1 HARI BERLALU.
Freen tampak lesuh, di hari Minggu secara sengaja ia meminta izin untuk tidak bekerja dengan alasan sakit. Freen tidak sepenuhnya berbohong tapi alasan utama ia tidak masuk adalah Freen tidak ingin bertemu Becky karena perbuatannya yang kurang ajar pada malam hari itu.
"Napa sih muka lu layu amat."
Ucap Nam melihat Freen yang sejak tadi tampak tidak bersemangat. Melihat ke luar jendela sambil menghembuskan nafasnya seolah sedang membuang bebannya, beberapa kali Nam melihat Freen seperti itu berulang-ulang.
"Gua cium dia."
"Oh.. udah jadian?"
"Belum."
Nam langsung menoyor kepala Freen. Nam berpikir bahwa Freen sudah jadian dengan Becky sehingga mereka bercium, mendapati keduanya tidak memiliki hubungan apa-apa tapi melakukan ciuman tentu tidak wajar.
"Heh! Anak orang lu apain?'
"Gua ngga sengaja Nam, tiba-tiba aja tubuh gua gerak sendiri!"
Freen merasa frustasi, sepanjang hari ia lalui dengan pikiran yang kalut. Freen takut Becky berpikir yang tidak-tidak tentang dirinya, membuat Freen semakin takut untuk berkata jujur bahwa ia memiliki perasaan kepada Becky.
"Udah minta maaf sama dia?"
Kepala Freen menggeleng lemah. Pada malam itu Freen langsung pergi tanpa berkata apapun, di sepanjang perjalanan pun Freen mengumpat dan menyalahkan dirinya sendiri. Bahkan Freen tidak berani bertemu Becky, lebih tepatnya ia tidak tau harus menaruh mukanya di mana.
"Temuin gih, daripada gini terus kan di hantui rasa bersalah lu mending ngomong langsung deh. Urusan dia mau terima atau ngga ya seenggaknya coba dulu."
Saran Nam sambil membereskan barang-barangnya. Sebelum pergi, ia menepuk-nepuk punggung Freen seolah memberikannya semangat. Perkataan Nam memang benar tapi membutuhkan keberanian, perbuatan tentu lebih sulit daripada ucapan.
Freen sudah tidak memiliki kegiatan apa-apa lagi, berniat ingin segera pulang dan mengistirahatkan tubuhnya yang terasa sangat kaku. Melangkahkan kakinya menuju parkiran tempat dimana motor matic nya terparkir sambil memikirkan perkataan Nam, ia mencoba menyusun rencana untuk bertemu Becky secara langsung agar Freen dapat meminta maaf.
"Kamu tidak bekerja kemarin."
"ANJ---"
Umpatannya berhenti ketika melihat gadis yang selama ini menggangu pikirannya. Freen hampir memukul Becky menggunakan tumpukan buku yang sudah tersusun rapi dalam Tote bag nya, ia hampir jantungan karena Becky yang tiba-tiba muncul entah dari mana.
"Em... aku sakit."
"Masih sakit?"
"Ngga terlalu."
"Sore ini sampai malam kamu akan bekerja di cafe untuk menggantikan hari kemarin."
Freen menggangukkan kepalanya dengan pelan, ia takut memperburuk keadaan. Tangannya di tarik oleh Becky, membuat Freen bingung. Mereka berdua kini berada di dalam mobil, Freen memikirkan motor matic nya yang masih tertinggal di parkiran kampus tapi ia tidak bisa berbuat apa-apa selain pasrah di seret.
Di sepanjang perjalanan menuju Nycto Cafe hanya ada keheningan, Freen sangat merasa canggung serta tidak nyaman karena tidak ada suara sama sekali di dalam mobil. Sekitar 15 menit perjalanan mereka akhirnya sampai, Freen segera turun karena berada di dalam mobil membuat batinnya tersiksa.
Freen berlari masuk, mengganti pakaiannya. Kemudian seperti biasa ia membuat pesanan untuk pelanggan, melihat para pekerja yang tidak ada satu pun yang Freen kenali kecuali manager nya yaitu Heng. Karena Freen hanya bekerja di cafe pada hari libur, full Sabtu dan setengah hari Minggu.
"Haiii. Aku Bian, kamu hari ini yang menggantikan Vania ya?"
Tanya seorang lelaki bernama Bian yang sama sepertinya bekerja di cafe ini. Freen menggangukkan kepalanya meskipun ia tidak terlalu tau siapa itu Vania dan Freen sama sekali tidak tau tentang pergantian pekerja.
"Berapa umur mu?"
"19 tahun."
"Owh... aku lebih tua. Jadi kamu panggil aku kak Bian ya."
Freen tersenyum membalas sifat Bian yang terbilang ramah. Seketika terlintas tentang 'umur', Freen mengerutkan keningnya sambil memikirkan umur dirinya dengan Becky. Menurutnya Becky lebih tua darinya, apakah dia harus memanggil Becky dengan sebutan 'Kak' juga.
Seperti biasa Freen melakukan pekerjaannya tapi tidak seberat hari Sabtu karena weekend, cafe tutup lebih awal yaitu pukul 22.00. Dan sepanjang melakukan pekerjaan, Freen sama sekali tidak melihat keberadaan Becky. Terakhir kali melihatnya ketika bersama saat di mobil, Freen mengedikkan bahunya sambil berpikir 'mungkin lain kali saja mengajaknya berbicara'.
Freen bersiap-siap untuk pulang, dia berpamitan kepada rekan kerja barunya meskipun ia hanya akan bertemu hari ini tapi tidak ada yang tau kedepannya. Seketika Freen menelan Salivanya sendiri ketika melihat Becky yang sedang bersandar di mobilnya, matanya melirik kesana-kemari mencoba mencari motor matic nya tapi Freen baru sadar bahwa motor nya masih berada di parkiran kampus.
"Freen. Aku akan mengantarmu."
Ucap Becky. Dengan langkah pelan dan ragu-ragu, Freen masuk ke dalam mobil. Becky mulai menjalankan mobilnya, Freen merasa cemas sekaligus takut. Nafas Freen terasa berat ketika merasakan suasana mencengkram, rasanya ia ingin cepat-cepat sampai ke apartemennya.
"Kita mau kemana?"
Tanya Freen, melihat ke luar jendela yang bukan merupakan jalan menuju ke apartemennya, Freen langsung menoleh kearah Becky. Tidak ada jawaban yang keluar dari mulutnya, rasa cemas sekaligus takutnya seketika bertambah hingga pikirannya berkecamuk.
"Becky!"
Panggil Freen bersamaan dengan Becky yang memberhentikan mobilnya. Becky keluar dari mobilnya dan berjalan menuju pintu mobil yang dimana Freen berada, membukanya dan menggenggam tangan Freen untuk keluar dari mobil.
"Ada yang ingin ku bicarakan di dalam."
Ucap Becky sambil menggenggam tangan Freen, membawanya masuk ke dalam rumahnya. Entah mengapa untuk pertama kalinya, Freen tidak merasa nyaman berada di dekat Becky karena Becky yang tiba-tiba bersikap dingin kepadanya.
"Kenapa kamu mencium ku?"
"Aku minta maaf sudah lancang mencium mu. Tubuh ku bergerak sendiri, aku tidak berbohong. Maaf, aku menyukai mu. Jika kamu meminta untuk menjauh maka akan aku lakukan, maaf."
Jelas Freen panjang lebar dengan cepat. Hening sejenak, Becky hanya terdiam mendengar penjelasannya. Bukan pertama kalinya Becky mendapatkan pengakuan seperti ini, tapi untuk pertama kalinya ada seseorang yang mengambil ciuman pertamanya tanpa izinnya.
"Kamu yakin dengan perkataan mu?"
"Iya."
"Sebaiknya kamu pikirkan dulu."
"Kenapa? Kamu meragukan perkataan ku?"
"Bukan begitu. Sekali kamu adalah milikku, maka aku tidak akan dengan mudahnya melepaskan mu."
Perkataan Becky begitu membuat Freen bingung. Bukankah bagus jika mereka terus bersama dengan orang yang di sukai, lantas kenapa Becky berkata seperti itu.
"Sebaiknya pikirkan lagi."
Bisik Becky tepat berada di telinga Freen. Seketika bulu kuduk Freen merinding, kedua tangan Freen mengepal kuat. Menghembuskan nafasnya dengan panjang, menyemangati dirinya sendiri. Freen tidak akan menyia-nyiakan kesempatan atau membuang waktu, ia merasa yakin dengan perasaannya.
"Aku menyukai mu! Aku ingin berpacaran dengan mu!"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
MONSTER [COMPLETED]
Random⚠️DILARANG KERAS PLAGIAT, REPOST, REMAKE ATAU JIPLAK DALAM BENTUK APAPUN. She's a crazy girl || BECKFREEN. Original story by Exterly!