8

2K 301 15
                                    

"Eungh."

Suara erangan khas bangun tidur terdengar, dengan satu tangannya yang meraba kasur sebelah kirinya untuk mencari tubuh hangat untuk di peluk. Freen mengerutkan keningnya begitu merasakan jika tangannya memegang sesuatu berbulu, tanpa berpikir lama ia membuka kedua matanya yang sadari tadi terpejam.

Freen segera merubah posisinya menjadi duduk menyender, mengucek kedua matanya lucu. Ia kembali melihat Fluffy yang sedang menatapnya kemudian mulai naik ke pangkuan Freen. Satu tangannya mulai mengelus-elus bulunya sambil matanya melirik kesana-kemari, ia sekarang berada di kamar Becky.

"Aku akan mencari Becky, Fluffy diam di sini oke?"

Ucap Freen kemudian mulai bangkit dari kasurnya, ia mulai berjalan keluar dari kamar sambil celingak-celinguk. Tapi ketika menuruni tangga, Freen menaikkan satu alisnya begitu melihat ada seorang perempuan yang tidak ia kenali berjalan kearahnya.

"Haii senang bertemu langsung dengan mu. Aku Irin, sekertaris Becky. Sarapan sudah disiapkan dibawah dan untuk kerja kelompok, teman-teman mu sebentar lagi akan ke sini."

Ucap Irin panjang lebar kepada Freen, ia tersenyum ramah kemudian berjalan menuju salah satu pintu yang tidak pernah Freen masuki. Freen sempat terdiam sejenak, sebelum akhirnya menahan Irin yang berniat masuk ke dalam.

"Becky dimana?"

Tanya Freen, meskipun ia sudah menginap sekali dua kali tapi tentu saja Freen belum hafal tata letak rumah Becky yang bisa di bilang sangat luas.

"Dia bilang, dia tidak ingin menemui mu sementara waktu."

"Hah? Kenapa?"

Tanya Freen bingung, tapi Irin hanya menepuk-nepuk pundak Freen sambil menunjuk kearah bawah yang dimana teman-temannya sudah berkumpul. Mau tidak mau Freen turun kebawah karena teman-teman nya berteriak memanggilnya untuk segera kebawah.

Irin segera masuk kedalam salah satu ruangan, lebih tepatnya kamar Becky. Rumah Becky memiliki banyak ruangan dan tentu saja dia tidak memiliki satu kamar melainkan memiliki beberapa kamar untuk di tempati, termasuk ada beberapa ruangan yang kosong.

"Dia mencarimu."

Ucap Irin sambil menutup pintu. Becky membuka sedikit selimutnya untuk melihat Irin, selimut yang lumayan tebal hingga dapat menutupi seluruh tubuhnya.

"Aku tau, kamu ingin segera memeluknya kan? Tapi lebih baik sekarang tahan niatanmu itu. Biasa orang sakit akan lebih manja, dan aku takut kamu akan berbuat yang tidak-tidak kepadanya."

"Aku tau!"

Balas Becky sambil merengek tidak terima karena Irin mengocehinya seperti ibu-ibu yang menasehati anaknya. Mereka berdua sudah bersama sejak kecil, kedua orang tua mereka saling dekat dulu sehingga membuat Becky dan Irin sering bersama hingga sekarang.

"Ck, bisa-bisanya demam karena menjadi patung berjam-jam dengan keadaan baju basah."

Irin berdecak kesal sambil memutar bola matanya malas, menyindir Becky. Becky menghiraukan perkataan Irin seakan tidak peduli dan kembali menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut.

Membiarkan Freen tertidur sambil memeluknya dengan posisi yang sama tentu tidak mudah baginya, selain tubuhnya menjadi kaku, Becky juga sempat menggigil beberapa kali karena bajunya yang masih basah. Hingga Becky meminta Irin untuk membantunya mengemudi mobil menuju rumah, meskipun sepanjang perjalanan Irin mengomel beberapa kali karena Becky menyuruhnya di waktu yang tidak tepat.

"Tolong jaga Freen."

Ucap Becky yang dibalas deheman oleh Irin. Irin segera keluar dari kamar Becky, berjalan menuju ke dapur untuk mengambil beberapa cemilan serta minuman kemudian memberikannya kepada Freen dan teman-temannya yang sedang berdiskusi tugas mereka.

"Wih makasih!!"

Ucap teman-teman Freen yang terdiri dari Revan, Nam, Jaja, Flore, Nop. Mereka kembali membahas tugas mereka, Irin sesekali membantu mereka hingga dengan mudahnya ia berbaur dan akrab.

Disaat Irin sedang fokus menjawab pertanyaan Nam yang sudah Freen rencanakan agar Irin tidak menyadarinya, Freen bergegas menaiki tangga dan menuju ke salah satu pintu yang sempat Irin masuki. Tanpa ragu-ragu Freen memutar klop pintu tersebut, masuk kedalam dan langsung menutup pintunya.

"Ada apa la--"

Perkataan Becky terpotong ketika menoleh tapi bukan Irin yang masuk kedalam kamarnya, melainkan melihat Freen yang berdiri di depan pintu. Becky panik dan langsung mengubah posisinya menjadi duduk menyender ke senderan kasur sambil kedua tangannya menggenggam selimut yang menutupi tubuhnya.

"Fr---"

"Kenapa! Kok ngga mau ketemu aku?"

Lagi-lagi perkataan Becky terpotong oleh Freen yang terlihat kesal, Freen kesal karena Irin berkata bahwa Becky tidak ingin menemuinya.

"No... Freen jangan mendekat! Freen!"

Pinta Becky tapi Freen tetap mendekatinya. Beberapa kali Becky mencoba menjaga jarak dengan Freen tapi nihil, ia tidak bisa karena punggungnya sudah mentok ke dinding sehingga Becky tidak ada jalan keluar untuk menghindar.

"Kenapa sih!?"

Tanya Freen kesal karena Becky seperti sedang menghindarinya. Becky menggelengkan kepalanya cepat seakan mengisyaratkan Freen untuk tidak mendekatinya. Freen yang saat ini berhadapan dengan Becky merasa bingung sekaligus kesal, satu tangannya terangkat menyingkirkan selimut yang Becky gunakan untuk menutupi wajahnya.

"Aku demam... nanti nular ke kamu."

Gumam Becky. Freen terdiam melihat wajah Becky yang terlihat menggemaskan saat ini dimatanya meskipun ia tau sekarang Becky sedang demam tapi wajahnya yang terlihat berwarna merah muda bahkan bergerak gelisah dan tidak nyaman, membuat Freen merasa gemas karena Becky terlihat seperti anak kecil ketika sakit.

"Umhh..."

Panas, bibirnya terasa panas. Jantung Becky seketika berdetak begitu keras ketika sesuatu yang lembab dan hangat menyentuh bibirnya. Freen begitu lembut mengulum bibir bagian bawah Becky yang memejamkan matanya sambil menahan desiran yang mengalir di dalam tubuhnya.

Freen melepaskan pagutannya, satu alisnya terangkat melihat Becky yang menundukkan kepalannya. Kejadiannya begitu singkat, Becky mendongakkan kepalanya kemudian mendorong Freen hingga berada dibawahnya.

Becky menarik tengkuk Freen, melumat bibirnya. Jari-jari Becky menyusup masuk kedalam baju Freen, membuat Freen mengerang dalam ciuman mereka. Lidah Becky bergerak seirama dengan gerakan tangannya yang berjalan lambat-lambat diatas permukaan kulit mulus Freen, untuk pertama kalinya merasakan ciuman yang berbeda bagi Freen bahkan membuat pikirannya terpecah kemana-mana merasakan sensasi lidah panas milik Becky.

Entah berapa lama Becky melumat bibirnya bahkan hingga masuk menyelusuri bagian dalamnya, sampai akhirnya bibir Freen terasa dingin tersapu hembusan pendingin udara di kamar Becky. Freen perlahan membuka matanya tapi kembali terpejam ketika merasakan kembali bibir Becky, bukan dibibir melainkan di leher jenjangnya.

Mengecupnya putus-putus hingga berhenti di satu titik, mengecup kemudian menghisapnya dengan kuat sehingga membuat Freen Meringis kesakitan kemudian menjilatnya. Kedua tangan Freen memukul-mukul bahu Becky agar berhenti tapi Becky tidak berhenti, bahkan tangan Becky masih bergerak mengelus-elus perut rata Freen.

"Becky!"

Bukan Freen, melainkan Irin yang masuk kedalam dan langsung menyingkirkan Becky yang sedang menindih Freen. Irin bergegas menarik Freen keluar dari kamar Becky.

"Teman-teman mu menunggu mu."

Ucap Irin tersenyum kepada Freen. Belum sempat Freen ingin bertanya, Irin langsung masuk kedalam lagi dan langsung menutup pintunya.

"Dia masih kuliah."

Ucap Irin. Becky hanya melirik sekilas kearah Irin. Irin memijat pelipisnya, padahal ia baru saja menasehati sekaligus memberikan peringatan, tapi langsung terjadi.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

MONSTER [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang