"Becky!!!"
Teriak Freen histeris, membuat Becky terlonjak dari tidurnya. Buru-buru membuka matanya dan merubah posisinya menjadi duduk sambil memegang dadanya sendiri, nafasnya memburu karena teriakan suara Freen yang mengejutkannya.
"Apa ini!??? Penyakit kulit??"
Becky memasang wajah cengo nya, ia melihat Freen yang sedang menunjuk bercak-bercak kemerahan serta keungguan yang membekas di sepanjang tubuhnya. Satu alis Becky terangkat kemudian ia mengerjap-ngerjapkan kedua matanya, merasa belum paham ia kembali mengucek-ucek matanya. Tapi sia-sia, Becky sama sekali tidak paham.
"Kamu tidak ingat?"
Tanya Becky yang mendapatkan gelengan dari Freen. Becky menyipitkan matanya curiga menatap Freen, namun melihat wajah Freen yang seolah benar-benar tidak mengetahui apapun berganti menjadi raut wajah keheranan.
"Emang apa yang terjadi?"
Tanya Freen mengerutkan keningnya. Becky terdiam, ia tidak paham kenapa Freen tidak mengingat apapun. Kepala Freen terasa kosong, memori maupun ingatan seolah terputus-putus. Freen menggelengkan kepalanya perlahan, merasa sia-sia jika ia harus memikirkan apa yang terjadi kemarin.
"Kamu mabuk."
Perkataan Becky, membuat Freen tambah keheranan. Freen merasa ia sama sekali tidak menyentuh minuman yang dapat membuat kesadarannya hilang, bahkan waktu bersama dengan teman-temannya Freen memesan jus bukan minuman alkohol. Freen merasa frustasi, ia benar-benar tidak dapat mengingat apapun.
"Sudahlah, mungkin kamu lupa."
Ucap Becky. Freen hanya manggut-manggut saja, perkataan Becky memang ada benarnya. Mungkin saja Freen beneran mabuk sehingga ia tidak dapat mengingatnya, meskipun Freen tidak merasa meminum minuman alkohol dan bisa saja sebenarnya ia minum tapi lupa.
"Em... Jadi anu, kita melakukannya semalam?"
Tanya Freen, seketika mengidik ngeri ketika mendapatkan senyum miring dari Becky. Becky bangkit dari kasurnya, mendekati Freen. Kedua tangannya melingkar di pinggangnya, menariknya perlahan mendekat sehingga kedua tubuh mereka menempel secara langsung bersentuhan tanpa sehelai benang pun yang menutupi.
"Kamu semalam liar banget, f*cking hot."
Bisik Becky, dengan sengaja ia meniup telinga Freen secara sensual. Becky memundurkan sedikit kepalanya agar bisa menatap wajah Freen yang kini sedang memerah, kedua matanya beralih menatap bibir milik Freen. Perlahan Becky mendekati wajahnya, membiarkan bibirnya menempel sempurna di bibir Freen tanpa menggerakkannya kemudian melepaskannya secara perlahan.
Terlihat sangat menggoda meskipun warnanya pucat akibat ulahnya sendiri yang menggempur Freen habis-habisan, benar-benar membabi-buta. Entah karna sudah lama tidak melakukan hubungan itu dengan Freen jadi Becky tidak segan-segan ketika bersama Freen alias Becky benar-benar tidak melewati kesempatan ketika Freen mabuk, mengingat kejadian semalam membuat Becky tidak hentinya tersenyum. Sedangkan Freen mencoba menahan blushingnya karena Becky menggodanya secara terus-menerus, seperti menaikkan alisnya secara bergantian.
"Umm... Hari ini aku diajak jalan-jalan lagi."
Ucap Freen sambil mengalihkan pandangannya, mencoba menghindari kontak mata Becky. Teman-teman Freen sudah sepakat akan bersama selama 3 hari ini, dan hari ini adalah hari terakhir mereka untuk bersenang-senang jadi Freen merasa tidak enak dengan Becky yang ia tinggali belakang hari ini tapi di satu sisi Freen juga tidak enak menolak ajakan teman kuliahnya dulu yang sudah lama tidak bertemu.
"Ayo mandi, aku akan mengantarmu."
Ajak Becky. Seketika Freen langsung menoleh melihat Becky yang sedang menjulur tangannya, dengan ragu Freen menerima uluran tangan tersebut yang menuntunnya masuk kedalam kamar mandi. Freen sedikit bingung dengan Becky yang seolah tidak masalah jika dirinya pergi lagi, padahal semalam Becky berkata bahwa ia mabuk. Kenapa Becky tidak marah kepadanya? Kenapa Becky tidak melarangnya?. Apapun itu Freen merasa sedikit sedih, Becky tidak masalah dengan kepergiannya seharusnya itu adalah hal yang melegakan tapi kenapa hatinya merasa menjanggal.
"Kenapa bercak ku banyak sekali!?? Sedangkan kamu hanya sedikit!"
Freen mendengus kesal, entah mengapa saat ini rasanya Freen ingin membuat keributan. Namun sayangnya, Becky bukanlah tipe orang yang mudah terpancing emosi terkecuali jika dirinya cemburu. Dengan santainya Becky mengikat Cepol rambut Freen sehingga memperlihatkan jenjangnya yang di penuhi kissmark kemudian secara perlahan membawa Freen bersama dirinya masuk kedalam bathtub.
"Kamu marah?"
Tanya Becky, tentu tidak mendapatkan jawaban dari Freen. Becky menghembuskan nafasnya, menurutnya wajar jika Freen marah karena banyaknya bercak yang membekas sehingga Freen akan sulit menutupinya dengan pakaian tertutup ketika bersama teman-temannya. Tapi bukankah Freen bisa menutupinya dengan foundation dan concealer, jadi kenapa Freen harus sekesal itu.
Becky mencondongkan sedikit tubuhnya untuk menggapai kedua tangan Freen, perlahan ia menariknya sambil memundurkan tubuhnya hingga punggung Becky menyentuh ujung bathtub. Tangan Becky beralih memegang kepala belakang Freen, sedikit mendorongnya mendekat kearah leher Becky.
"Lakukan."
"Huh?"
"Buat yang banyak."
Pinta Becky. Freen tentu melakukannya tanpa ragu karena rasa gondok di hatinya, bibirnya mulai mencium bahu putih milik Becky dan membuat tanda di sana. Merasa belum puas, Freen kembali membuat tanda di leher. Tangan kiri Becky mencengkram rambut Freen dengan jari telunjuk kanannya yang sengaja ia gigit karena Freen menciumi leher serta dadanya bergantian secara agresif, hisapannya terlalu kuat hingga membuat suara tarikan kulitnya terdengar.
"Akh! Shh..."
Tanpa sengaja Freen mengigit leher Becky hingga berdarah hingga meninggalkan bekas gigitannya, bahkan Freen sama sekali tidak sadar. Meskipun Becky sudah meringis berkali-kali tapi Freen tidak berhenti melakukannya, dan tentu Becky tidak berniat menahan Freen untuk berhenti.
Setelah merasa cukup, Freen memundurkan tubuhnya. Seketika ia menelan Salivanya sendiri, melihat Becky menatapnya sambil nafasnya terlihat tersengal-sengal dan menyilangkan kedua tangannya di dadanya sendiri sehingga menutupi sebagian kissmark yang Freen buat. Freen langsung bangkit dan beranjak dari bathtubnya, ia keluar sambil melilitkan handuknya. Dengan terburu-buru, Freen memakai pakaiannya yang lumayan tertutup.
Freen mengusap wajahnya dengan kasar, entah mengapa ia tidak bisa berpikir jernih. Rasanya Freen ingin menerkam Becky saat itu juga, dan melihat wajah Becky yang merona seperti itu sungguh menggodanya. Freen terdiam sejenak, apakah karena efek sudah lama Freen tidak bersama Becky sehingga membuat Freen lebih kecanduan dibandingkan Becky. Freen semakin agresif, ia bahkan tidak dapat mengelak bahwa dirinya sangat bergairah ketika melihat wajah Becky yang pasrah dengan perlakuannya.
"Freen. Tutupi menggunakan foundation dan concealer agar bercak nya tidak terlihat."
Ucap Becky yang baru keluar dari kamar mandi, membuat Freen tersentak dari lamunannya. Buru-buru Freen langsung menutupi bercak-bercak tersebut menggunakan foundation dan concealer sesuai dengan perkataan Becky, dan benar saja bercak tersebut tidak terlihat lagi meskipun tidak permanen toh bisa di hilangkan dengan air meskipun agak susah tapi setidaknya Freen bisa bersenang-senang dengan teman-temannya tanpa di tanyain berbagai pertanyaan.
"Uh, ya. Aku tunggu di mobil."
Ucap Freen langsung keluar tanpa menunggu balasan dari Becky. Meskipun Freen bersikap aneh, tentu Becky tidak curiga. Lagipula Becky mengira bahwa Freen sedang marah kepadanya jadi selalu menghindarinya, tapi tentu saja Becky tidak suka bertengkar atau semacamnya dengan Freen. Dengan perlahan, Becky menurunkan lilitan handuknya melingkar di pinggangnya.
Becky memandang pantulan dirinya di depan cermin, kemudian beralih menatap foundation lalu mengambilnya tapi meletakkannya kembali. Mustahil, tanda kissmark miliknya tentu tidak bisa di tutupi meskipun menggunakan foundation sekaligus concealer. Kissmark milik Becky baru saja di buat oleh Freen sehingga menyulitkannya, terlebih gigitan yang membuat beberapa bekas luka memar. Sedangkan milik Freen tentu bisa tertutupi karena bekas itu sudah di buat semalam jadi tidak terlalu sulit.
Hembusan nafas terdengar, Becky segera mengambil plaster di kotak obat. Dengan perlahan, Becky mulai menempelkan plaster tersebut ke bercak kemerahan yang tadinya mengeluarkan sedikit darah, terhitung sudah ada 5 plaster yang menempel di lehernya. Tangannya terulur mengambil syal di dalam lemari dan melilitnya di leher agar Freen tidak mengetahuinya, Becky tidak ingin membuat Freen khawatir. Terlebih Becky tau jika Freen tidak menyadarinya sama sekali, jadi Becky tidak akan memperlihatkannya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
MONSTER [COMPLETED]
Nezařaditelné⚠️DILARANG KERAS PLAGIAT, REPOST, REMAKE ATAU JIPLAK DALAM BENTUK APAPUN. She's a crazy girl || BECKFREEN. Original story by Exterly!