1

5.7K 355 13
                                    

Siang itu langit terbentang cerah, seperti sebuah ruang awan yang di anggap layaknya ruangan perpustakaan, tempat dimana gadis berkacamata itu sedang duduk membaca buku.

Perpustakaan, tempat yang sangat cocok untuk berdiam diri. Dimana semua orang memilih untuk pulang ke rumah masing-masing, Becky lebih memilih untuk pergi ke perpustakaan. Becky selalu rutin mendatangi tempat perpustakaan, meskipun ia sudah lulus kuliah tapi kebiasaan itu tidak hilang.

Ditemani suara detik jam yang terus berbunyi, Becky membalik halaman demi halaman menikmati waktu tenangnya, tanpa ada gangguan. Sebelum akhirnya Becky sadar sinar matahari oranye memasuki ruangan tersebut seakan menjadi pertanda bahwa waktunya telah habis. Becky segera membereskan barang bawaannya dan berniat untuk pulang.

"Umm.... Aku bingung."

Seketika pergerakan Becky berhenti, kepalanya menoleh kearah suara. Seorang gadis berambut panjang lurus berwarna hitam pekat, memiliki tinggi hanya berbeda 5-10 cm, lebih pendek darinya. Satu alis Becky terangkat, mendengar perkataan gadis itu yang berkata 'bingung' tentu saja membuatnya juga kebingungan.

"Ada apa?"

"Bolehkah kamu mengajari aku?"

Tanya gadis itu memelas sambil menunjukkan buku matematika nya, Becky melihatnya sekilas kemudian menatap gadis itu kembali tapi tidak berlangsung lama, tangan Becky terangkat melihat jam yang melingkar di pergelangannya tersebut.

"Maaf, aku mengganggu mu. Tidak perlu jika ti---"

"Boleh."

Balas Becky memotong perkataan gadis itu. Sebenarnya Becky tidak masalah, terlebih melihat wajah gadis itu yang tiba-tiba murung dan lagipula soal yang gadis itu berikan tidak susah menurutnya.

"Benarkah?"

Tanya gadis itu dengan wajah berseri-seri nya. Becky tersenyum melihat wajah gadis itu yang bisa di bilang polos tapi secara bersamaan gadis itu lucu baginya.

"Ya. Tapi kita tidak bisa berada di sini karena perpustakaan sebentar lagi akan tutup."

"Kalo begitu kita ke apartemen ku!"

Ajak gadis itu bersemangat. Becky terlihat berpikir tapi tidak mungkin jika ia menolak di saat gadis itu terlihat bersemangat, Becky yakin gadis itu tidak akan berpikir aneh-aneh dan tidak akan memikirkan kemungkinan terburuk jika mengajak orang asing ke apartemennya.

"Aku Becky dan kamu....?"

Tanya Becky sambil membereskan buku-bukunya yang sempat tertunda tadi. Rasanya sangat aneh menerima ajakan dari seseorang yang baru ia temui dan gadis itu tiba-tiba memintanya untuk mengajarinya.

"Aku Freen Sarocha Chankimha, panggil saja Freen."

Balas Freen membantu Becky memasukkan barang-barang bawaannya ke dalam Tote bag. Sebenarnya tidak banyak bawaan Becky, hanya ada laptop dan Tumbler tapi yang membuat lama adalah buku-buku yang berserakan di meja Becky.

"Terimakasih."

Ucap Becky ketika Freen membantunya membawa buku-buku yang ia baca tadi. Mereka berdua kemudian mengembalikan buku ke tempatnya dan keluar dari perpustakaan.

"Maaf karena meminta mu mengajariku tiba-tiba. Teman-teman ku sudah pulang duluan jadi aku bingung meminta bantuan kepada siapa dan di situ aku melihat mu."

"Kamu semester 5?"

"Tebakan mu benar, hebat!"

Puji Freen sedikit tidak percaya. Sedangkan Becky sudah mengetahuinya sejak Freen menunjukkan materi matematika tersebut, mengingat dulunya berkuliah tentu Becky sudah mengetahuinya terlebih dahulu.

Becky tidak terlalu memperhatikan sekitarnya jadi ia tidak tau bahwa di lantai perpustakaan itu hanya ada dirinya dan Freen. Begitu Becky sudah tertuju kepada halaman buku, begitu pula dirinya tenggelam dalam dunia nya sendiri.

"Kamu tidak membawa kendaraan kan?"

Tanya Freen menaiki motor matic nya yang berwarna putih. Becky menggangukkan kepalanya, ia memang tidak pernah membawa kendaraan untuk pergi ke perpustakaan, Becky lebih memilih di antar-jemput oleh supir pribadinya.

"Ayo."

Ajak Freen sambil mengulurkan tangannya untuk membantu Becky naik ke motornya. Kedua tangan Becky memegang ujung kaos Freen ketika motornya di jalankan. Bisa di bilang saat ini untuk pertama kalinya Becky menaiki motor.

Becky tersenyum merasakan angin yang menerpa rambut panjangnya yang bebas dan rasanya begitu mendebarkan, matanya yang tajam melihat pemandangan jalanan yang terlihat sangat ramai, penglihatannya begitu berbeda ketika menaiki mobil. Saat menaiki motor, Becky dapat melihat pemandangan jalanan cukup jernih di bandingkan melihatnya dari mobil.

Freen melirik kearah kaca spion yang dimana terpampang jelas wajah bahagia Becky, diam-diam Freen tersenyum melihatnya. Rasanya Freen ingin menaikkan kecepatan motornya agar Becky memeluknya tapi ia mengurungkan niatnya tersebut karena takut merusak Tote bag yang berisi laptop dan Tumbler itu yang berada di tengah-tengah mereka, terlebih mereka baru saling kenal.

"Hei. Naikkan kecepatan motornya."

Bisik Becky mencondongkan tubuhnya agar suaranya dapat terdengar oleh Freen. Tubuh Freen seketika merinding merasakan sekilas hembusan nafas Becky yang berada di telinganya, dan Freen tambah gelagapan ketika Becky mendekatkan tubuhnya menempel ke punggungnya meskipun masih terhalang Tote bag.

Freen menaikkan kecepatan motornya dan kembali melirik ke kaca spion tapi ia tidak dapat melihat wajah Becky karena Becky menyenderkan kepalanya ke punggung Freen dengan kedua tangan yang melingkar di perutnya.

"Ya tuhan... terimakasih."

Batin Freen berucap sambil tersenyum, ia dapat merasakan kupu-kupu yang berterbangan di dalam perutnya. Freen menjadi tidak sabar untuk bertemu dengan sahabatnya di kampus besok untuk menceritakan apa yang terjadi.

Selang beberapa menit akhirnya mereka sampai di apartemen dan satpam mempersilakannya masuk, Freen memarkirkan motornya di parkiran. Becky mengikuti Freen dari belakang sambil menenteng Tote bag nya, sepanjang jalan Becky memperhatikan sekeliling. Mereka menaiki lift, matanya melirik jari telunjuk Freen yang menekan tombol 20 yang berarti kamar apartemen Freen berada di lantai paling atas.

Ting!

Suara lift terbuka, Freen dan Becky pun keluar. Entah mengapa tiba-tiba Freen merasa canggung karena sadari tadi tidak ada yang memulai pembicaraan, sedangkan Becky tidak merasakan apa yang dirasakan oleh Freen. Becky berpikir Freen adalah tipe orang yang terbuka dan friendly dibandingkan dirinya yang suka menyendiri.

"Ayo masuk."

Ajak Freen. Mereka berdua masuk, terlihat ruangan Freen rapi dan bersih. Freen menyuruh Becky untuk duduk, Becky duduk di lantai yang beralaskan karpet berbulu berwarna abu-abu.

Tiba-tiba ada seekor anjing Dachshund yang menghampiri Becky, berkaki pendek berpunggung panjang dengan ukuran yang pendek. Anjing itu duduk di pangkuan Becky yang hanya terdiam sadari tadi memperhatikan pergerakan anjing tersebut.

"Fluffy!"

Panggil Freen sambil membawa dua gelas yang berisi coca-cola serta cemilan Snack di atas nampan. Freen berniat ingin menggendong Fluffy agar tidak berada di pangkuan Becky tapi melihat tangan Becky yang mengelus-elus anjingnya, membuatnya mengurungkan niatnya karena terlihat Becky tidak mempermasalahkannya.

"Ayo, mulai pembelajaran."

Ucap Becky sambil memeluk Fluffy, Freen yang melihat itu cukup tidak terima tapi tetap mengeluarkan buku pelajarannya.

Becky mulai menjelaskan kepada Freen tapi Freen tentu tidak fokus karena melihat Fluffy yang berada di pelukan Becky. Di sepanjang pengajaran, Becky sama sekali tidak melirik kearahnya. Becky terlalu fokus saat menjelaskan materi dengan caranya yang mengajar secara pelan, membuat Freen berkhayal.

"Apa ada yang salah?"

Tanya Becky, membuat Freen gelagapan. Kepala Freen langsung menggeleng cepat. Satu alis Becky terangkat melihat Freen yang panik, tangan Becky terangkat terulur menempelkan telapak tangannya di jidat Freen. Wajah Freen bertambah merah, ia bahkan bisa merasakan wajahnya terasa memanas seperti kepiting yang di rebus.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

MONSTER [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang