Tetangga baru (2)

398 44 51
                                    

Setelah makan malam yang agak telat karena menunggu bang Hyunbin balik Hyunbin dan ketiga adiknya itu memilih untuk ngumpul di ruang tv, kata mereka capek belajar, jadi malam ini libur untuk belajar bersama. Hyunbin juga mengiyakan dia pun agak pusing hari ini jadi langsung menyetujui permintaan ketiga adiknya itu. Toh sepertinya sudah lama mereka tidak ngumpul dan ngobrol santai setelah makan malam.

Dohyun sedang duduk di karpet bulu dengan badannya yang bersender pada badan sofa sedangkan kakinya ia luruskan agak terbuka karena ada si dedek yang berbaring di tengahnya dengan perut Dohyun sebagai bantal sambil nyemilin kacang, matanya fokus pada tayangan di tv.

Kalo bang Hyunbin lagi duduk bersila di atas sofa yang Dohyun senderin dengan tangannya yang ia luruskan pada punggung sofa. Kalo bang Hyunseok ia duduk di sofa tunggal sebelah abang sambil memangku gitar, sesekali memetik mencari nada atau hanya ia peluk-peluk saja.

"Beneran lo cil tadi ditebengin pulang sama tetangga baru kita itu?" Tanya Hyunseok setelah ia mengingat pesan adiknya di grup tadi siang.

"Iya abang, awalnya dedek takut ih." Balas dedek sambil menoleh sebentar pada Hyunseok.

"Dedek takut kenapa? Dedek gak di apa-apain kan?" Sahut bang Hyunbin, takut-takut adeknya itu disakiti.

"Lo mah sama pak Mamat awalnya juga takut dek, tapi setelah itu bestian kan lu berdua beliau." Sambung Dohyun lalu ia mengambil kacang dari tangan dedek dan langsung memakannya.

"Jangan gitu ih abang, kacang dedek ituuuu."

"Yeee pelit amat, abang beliin buat di rumah ya bukan buat lu doang."

"Ya aku tau, tapi maksud aku kan abang ambilnya dari tangan aku jadi otomatis punya aku lah."

"Gitu doang ngambek lo cil, jauh elah toplesnya."

Padahal itu toples ada di pelukan dedek, tidak butuh effort lebih hanya untuk mengambil kacang, tapi emang abang Dohyun nya aja yang ingin isengin dedek.

"Pertanyaan gue terlupakan well. Malah ribut nih dua bocil, jawab dulu pertanyaan abang dek." Sahut Hyunseok gemes melihat tingkah kedua adiknya yang berebutan kacang.

"Iya abang dedek tadi diantarin pulang sama tetangga baru kita itu, dia ajak dedek, tapi dedek awalnya juga takut diculik sama dia abang."

"Kok dedek bisa kepikiran diculik?" Tanya bang Hyunbin heran.

Hyunseok tertawa mendengar jawaban polos adiknya itu. "Siapa mau culik lo dek? Astaga ya kali ada orang mau nyulik anak bongsor kayak lo?"

Si dedek mendelik ke arah bang Hyunseok. "Ya siapa tau abang, kan dedek awalnya gak kenal sama dia. Dedek ketemunya di gedung fakultas, soalnya.. anu.."

"Anu apa?" Sahut Dohyun cepat. "Pasti lo nakal ya hari ini?" Tuduhnya.

"Apa dedek? Dedek kenapa?" Tanya bang Hyunbin, soalnya ia juga penasaran sekali. Tadi siang saat ia ingin menelpon dedek, dedek mengabari kalau dirinya sudah di rumah dan bang Hyunbin tidak perlu menjemput dedek hari ini.

Dedek pun terdiam cukup lama. Ketiga mata abangnya itu tidak lepas memandang dirinya menunggu jawaban keluar dari mulutnya.

"Dedektidaksengajanabrakdia." Ucap dedek cepat lalu ia memasukkan beberapa kacang sekaligus ke dalam mulutnya.

"HAH?!" Sahut Hyunseok dan Dohyun berbarengan.

"Ngomong yang jelas dek, abang gak paham."

Dedek menelan kunyahan kacangnya. "Tapi janji abang semua jangan marah sama dedek ya."

"Tuh kan lo pasti nakal nih!"

"Dengerin dedek dulu abang. Tidak boleh menyela."

"Yaudah cepetan, lama banget intronya."

HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang