Pukul 01.30.
Becky masih terjaga dengan matanya yang belum mengantuk sama sekali, ia masih setia menopang tubuh Freen yang sedang tertidur lelap dalam dekapannya. Memandangi wajah kekasihnya, tidak ada yang bisa mengalahkan indahnya paras cantik Freen. Ditambah lagi saat Freen tertidur seperti Cinderella, wajah putih nan mulusnya membuat sinar cahaya dengan binar kemerahan.
Namun sayang, Becky tidak bisa memandangi wajah Freen dalam waktu yang lumayan lama baginya. Dengan perlahan, ia menyingkirkan tubuh Freen kemudian Becky turun dari kasur. Berjalan mengambil pakaiannya yang ia buang asal, memakainya kembali. Tangannya merogoh sebuah dompet yang berisi kartu-kartu miliknya, Becky meletakkan dompetnya di meja sebelah kasur Freen.
Langkah kakinya kembali menuju kasur, Becky sedikit membungkuk tubuhnya untuk mengecup singkat kening Freen dan berniat pergi keluar dari kamarnya. Tapi baru saja Becky membalikkan badannya, tiba-tiba tangannya di tahan oleh Freen yang membuat Becky reflek menengok kembali menatap Freen yang sedang mengucek-ucek matanya dengan satu tangannya.
"Mau kemana?"
"Aku harus pergi, ada urusan."
"Nanti balik ya?"
Becky tersenyum kemudian menggangukkan kepalanya dengan pelan. Tangannya terangkat, menyingkirkan helaian rambut yang menutupi wajah Freen. Kemudian Becky kembali membungkukkan sedikit badannya, memiringkan kepalanya dan mengecup bibir Freen.
"Mau peluk."
Pinta Freen dengan manja sambil merentangkan kedua tangannya. Becky langsung menarik Freen kedalam pelukannya, memeluknya dengan erat yang juga dibalas oleh Freen. Nyaman, itulah yang di rasakan keduanya.
"I love u."
"I love u the most."
Balas Becky sambil meletakkan dagunya di kepala Freen, ia mengusap-usap lembut Surai rambut Freen yang kembali terlelap. Dengan perlahan Becky melepaskan pelukannya, satu tangannya diletakkan di belakang kepala Freen. Dengan hati-hati Becky meletakkan kepala Freen kembali ke bantal empuknya, tangannya menarik selimut untuk menutupi badan Freen.
Becky sempat melirik Freen sebentar sebelum akhirnya ia benar-benar pergi. Keluar dari apartemen Freen yang langsung di sambut Irin yang menunggunya di atas motor matic milik Freen karena suruhan dari Becky yang menyuruhnya untuk membawa kembali motor Freen yang terparkir di kampus.
"Sudah berpamitan?"
"Tidak."
"Ouh... Tega sekali."
"Tolong bersihkan kamarnya."
"Kamu pikir aku babu!??? Eh... Kamu yakin? Bukankah sekarang dia dalam keadaan telanjang?"
Ucap asal Irin sambil menaik-turunkan alisnya, ia bergegas masuk kedalam apartemen tapi belum sempat melaju lebih jauh, Becky langsung menahannya. Irin seketika menelan Salivanya sendiri ketika mendapatkan tatapan tajam dari Becky, niatnya Irin bercanda yang berakhir ia hanya cengegesan.
"Jangan macam-macam."
"Ay! Ay! Kapten!"
Balas Irin sambil bersikap tegak dengan tangan menghormat ke kepala. Becky memutar bola matanya malas, kemudian melangkahkan kakinya masuk kedalam mobil dan disusul oleh Irin yang duduk di kursi pengemudi.
"Kamu yakin? Mumpung belum terlalu jauh."
"Tidak perlu, aku akan kembali."
"Tapi kan lumayan lama tau."
"Ada kamu disini."
Irin menghembuskan nafasnya ketika mendengar balasan Becky. Mentang-mentang Irin tetap akan berada di Thailand karena harus menggantikan pekerjaan Becky yang semena-mena terhadap nya, meskipun demikian Irin tetap menjalankannya karena tau sifat sahabatnya jadi ia memakluminya.
Apa susahnya berpamitan, pikir Irin.
Mata Irin melirik kearah Becky yang sedang memejamkan matanya, ia tau Becky pasti tidak tidur sadari tadi karena sleepy eyes yang terlihat jelas. Dan Irin sedikit khawatir dengan Becky dan Freen karena urusan ini, terlebih Becky tidak memberitahu Freen apapun. Ingin rasanya Irin memukul kepala sahabatnya saat ini karena seenaknya meninggalkan anak orang, seperti setan yang tiba-tiba nongol dan menghilang.
Untung saja Irin tidak tau jika Becky pergi setelah melakukan hal itu kepada Freen, bisa-bisa ia akan di amuk habis-habisan oleh Irin. Dan tentu saja, Becky tidak akan membuka suara untuk memberitahu Irin tentang hal itu.
"Kita bisa berbincang-bincang, sebelum kamu pergi."
Ucap Irin memberhentikan mobilnya di parkiran. Becky menguap, ia mengucek-ucek dan mengerjap-ngerjapkan matanya. Dengan wajah bantalnya, ia menoleh kearah Irin.
"Apa ayah sudah menunggu?"
"Belum, aku tidak melihatnya."
Balas Irin yang hanya di balas anggukan kepala dari Becky. Irin yang melihat itu tersenyum kesal, bisa-bisanya Becky seolah tidak tau atau bahkan benar-benar tidak tau bahkan terkesan cuek.
"Tidak ada yang ingin kamu sampaikan?"
"Huh? Apa?"
"Bodoh! Kita ini akan berpisah, lihat depan matamu! Bandara! Berpisah!"
Kesal Irin sambil berdecak. Padahal sebentar lagi mereka akan berpisah tepat di depan mata, tapi Becky sama sekali tidak terlihat ada niatan ingin mengucapkan sepatah katapun kepada Irin yang sudah menjadi sahabatnya selama bertahun-tahun lamanya.
"Ya! Untuk apa perpisahan!?? Aku tidak meninggal selamanya! Lagipula aku akan kembali!!!"
Balas Becky menatap sinis kearah Irin yang sedang mencibirnya. Lebih tepatnya Becky gengsi mengucapkan kata-kata yang menurutnya terlalu berlebihan dan untuk apa perpisahan jika pada akhirnya dia akan kembali ke Thailand, jadi lebih baik seperti biasa menurut Becky daripada harus membuang-buang air mata.
"Pergilah! Ayah mu sudah menunggu."
Ucap Irin tanpa menoleh kearah Becky. Becky yang melihat itu hanya menghembuskan nafasnya kemudian keluar dari mobil, ia tidak membawa koper bahkan Becky hanya membawa dirinya saja karena seluruh biaya akan di tanggung oleh ayah nya.
Tidak terlalu lama, terdengar suara pemberitahuan dari dalam bandara memberitahukan pesawat yang akan dinaiki Becky akan segera take off. Irin berdecak kesal, kemudian keluar dari mobilnya. Irin berlari masuk kedalam, mencari keberadaan Becky di gerumulan banyaknya orang-orang berlalu lalang.
"Kemana bocah itu?"
Tanya Irin tidak menemukan Becky. Menurutnya Becky sudah menaiki pesawatnya jadi dengan lesuh Irin membalikkan tubuhnya berniat untuk kembali, tapi tiba-tiba dari belakang ada seseorang yang memeluknya. Irin tersentak, ia terdiam sejenak tapi ia sangat tau siapa yang sedang memeluknya saat ini.
"Aku pergi, jaga diri mu."
Pamit Becky melepaskan pelukannya dan berjalan kembali kearah tempat pesawatnya. Irin memutarbalikkan tubuhnya, melihat punggung Becky yang terus melangkah kedepan.
"BAGAIMANA DENGAN PACARMU?"
Teriak Irin tanpa mempedulikan tatapan orang-orang yang terkejut karena suara nya yang nyaring. Mendengar teriakan Irin, Becky menghentikan langkahnya kemudian ia menoleh tanpa membalikkan badannya.
"Aku akan merebutnya kembali."
Balas Becky tersenyum dan setelah itu Becky benar-benar pergi. Irin bernafas lega, setidaknya ia sudah mengantar Becky dengan selamat sampai dengan bandara. Dan Irin akan selalu mempercayai Becky, bahkan untuk sekedar kata-kata.
Irin tau banyak sekali orang yang menyukai Freen karena menjadi mata-mata dadakan akibat Becky yang terus meminta informasi-informasi tentang Freen, jadi ia sedikit khawatir dengan kepergian Becky yang dapat membuat Freen beralih dari Becky. Tapi setelah mendengar perkataan Becky yang terdengar serius, kekhawatiran itu pudar. Irin yakin dengan sahabatnya, Becky pasti akan kembali.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
MONSTER [COMPLETED]
Random⚠️DILARANG KERAS PLAGIAT, REPOST, REMAKE ATAU JIPLAK DALAM BENTUK APAPUN. She's a crazy girl || BECKFREEN. Original story by Exterly!