Dedek sakit

902 64 5
                                    

"Abang! Abang! Buka pintunya abang!" Jam 3 dini hari sudah terjadi keributan di rumah nomor 50 ini.

"ABANG BANGUN BANG!!" Pelakunya adalah Dohyun, ia mengetuk pintu kamar bang Hyunbin dengan brutal tapi abangnya itu tidak kunjung membuka pintu.

Pintu kamar terbuka tapi bukan kamar bang Hyunbin melaikan kamar bang Hyunseok. "Ada apa sih cil? Ganggu orang tidur aja tau gak?" Tanya Hyunseok dengan suara seraknya khas orang bangun tidur.

Dohyun mendekati Hyunseok. "Abang, dedek sakit bang! Dia ngigo terus pas gue cek panas banget badannya!" Ucap Dohyun penuh kepanikan.

Yang tadinya merem sambil bersender di daun pintu mata hyunseok langsung terbuka lebar dan rasa kantuk itu tiba-tiba menghilang.

"Bentar biar gue cek, lo cari obat di bawah."

"Iya bang sekalian gue masak bubur, tapi bang Hyunbin kemana bang? Kok dari tadi dipanggil gak nyaut?" Tanya Dohyun.

"Bang Hyunbin jaga malam di rumah sakit, sekarang kita dulu ya yang rawat dedek. Dedek pasti demam karena hujan-hujanan kemarin. Gapapa, jangan takut, dedek pasti cepet sembuh. " Ucap Hyunseok menenangkan, sejujurnya ia pun panik bingung bagaimana merawat adiknya ketika sakit, karena biasanya ada bang Hyunbin yang langsung turun tangan. Dohyun mau menangis, badan dedek panas banget, ia tidak tega.

Dohyun mengangguk lalu melaksanakan perintah Hyunseok, sedangkan abangnya itu masuk ke dalam kamarnya dan dedek. Hyunseok mendapati dedek yang tengah meringkuk di atas kasur dengan selimut tebal yang menutupi seluruh badannya.

"Dedek? Bangun dulu yuk biar abang periksa suhu dedek dulu." Ujar Hyunseok, tangannya menyentuh jidat dedek dan memang panas sekali, tapi untuk memastikan ia ingin memeriksanya dengan termometer milik kembar yang selalu sedia di atas nakas kamar mereka.

"Dedek? Giginya sampai bergemelatuk gitu, dingin banget ya dedek?" Tanya Hyunseok lembut.

"Dedeknya abang, ayo bangun dulu, kita cek suhu setalah itu makan dan minum obat ya." Dedek tidak kunjung membuka matanya, tapi gesekan giginya menimbulkan suara bahkan ia mengigau memanggil ibu dan ayah.

Kalo begini mah hyunseok juga ingin menangis.

Hyunseok pun dengan telaten mentelentangkan dedek dan membuka baju dedek sedikit untuk mengecek suhu di ketiaknya. 38,6°C suhu dedek sekarang, Hyunseok pun mengganti baju dedek dengan bahan katun yang selalu dipisahkan dari baju-baju lainnya lalu kembali menyelimuti dedek dan mengatur suhu kamar.

Anak kedua di rumah 50 ini membuka laci nakas mencari plester penurun panas yang biasanya selalu di stok oleh abangnya tapi kali ini ia tidak menemukannya. "Duh dimana lagi itu bye-bye fever.." Hyunseok bingung soalnya ia tidak mendapatkan petunjuk apapun dimana benda itu berada karena semua tempat yang berkemungkinan disimpannya plester penunurun panas itu tetap tidak ada.

Matanya pun menangkap sebuah lemari yang memang di khususkan untuk buku-buku si kembar, akhirnya ia membuka dan mencari di sela-sela buku, sebenarnya ia tidak yakin bakal ada disana tapi tidak salahnya mencoba, dari rak bawah sampe atas sudah ia telusuri dan memang tidakㅡ

Kan, tidak salah memang, bungkus bye-bye fever itu terlihat oleh matanya yang ternyata jadi pembatas buku yang ada di paling pojok lemari.

Entah siapapun yang membaca itu Hyunseok tidak perduli, ia membutuhkan bye-bye fevernya sekarang juga.

Tapi agak heran juga mengapa ada manusia menjadikan plester penurun panas yang baru sebagai pembatas buku.. cuma karena ini antara kedua adik kembarnya, Hyunseok tidak ambil pusing, emang agak laen soalnya.

"Ib.. ibu, ayah, dedek.. m.. mau." Apakah adiknya ini bermimpi bertemu ayah dan ibu? Hyunseok menyugar rambut lebat adiknya dengan sayang. "Dedek bangun yuk.." Ucap Hyunseok sambil menempelkan plester penurun panas pada dahi adik bungsunya.

HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang