14

1.4K 218 10
                                    

Di suatu pagi yang cerah, kampus Rangsit University dipenuhi semangat. Mahasiswa-mahasiswi jurusan Ilmu Komunikasi berdatangan dengan wajah penuh antusias. Ada kabar gembira: Departemen Ilmu Komunikasi akan memiliki dosen baru!

Desas-desus sudah berkeliaran tentang kehadiran dosen baru, bermula dari grup hingga tersebar di kalangan mahasiswa-mahasiswi terutama untuk jurusan Ilmu Komunikasi. Namanya adalah Marissa, seseorang yang ahli dalam bidang kecerdasan buatan (AI), memiliki pengalaman luas dalam riset dan pengembangan AI. Mahasiswa-mahasiswi sangat menantikan pertemuan pertama dengan beliau.

Freen kembali menjalani kembali rutinitas nya yaitu menjadi seorang mahasiswi di kampus Rangsit University, dan hari ini adalah hari pertama ia menginjak semester 7. Freen seketika menoleh ketika mendengar langkah kaki yang sangat keras, sekaligus terdengar sangat familiar baginya.

"WOI!!!"

Teriak Nam yang sedang berlari menuju kearahnya, disusul Jaja yang berjalan santai di belakang Nam. Satu alis Freen terangkat, menatap heran Nam yang seperti orang kesetanan ingin menerkam nya. Tidak ada yang aneh. Nam hanya merangkul Freen dan mereka bertiga berjalan santai menuju kelas tanpa ada hambatan.

"Gimana hubungan lu sama si Becky?"

"Macet-macet, kesendat-sendat."

Plak!

Nam langsung mengepak kepala belakang Freen. Pasalnya Freen menjawab ngawur tidak sesuai dengan pertanyaan yang Nam lontarkan. Freen menatap sinis kearah Nam yang juga membalas tatapan Freen, mereka saling memasang wajah seperti ingin berkelahi.

Tapi tidak berlangsung lama, ruang kelas yang dipenuhi dengan suara tawa dan bisikan seketika senyap. Dosen baru memasuki ruangan dengan langkah mantap. Wajahnya ramah, dan matanya berbinar saat melihat para mahasiswa-mahasiswi yang duduk dengan tegang.

"Hallo semuanya. Karena hari ini adalah hari pertama saya mengajar di kelas kalian, jadi hari ini hanya sesi perkenalan, tidak ada sesi pembelajaran untuk kelas kita."

Ucap Marissa sambil tersenyum. Mendengar perkataan dosen barunya, seluruh mahasiswa-mahasiswi yang berada di kelas tersebut langsung bersorak gembira bukan main. Tapi berbeda dengan Freen yang menampilkan wajah keheranannya, bahkan beberapa kali Freen mengerjap-ngerjapkan dan mengucek-ucek matanya seolah tidak percaya dengan apa yang kini ia lihat.

"Perkenalan dimulai dari barisan belakang."

Lanjut Marissa sambil mengulurkan tangannya kedepan sebagai pertanda mempersilahkan muridnya untuk memulai perkenalan. Nam sempat melirik kearah Freen, menatap temannya dengan perasaan yang sama seperti apa yang Freen lihat meskipun begitu Nam tidak terlalu kebingungan seperti Freen yang bahkan saat ini menampilkan wajah cengo nya sambil menatap dosen baru tersebut.

Sesi perkenalan sudah mencapai barisan tengah, yaitu tempat Nam dan Freen duduki. Dan sekarang adalah giliran Nam yang memperkenalkan dirinya, semua berjalan lancar tapi begitu giliran Freen, hening sejenak karena Freen melamun bahkan ia tidak memperhatikan teman-temannya yang memperkenalkan diri.

"Freen! Lu ngga ada niatan kenalin diri lu!??"

Bisik Nam sambil menyenggol lengan Freen.

"Eh?? Udah giliran gua ya??"

Tanya Freen dengan wajah linglung nya kemudian ia berdiri. Nam yang melihat Freen seketika menepuk jidatnya sendiri karena Freen melamun di pelajaran dosen baru yang belum mereka ketahui sifatnya seperti apa, bisa jadi Freen akan di tandai dosen sebagai salah satu murid yang pernah melamun saat perkenalan.

"Ah... Perkenalkan nama saya Freen Sarocha Chankimha, biasa di panggil Freen."

Ucap Freen kemudian kembali duduk, meskipun awalnya ia sempat berpikir sebelum memperkenalkan dirinya sendiri karena masih terkejut sekaligus gugup dengan tatapan Marissa yang menatap lurus kearahnya sambil bersedekap dada. Marissa sempat tersenyum ketika melihat Freen yang sedang di landa kegugupan sambil menundukkan kepalanya.

"Kok mirip Becky sih?"

"Pantesan lu liatin dia terus njir, gua kira naksir."

"Ngga lah bego."

"Tapi bener juga sih, mirip Becky. Apa jangan-jangan dia kembarannya?"

"Lah iya juga, bisa jadi sih tapi gua ngga tau njir, orang si Becky aja ngga pernah cerita."

"Gimana sih lu? Padahal pacarnya."

Sindir Nam yang langsung mendapatkan tatapan tajam dari Freen. Tapi Freen tidak dapat mengelak perkataan Nam, ia memang tidak terlalu tau soal latar belakang Becky bahkan untuk sekedar mengetahui hal basic aja Freen kurang tau seperti hobi, makanan kesukaan atau minuman kesukaan.

Sesi perkenalan sudah selesai, sekarang adalah giliran dosen yang akan memperkenalkan dirinya, meskipun kebanyakan dari orang-orang yang berada di kelas itu hampir semua sudah mengetahui nama dosen tersebut dari jauh-jauh hari.

"Baik, sekarang saya yang akan memperkenalkan diri saya kepada kalian. Perkenalkan nama saya Marissa Lloyd, dan saya akan mengajar mata kuliah Kecerdasan Buatan dan Komunikasi. Jika ada pertanyaan maka saya akan melanjutkan dengan mekanisme kelas saya."

Ucap Marissa menjelaskan secara singkat. Mahasiswa-mahasiswi seketika langsung berbisik-bisik, menyiapkan pertanyaan mereka. Dan ada juga yang memuji kecantikan dosen baru mereka, bahkan ada yang menargetkan Marissa sebagai target untuk digebet. Sehingga membuat ruangan kelas menjadi bising, hal tersebut mengakibatkan seseorang yang berada di depan menggeram kesal.

"Saya mempersilahkan kalian bertanya, bukan berdiskusi!"

Nyali mahasiswa-mahasiswi seketika menciut untuk bertanya, setelah melihat wajah Marissa yang berubah menjadi datar. Marissa memang memiliki wajah rupawan dengan tubuhnya yang ideal, wajahnya terlihat dewasa dengan sorot matanya yang tajam, hidung mancung, bibir yang terlihat seksi, wajah dan kulit bersih tanpa noda.

"Saya Bu!"

Ucap salah satu maba, Jaja. Ia mengangkat tangan kanannya. Marissa mengganggukkan kepalanya sambil mempersilahkan Jaja untuk melanjutkan perkataannya.

"Emm, saya ingin bertanya tentang status ibu?"

"Oh. Sepenting apa status saya dari nilai anda selama di pelajaran saya?"

Seketika ruangan kelas menjadi mencengkram, terasa sangat dingin dan tegang. Jaja merasa menyesal menanyakan pertanyaan seperti itu, aura-aura kesalahan dan penyesalan tersebar kesegala sudut ruangan.

"Nam. Gua tarik omongan gua yang tadi, dia sama sekali ngga mirip becky cok!"

"Wajahnya doang yang mirip, sifatnya ngga banget bangsat mana serem banget."

"Bule kebanyakan emang galak."

"Lah emang dia bule? Tapi iya sih wajahnya kek campuran."

"Kalian berdua yang di pojok. Kenapa bisik-bisik?"

Tanya Marissa, membuat Nam dan Freen langsung menelan Salivanya dengan kasar. Bahkan saking gugupnya, Nam dan Freen saling menoel-noel di bawah meja sebagai tanda saling mengoper untuk menjawab pertanyaan dosennya tersebut. Jaja seketika bernafas lega sambil berterima kasih kepada Nam dan Freen karena sudah membuat perhatian Marissa menjadi ke mereka.

"Karena waktu saya sudah habis dan tidak ada yang menjawab. Atas nama Freen Sarocha Chankimha, keruang saya di lantai 5. Saya tunggu setelah kelas anda selesai."

Ucap Marissa melangkahkan kakinya keluar tanpa menunggu jawaban dari Freen yang sedang sumpah serapah dalam batinnya karena hanya dirinya yang di panggil. Entah masalah apa lagi yang harus Freen hadapi, padahal masalah Becky yang sedang sibuk beberapa Minggu ini karena pekerjaan sehingga jarang mengabarinya saja membuatnya sudah frustasi, di tambah dengan dosen baru gila tersebut. Terlebih keduanya memiliki wajah yang mirip!!

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

MONSTER [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang