13

1.6K 249 7
                                    

Sesekali dahinya mengernyit membaca tulisan-tulisan yang terpampang jelas di layar laptopnya, jari telunjuknya menempel di selembar kertas kata-kata. Becky terus menerus melihat layar laptop dan buku secara bergantian, ia kini sedang duduk di ruang santai rumahnya.

Tampak terlihat sangat fokus dengan kacamata yang bertengger di hidung mancungnya, Becky sedang mencocokan beberapa kata yang berada di internet dengan buku yang sedang ia baca. Bahkan Becky tidak menyadari kehadiran Freen yang baru saja keluar dari kamarnya, melihat Becky dari atas dan perlahan menuruni tangga.

"Masih sibuk?"

Tanya Freen. Becky mengalihkan perhatiannya, beralih menatap Freen. Mereka berdua memutuskan untuk ke rumah Becky agar lebih mudah merawat Freen, lebih tepatnya keputusan Becky yang memaksa Freen. Karena Becky lebih leluasa untuk meminta bantuan kepada siapapun, terutama dokter pribadi yang bisa kapanpun datang kerumahnya untuk mengecek kondisi Freen.

"Sini. Duduk di pangkuan ku."

Balas Becky, dengan lembut ia menarik tangan Freen untuk duduk di pangkuannya, saling berhadapan. Secara otomatis tangan Becky melingkari pinggangnya, memeluknya dengan possesive. Pinggangnya di tarik dari belakang oleh Becky sehingga Freen bersandar pada dada Becky.

"Masih sakit?"

"Huum."

Balas Freen sambil mengerucutkan bibirnya, meskipun Becky tidak dapat melihatnya. Tidak ada percakapan lagi, becky kembali fokus kepada laptopnya. Membaca tentang robek pada organ intim perempuan bisa terasa menyakitkan karena kondisi Miss V masih kering sehingga menimbulkan sensasi menyengat pada luka di sana.

Saat sedang fokus, tiba-tiba Becky tersentak karena hembusan nafas Freen yang menerpa lehernya. Becky semakin kehilangan fokus, ia masih mencoba untuk membaca informasi-informasi yang muncul dengan satu tangannya karena tangan kirinya ia gunakan untuk memeluk Freen yang tertidur di pangkuannya.

Becky menghembuskan nafasnya dengan lega sambil menggunakan kedua tangannya untuk memeluk Freen ketika tau bahwa Freen hanya mengalami luka kecil, meskipun dokter pribadinya sudah memeriksa dan memberikannya obat-obatan seperti pereda nyeri tapi tetap saja Becky hanya ingin memastikan kembali. Dan Freen dilarang untuk berhubungan intim selama beberapa hari, sekitar seminggu.

"Kenapa?"

Tanya Becky ketika tangan Freen mencengkram bajunya. Freen mengerjap-ngerjapkan matanya lucu, dengan wajah polosnya yang sedikit ia dongakkan untuk menatap Becky dari bawah karena Freen meletakkan kepalanya di dada Becky.

"Bosen."

Balas Freen sambil menarik-narik pelan baju Becky. Becky terlihat berpikir sejenak tapi melihat wajah Freen yang memelas membuatnya tidak tega untuk menolak, meskipun sebenarnya Becky ingin Freen berada di rumah agar lukanya perlahan pulih ditambah kedatangan bulan yang menyebabkan mood Freen berubah-ubah.

"Berikan aku uang gajiku, aku ingin membayar sewa apartemen."

Ucap Freen tiba-tiba. Becky terkekeh kecil mendengar perkataan Freen, ia menggangukkan kepalanya sebagai jawaban. Becky sebenarnya sudah membayar sewanya karena Zalfar memberitahu nya, dan sudah terlebih dahulu ditransfer untuk membayar sewa apartemennya tanpa sepengetahuan Freen.

"Iya. Sekalian jalan-jalan ya?"

Balas Becky, Freen menggangukkan kepalanya dengan semangat. Dengan cepat Freen menyingkirkan tubuhnya dari Becky, langkah kakinya berjalan terlihat sangat lucu bagi Becky seolah seperti hewan penguin. Tapi Becky merasa lega ketika Freen perlahan sudah bisa berdiri dan berjalan meskipun belum bisa berlari dan harus berhati-hati.

Sekitar 15 menit akhirnya Freen selesai mengganti pakaiannya berserta polesan make up natural sambil membawa kamera, memakai atasan crop bertali berwarna putih dan celana panjang pinggang lipat berwarna Aqua Pink Blue Tie Dye. Sedangkan Becky, memakai kemeja berwarna putih yang di keluarkan dengan rok pendek berwarna hitam.

"Becky, tinggi mu berapa?"

"175 cm."

Balas Becky sambil mengemudikan mobilnya, ia sempat melirik kearah Freen yang berada di sampingnya merasa heran dengan pertanyaan yang tiba-tiba terus di lontarkan oleh Freen tapi meskipun begitu Becky tidak masalah karena Freen adalah pacarnya jadi Becky akan memberitahu Freen jika di tanya.

"Kalau yang bawah 25,5 cm."

Seketika Freen langsung melotot, ia langsung mengalihkan perhatiannya dengan menatap keluar kaca mobil yang memperlihatkan jalanan-jalanan seperti biasanya. Sebenarnya Freen ingin bertanya kenapa Becky memiliki bagian yang pria miliki padahal Becky adalah seorang gadis tapi ia takut itu adalah pertanyaan yang sensitif.

"Pantesan sakit njing. Eh...?? Kan gua ngga nanya panjang itunya."

Mengingat milik Becky masuk kedalam miliknya, membuat Freen merinding bahkan bulu kuduknya berdiri dengan sendirinya. Freen sedikit terkejut dan langsung menoleh karena Becky tiba-tiba menarik tangannya, Freen menelan Salivanya sendiri ketika melihat bibir Becky mengecup telapak tangannya.

"Kamu menggunakan parfum yang ku belikan?"

Tanya Becky sambil menghirup aroma parfum yang melekat di telapak tangan Freen bagian nadi pergelangan tangan, dengan posisi tatapannya lurus kedepan. Freen tidak menjawab, ia menatap Becky yang sedang mengemudi dengan tatapan terpesona karena Freen sudah lama tidak melihat Becky memakai kacamata nya.

Becky melepaskan genggamannya sehingga membuat Freen tersadar dari lamunannya akibat pergerakan dari Becky. Seperti biasa, Becky membukakan pintu mobil untuk Freen ketika sudah sampai dan menggandengnya. Mereka berdua masuk ke dalam Mall, mata Becky melirik kearah kanan-kiri nya mencoba mencari sesuatu yang Freen sukai. Hingga di satu titik, Freen menunjuk-nunjuk salah satu tokoh boneka.

"Aku mau ke sana!!!"

Ajak Freen. Belum sempat Becky menjawab, Freen langsung menarik tangannya masuk ke dalam toko tersebut. Becky tersenyum melihat Freen yang terlihat berbinar-binar melihat boneka-boneka yang terpajang, senyum tercetak jelas di wajahnya bahkan ketika Freen menghampirinya sambil membawa boneka beruang berukuran kecil.

"Can I buy this one for you? Aku akan menyimpan yang satu, dan kamu menyimpan satunya lagi. Kapanpun kamu merindukanku, mainkan saja!"

"Kamu membuang-buang uang. Aku juga tidak terlalu suka boneka, terlalu kekanak-kanakan."

"Kamu tidak menyukainya? Tapi aku sangat menyukainya."

Ucap Freen dengan wajahnya yang memelas. Bukannya Becky tidak menyukai boneka beruang itu tapi menurutnya Freen hanya membuang-buang uang tabungannya. Matanya melirik sekeliling, mencoba mencari cara agar Freen tidak membelikannya, hingga Becky melihat boneka beruang dengan ukuran yang lebih besar.

"Kalau begitu, berikan aku yang itu. Aku lebih ingin yang lebih besar, bukan yang kecil ini."

Ucap Becky sambil menunjuk salah satu boneka beruang yang berukuran besar berwarna coklat muda. Melihat Freen yang terlihat berpikir dengan wajah cengo nya, membuat Becky berpikir bahwa dirinya berhasil membuat Freen menyerah. Becky tau jika harga boneka beruang yang lebih besar bisa menghabiskan uang gaji selama setahun milik Freen.

"Fine! Apapun yang kamu suka, aku akan membelikan untukmu! Meskipun itu berarti membeli seluruh toko ini, aku akan bekerja keras tapi tunggu sampai aku lulus!"

Becky terdiam seribu kata mendengarkan perkataan Freen, menurutnya Freen tidak usah sebegitunya untuk dirinya. Meskipun Becky mampu membeli apapun tapi menurut Freen tentu berbeda jika memakai uang nya sendiri untuk membelikan pasangannya sesuatu dan itu jauh berbeda, lagipula Freen ingin sesekali membelikan sesuatu untuk Becky meskipun tidak terlalu sering dibandingkan Becky.

Freen benar-benar membelikannya boneka beruang berukuran besar. Becky langsung memeluknya, menyembunyikan wajahnya yang memerah karena tersipu. Seumur hidup, ia baru kali ini merasakan debaran jantung yang tidak karuan akibat perasaan senang.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

MONSTER [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang