36

2.2K 210 11
                                    

Pergerakan Olivia terhenti, satu alisnya terangkat. Perasaannya terasa sangat menjanggal, entah mengapa ia merasa belum puas setelah Becky sudah tewas di hadapannya. Seolah ada kekurangan serta keanehan yang terjadi, matanya terangkat menatap wajah-wajah orang yang kini sedang menangis terisak di hadapannya. Menangisi kepergian seseorang yang tidak bernyawa secara langsung di mata mereka berempat, tapi entah kenapa Olivia merasa ia melupakan sesuatu yang penting.

Tangannya terangkat, membalikkan tubuh Becky yang sudah bersimbah darah. Cairan kemerahan kental terus mengalir tiada henti keluar dari tengah-tengah dahinya, wajah mayatnya terlihat tenang tanpa menunjukkan ekspresi bahkan kedua matanya terpejam. Jarinya terulur, meletakkan tepat di depan lubang hidung yang sudah tidak bernafas untuk memastikan.

"Brengsek!! Aku akan membunuhmu Olivia! Akan ku pastikan kamu tewas!!"

Teriak Leon penuh amarah, hingga wajahnya memerah padam. Luapan emosi yang keluar begitu terasa memanaskan ruangan, teriakan yang penuh dendam serta ujaran kebencian. Benar, untuk kedua kalinya ia melihat perempuan yang sangat ia cintai tewas di hadapannya. Tanpa bisa melawan, kedua tangan yang menahannya menjadi penghambat baginya sekaligus dirinya yang tertangkap dengan mudah membuatnya merasa benci dengan dirinya sendiri.

"Mudah sekali."

Gumam Olivia tanpa mempedulikan teriakan-teriakan yang di lontarkan. Ia bahkan merasa tidak percaya dengan dirinya sendiri yang bisa membunuh Becky dengan mudah, padahal sejak pertemuan pertama Olivia bisa merasakan aura Becky yang sulit di dekati. Meskipun rencana pertama Olivia gagal, yaitu membuat Becky jatuh kepadanya sehingga Becky harus bertanggung jawab dan menikahinya sehingga Olivia bisa memantau Leon lebih dekat.

Tapi rencana pertamanya tentu gagal, karena Becky bisa menahannya. Sungguh, hal itu membuat Olivia terkejut. Becky yang berusaha keras menahan nafsunya karena mencium parfum perangsang, bisa terlepas begitu saja bahkan mengatainya 'jalang' sebelum pergi. Satu perkataan yang Becky lontarkan, tidak akan pernah dilupakan oleh Olivia. (Jika kalian lupa, ini ada di chapter 11).

Tidak bisa di pungkiri, Olivia memang tertarik dengan Becky tapi karena Olivia menyimpan dendam yang terpendam selama bertahun-tahun ia lama-kelamaan melihat Becky persis dengan Leon. Olivia sudah sejak lama menantikan moment ini, moment dimana ia merasa senang ketika melihat ekspresi wajah Leon yang membencinya. Tatapan mata yang sangat tajam bak elang menatapnya penuh amarah seakan-akan ingin menghabisinya dan mencabik-cabiknya secara hidup-hidup.

Freen terus menangis sambil menggumamkan nama Becky, hatinya seakan hancur berkeping-keping. Dadanya terasa menyesakkan, nafasnya sudah tidak beraturan hingga menghambat pernafasannya. Air mata yang terus mengalir tiada henti, lebih tepatnya air matanya tidak akan berhenti ketika melihat orang yang ia cintai tergeletak tidak bernyawa. Retak sekaligus hancur seperti kaca yang tidak berbentuk, duka terlihat jelas diwajahnya.

Tidak berbeda jauh dari Freen, Leon juga terisak. Tubuh kekar yang selalu gagah di lihat orang-orang kini menjadi rapuh, punggung lebarnya bergetar hebat dengan isakan yang tidak bisa di tahan. Tidak berdaya, jika hatinya sudah terbanting maka tubuh kekarnya menjadi tidak memiliki arti apa-apa. Menjadi kacau, hancur dan gagal.

Irin berdiri, ia menggunakan kekuatannya mencoba melepaskan rantai yang menahannya. Olivia hanya memperhatikannya, ia begitu menikmati ekspresi wajah yang tertuju kepadanya. Pergelangan kedua tangannya sudah memerah bahkan memar karena terbentur terus-menerus dengan besi, tapi Irin tetap ingin melepaskannya seolah tubuhnya mati rasa. Benar, tubuhnya selama mati rasa. Tapi sesak di dadanya sangat menyiksanya hingga membuatnya ingin segera mengakhirinya, Irin tentu sangat terpuruk.

"Irin, hentikan!"

Pinta Noey yang akhirnya bersuara, ia sungguh tidak tega melihat kekasihnya yang hancur hingga menyakiti dirinya sendiri. Wajahnya memohon agar Irin segera berhenti, pergelangan tangannya bisa bengkak jika terus terbentur dengan besi yang keras bahkan bisa merusak tulang yang menonjol.

Olivia tidak peduli, ia kembali memperhatikan detail mayat yang tergeletak di depannya. Tangannya terulur, perlahan membelai wajah yang sudah terasa dingin. Dengan sengaja kukunya menggores kulit wajahnya, kedua matanya menyipit begitu ada sesuatu yang mengganjal kukunya. Seperti make up tebal yang dempul, dan ada bagian kulit yang seperti retak. Tangannya terangkat, dengan gerakan cepat ia menarik wajah itu. Seketika ia menelan ludahnya sendiri, begitu melihat ada wajah asing yang terlihat di tumpukan bahan seperti kulit.

Dor!

Belum sempat Olivia menoleh untuk melihat seseorang yang berada di belakangnya, seketika tubuhnya langsung ambruk. Bagai di film action, gerakan slow motion peluru melesat secara bersamaan mengenai target, membidik tepat berada di kepala belakang Olivia sehingga perempuan itu tewas seketika.

Semua yang menyaksikan adegan itu tentu tercengang sekaligus langsung terdiam, hening. Mereka berempat langsung menatap mayat Becky yang sudah tergeletak di sana yang sudah tidak bernyawa, bergantian dengan menatap Becky yang kini berdiri tegap di hadapan mereka. Tidak, mereka berempat tersadar begitu memperhatikan detail wajah yang sebagian sudah sobek karena Olivia menariknya.

Perempuan yang sedang tergeletak tidak bernyawa adalah orang asing yang ia temui sehari sebelum Becky mendapatkan pesan dari Leon, perempuan yang rela mengorbankan dirinya sendiri demi sebuah nyawa seseorang yang berharga baginya. Mereka telah sepakat untuk menjalin kerjasama, sesuai dengan konsekuensinya. Becky memilihnya karena memiliki kemiripan penampilan, ia hanya perlu merubah wajah dengan bantuan Noey sedangkan rambut di potong dengan model yang sama persis sepertinya.

Mereka sempat bertukar peran ketika Becky berkata 'kalian duluan, aku ketinggalan sesuatu." dan disaat itu lah Becky menuju ke tempat yang tidak terlalu jauh tapi jarang di lihat oleh orang-orang. Langkahnya berhenti berpapasan di sudut jalan yang sempit, di bawah sinar matahari yang hangat. Becky berhadapan dengan seseorang yang memiliki wajah yang sangat mirip dengannya, bahkan poster tubuhnya sama persis dengan model rambut yang sama.

Dengan menggunakan topeng kulit wajah yang sudah di buat sama persis seperti wajah Becky, ditambah polesan make up yang menambah kemiripan dengan aslinya. Meskipun ada kekurangan, yaitu suara mereka tidak sama persis jadi Becky menyuruhnya agar tetap diam untuk mengelabui Olivia sekaligus tidak ketahuan. Becky sebenarnya berniat untuk menyelamatkannya juga, tapi tanpa disangka-sangka ia terlambat sehingga prediksi nya benar-benar terjadi yaitu dimana Olivia tidak segan-segan untuk membunuhnya terlebih dahulu.

"Becky...?"

Panggil Freen dengan suara pelannya, ia masih terkejut dengan kejadian yang terjadi. Irin tentu lebih shock melihat Becky yang masih hidup, begitupula dengan Leon. Tapi Noey terlihat biasa saja, bahkan terkesan lega karena akhirnya seseorang yang ditunggu-tunggu kini muncul. Dengan kehadirannya yang membuat semua orang tercengang setengah sadar, mereka bahkan mengira ini adalah mimpi. Leon langsung berdecak kesal, merasa air mata yang di keluarkan sangat di sia-siakan karena putrinya masih hidup.

Bulu kuduk Leon langsung berdiri, melihat Becky yang berdiri di hadapannya sambil menggendong Emily dengan satu tangannya. Sedangkan satu tangannya memegang pistol, dan ada sebuah belati yang berlumuran darah di mulutnya. Belati yang bisa diperkirakan digunakan untuk melawan musuh dari jarak dekat, sedangkan pistol di gunakan untuk membunuh musuh yang mencoba melarikan diri. Tapi karena Becky menemukan Emily sebelum akhirnya masuk lebih dalam, ia memutuskan untuk mengigit gagang belatinya karena tangannya penuh.

Dengan keadaan seluruh tubuhnya berlumuran darah hingga menodai pakaian yang dikenakan. Keadaan Becky benar-benar mengerikan, darah yang melumuri hampir seluruh tubuhnya adalah darah bawahan Olivia yang di bunuh olehnya seorang diri. Bahkan wajahnya terlihat tenang dengan bercak-bercak merah yang menghiasinya, seolah ia tidak memikirkannya. Tidak ada ekspresi yang di tampilkan, tidak ada penyesalan ketika membunuh Olivia. Kedua matanya menatap datar, melirik kebawah tubuh Olivia. Matanya terkesan gelap, tidak menunjukkan tanda-tanda perasaan.

"Kita benar-benar menciptakan monster, Zevallia."

┉┅━━━━━━━━━━━┅┉
THE END
================

MONSTER [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang