Mati lampu

544 47 25
                                    

"ABAAAANG?!!" Teriak dedek saat lampu rumah tiba-tiba padam, ia sedang minum di dapur tidak menyangka akan datang nasib naas seperti ini.

Di luar tengah hujan deras bahkan suara gemuruh terdengar keras. Dedek terkaku di tempatnya. Ia tidak berani bergerak, gelas kaca itu ia genggam erat dan gemetar. Tidak ada pencahayaan sama sekali, dedek ketakutan setengah mati. Jantungnya berdegub kencang!

"Ab.. abang mana sih.. kok gak jemput dedek.." Lirih dedek, ia sama sekali tidak berani bergerak. Hatinya terus marapalkan doa agar abangnya itu lekas menjemputnya di dapur.

Lima menit, sepuluh menit, lima belas menit! Abang tidak kunjung turun, iya sih ini waktu tengah malam, ketiga abangnya pasti sudah tidur, Dodo pun tadi ia liat sudah terlelap bahkan mendengkur.

Keringat sudah membanjiri pelipis dan leher dedek. Rasanya ingin menangis kencang tapi untuk bersuara saja ia tidak berani. Suara bunyi detik jam yang berputar, semakin menambah suasama horror di rumah ini. Dedek akhirnya jongkok di depan kulkas, ia tidak bisa melihat apa-apa dalam kondisi gelap gulita seperti ini.

Dedek sebenarnya bisa saja lari naik ke atas ia hapal mati dengan letak barang-barang di rumah. Hanya satu, ia takut dengan apa yang ada di kepalanya sekarang. Pikiran-pikiran seram terus menghantui kepalanya. Dedek menangis! Ah harusnya tidak cengeng perkara mati lampu saja, ia kan laki-laki, sudah mahasiswa lagi, tapi karena cerita pak Mamat tadi sore dan isi kepalanya yang sudah kemana-mana membuat dedek menjadi cemen. Tidak perduli kalo abangnya akan mengoloknya nanti, yang penting sekarang bagaimana cara ia bisa selamat dari suasana horror seperti sekarang.

Tadi sore saat dedek kembali dari indomaret depan, ia bertemu dengan pak Mamat di pos satpam dan mulai mengobrol. Pak Mamat cerita pada dedek kalau kemarin malam ia diganggu oleh makhluk halus, pak Mamat beberapa kali mendengar suara tawa seorang perempuan dan bau wangi yang menyengat setelah mobil keluaran lama itu meninggalkan pos satpam. Malam itu sebuah mobil keluaran lama berhenti di depan pos satpam, pemilik mobil itu langsung memberikan alamat yang tertera pada sebuah kertas coklat pada pak Mamat tanpa bicara apapun. Pak Mamat awalnya tidak begitu memerhatikan pemilik mobil itu karena rasa kantuknya, ia harus berjaga sendirian malam itu karena rekannya sedang izin tidak bertugas, dedek juga tidak kenal dengan rekan pak Mamat.

Saat pak Mamat mengembalikan kertas berisikan alamat yang ternyata sebuah rumah yang telah lama kosong yang tidak jauh dari blok ini, pak Mamat terkejut bukan main. Ternyata pemilik mobil itu adalah seorang perempuan berbaju hitam yang wajahnya pun pak Mamat tidak bisa mendeskripsikannya dengan yakin.

Karena yang pak Mamat lihat, wanita itu memiliki wajah khas orang kulit putih, hidungnya kecil dan mancung, alis tipis seperti camar dan bibir yang tipis, dagunya pun juga terlihat agak runcing, yang membuat pak Mamat terkejut adalah wajah wanita itu seperti porselen yang mengkilat. Benar-benar seperti porselen tidak seperti manusia pada umumnya, bahkan ia menggerakkan kepalanya dengan kaku untuk menatap wajah pak Mamat. Wanita itu tersenyum pada pak Mamat hingga kedua ujung bibirnya naik beberapa senti hampir menyentuh telinga, lalu mobil itu jalan perlahan meninggalkan pak Mamat yang masih mencerna hingga ada suara khas tawa perempuan yang terdengar sangat melengking hingga telinga pak Mamat berdengung sakit dan aroma wangi khas tanaman melati menyeruak menusuk hidung, aromanya sangat kental sekali membuat kepala pak Mamat pusing seketika. Setelah mobil itu hilang dari pandangan pak Mamat, banyak kejadian yang tak lazim terjadi hingga langit mulai terang. Seperti channel tv yang berganti sendiri, kopi pak mamat yang tiba-tiba berlendir dan bau busuk padahal kopi itu baru dibuat, bahkan pak Mamat beberapa kali mendengar suara orang bersenandung lagu bahasa asing, padahal tidak ada siapapun selain pak Mamat sendiri.

Dedek menggelengkan kepalanya saat cerita pak Mamat terputar kembali di kepalanya. "Abang.. tolong dedek.." Lirih dedek, bajunya sudah banjir keringat. Hawa yang sumuk dan perasaan ketakutan membuat kelenjar keringatnya memproduksi lebih cepat. Bahkan dedek sudah merinding gak karuan menimbulkan bulu tangannya berdiri.

HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang