4

2K 289 6
                                    

Nycto Cafe terus berdatangan pelanggan, lebih tepatnya cafe ini akan semakin rame pada malam hari. Di luar ataupun di dalam hampir terisi sepenuhnya, di halaman samping cafe adalah outdoor tempat dimana orang-orang merokok di sana sehingga pelanggan lain tidak terganggu dengan asap rokok, ataupun suara bising dari luar.

Semua pekerja di cafe kewalahan melayani pelanggan yang terus berdatangan, bahkan banyak sekali remaja yang nongkrong di cafe ini. Saking banyaknya bahkan sebagian tidak kebagian tempat duduk dan terpaksa take away, Becky yang melihat itu turun tangan membantu memberikan pesanan ke nomor meja yang berbeda-beda.

Kedua tangan begitu gesit dalam membuat berbagai macam kopi, lama-kelamaan Freen frustasi karena ia hanya memiliki dua tangan, sedangkan kopi yang harus ia buat jumlahnya puluhan lebih. Di tambah menu yang di pesan berbeda-beda yang mengharuskannya lebih detail agar tidak tertukar dengan racikan menu lainnya.

Sekitar pukul 23.45, cafe sudah tidak terlalu ramai. Para pekerja langsung beristirahat, termasuk Freen yang langsung menjatuhkan pantatnya di lantai dan menyender. Terdengar keluhan-keluhan tentang tubuh mereka yang remuk karena terus bergerak nonstop, dan ruangan di penuhi nafas-nafas yang terdengar ngos-ngosan seperti di kejar setan.

"Rasanya kek mau mati"

Ucap Jaja yang bekerja sebagai kasir. Merenggangkan tubuhnya dan langsung terdengar suara kretek tulang, Jaja ikut duduk di samping Freen.

"One vanilla latte."

Freen segera bangkit ketika mendengar pesanan selanjutnya dan segera membuatkan Vanilla latte. Begitu selesai membuatkan pesanannya, Freen menghembuskan nafasnya karena melihat Love, Ren dan Pico yang bertugas memberikan pesanan kepada pelanggan tergeletak seperti zombie.

Dengan terpaksa Freen mengantarkan pesanan tersebut sendiri, satu alisnya terangkat melihat Becky di nomor meja pemesan kemudian kembali melihat nomor meja pemesan. Merasa cape berpikir karena Freen sudah lelah juga, ia menaruh Vanilla latte tersebut di hadapan Becky.

"HOII!!! KALIAN SUDAH BOLEH PULANG!"

Teriak Heng. Membuat para pekerja dengan lesuh langsung bersiap-siap untuk pergi, sedangkan Jaja dan Freen tentu saja selalu pulang terakhir dibandingkan pekerja yang lain karena Jaja sebagai kasir harus menyesuaikan data keuangannya dan Freen yang sebagai Barista harus membersihkan dan membereskan peralatannya serta mesin-mesin kopi.

"Lelah?"

Tanya Becky. Dengan pelan Freen menggangukkan kepalanya. Tangan Becky mendorong segelas Vanilla Latte ke depan, mengisyaratkan Freen untuk duduk di hadapannya.

"Untukmu."

"Kamu tidak pulang?"

Tanya Freen sambil menyeruput Vanilla Latte yang ia buat sendiri. Menoleh ke belakang dan melihat sekeliling yang sudah tidak ada pelanggan, tapi Becky masih belum beranjak pergi.

"Aku menunggu mu."

Balas Becky. Belum sempat Freen bertanya tiba-tiba Heng menyeretnya untuk segera membereskan barang-barangnya dan bersiap-siap untuk pulang. Sebenarnya Becky bukanlah pelanggan di Nycto Cafe melainkan ia adalah pemilik cafe ini, meskipun hanya Heng yang tau.

Diam-diam Becky terkekeh kecil melihat Freen yang diomeli oleh Heng layaknya ayah yang sedang memarahi anaknya, beberapa kali Freen mengoceh dan mencibir sambil membereskan alat-alatnya. Sekitar 10 menit Freen sudah selesai dan langsung menghampiri Becky yang masih menunggunya sesuai perkataannya tadi.

"Hati-hati."

Ucap Becky ketika Freen berdiri di depannya, hal itu tentu membuat Freen bingung. Padahal Becky berkata ingin menunggunya tapi tiba-tiba mengucapkan hati-hati saat Freen sudah selesai.

"Untuk apa menunggu ku?"

"Hem? Untuk memastikan kamu aman."

Balas Becky kemudian berdiri, ia melewati Freen dan berjalan menuju pintu keluar cafe. Freen mengerjap-ngerjapkan matanya, diatas kepalanya seakan memperlihatkan gambar loading.

Setelah tersadar, Freen bergegas menyusul Becky yang berniat masuk ke dalam mobilnya. Freen langsung meraih tangan Becky sehingga membuat pergerakan Becky tertahan. Satu alis Becky terangkat, seketika otak Freen langsung blank karena tidak sadar dengan perbuatannya sendiri. Dalam batinnya terus mengumpat kata 'bodoh' karena Freen tidak tau apa yang selanjutnya harus dia lakukan.

"Kenapa? Kamu ingin pulang bersamaku?"

Tanya Becky. Selama beberapa menit hanya ada keheningan diantara mereka karena Freen tidak menjawab dengan tangannya yang tidak lepas menggenggam tangan Becky.

"Em itu... aku akan mengantarmu pulang karena telah menungguku."

Ucap Freen dengan gugup sambil meneguk Saliva nya sendiri. Ia tidak terlalu berharap Becky menerimanya karena melihat Becky yang membawa mobil sendiri.

"Ayo."

Balas Becky. Kali ini Becky yang menggenggam tangan Freen berjalan menuju motor matic nya. Antara tidak menyangka sekaligus senang karena Becky menerima tawarannya.

"Besok kamu masih libur?"

"Tentu."

Jawab Freen. Menurutnya hal itu tentu tidak perlu di pertanyakan, besok adalah hari Minggu yang dimana tanggal merah pastinya. Freen menjalankan motornya, sesekali menanyakan jalan menuju rumah Becky.

"Besok kamu bekerja lagi?"

"Iya tapi cuma setengah hari, besok adalah satu-satunya hari liburku jadi aku akan menikmati waktu untuk bersantai."

"Kamu tidak memiliki tugas?"

Perkataan Becky sontak membuat Freen melotot karena ia tidak kepikiran sama sekali. Freen bahkan kelupaan jika dia memiliki tugas bahasa inggris yang harus di kumpul hari Senin, perkataan Becky membuat beban Freen bertambah.

"Aku lupa, bagaimana ini?"

Tanya Freen yang tiba-tiba lesuh. Sebenarnya sekilas ada ide yang terlintas, yaitu mengajak Becky untuk membantu tugasnya sehingga Freen dapat menghabiskan waktu bersama Becky lebih banyak tapi Freen takut menggangu waktu bersantai Becky.

"Hubungi aku jika kamu perlu bantuan."

Balas Becky yang di balas anggukan oleh Freen. Diam-diam Freen tersenyum senang mendengar perkataan Becky yang menawarkan bantuan kepadanya, jadi Freen tidak perlu khawatir karena Becky sendiri yang menyuruhnya.

Rumah Becky tidak terlalu jauh dari cafe sehingga tidak membutuhkan waktu yang lama untuk sampai, di tambah Freen yang menambahkan kecepatan karena sudah tengah malam. Meskipun bisa di bilang ngebut tapi Freen mengendarainya dengan hati-hati agar tidak terjadi kejadian yang tidak menyenangkan.

"Kamu tidak ingin menginap?"

Tanya Becky, turun dari motornya. Freen terlihat berpikir keras, tentu saja ia sangat mau menginap di rumah gadis yang ia sukai, jika bisa Freen akan mengambil kesempatan yang tidak akan datang untuk kedua kalinya tapi yang menjadikannya masalah adalah mereka baru kenal beberapa hari dan hal itu membuat Freen tidak enak. Terlebih melihat rumah Becky yang mewah, membuat Freen merasa minder.

"Tidak usah, aku akan langsung pulang ke apartemen ku."

"Kalo begitu hati-hati."

Ucap Becky berniat masuk ke dalam rumahnya tapi tiba-tiba Freen menahan tangannya sehingga membuatnya menoleh. Dan di saat itu lah terasa waktu berjalan lama, bibir Freen menempel sempurna tepat di bibir Becky. Hanya menempel tanpa ada pergerakan sama sekali, kecupan singkat yang terasa berlangsung lama, hingga meninggalkan rasa yang membekas. Lembab dan terasa kenyal.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

MONSTER [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang