita jarang banget dengar itu semua dari lo."

"Bang, jadi sulung gak selalu harus kuat, jadi sulung gak harus selalu mengerti, jadi sulung gak harus selalu mengalah. Sulung juga boleh nangis, sulung juga boleh untuk mengeluh, pundaknya jangan dikuatin terus ya bang, dikendurkan sedikit. Ada adik-adik lo yang akan selalu siap bahu membahu apa yang lo bawa di pundak tegap lo itu. Jangan merasa lo harus bertanggungjawab sama kita terus, sekali aja bang sekali aja jangan mikirin kita terus ya, pikiran diri lo yang utama bang. Adik-adik lo sudah besar sekarang, gue mau liat lo punya kebahagiaan yang lain, gue ingin lo punya seseorang yang juga bikin lo bahagia tapi bahagia yang berbeda. Udah ya bang itu aja, sebenarnya ada lagi tapi gue gak kuat liat muka si dedek malah dia yang mau nangis." Ucap bang Hyunseok matanya pun berkaca-kaca, sebenarnya masih banyak sekali yang ingin ia sampaikan pada abangnya, tapi ia takut kegiatan malam ini malah jadi acara termehek-mehek apalagi dedek terlihat sudah ingin menangis.

HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang