2

2.3K 290 4
                                    

Drettt... drett.... drettt....

Suara dering telepon mengusik tidur Freen. Dengan sangat malas sekaligus masih setengah sadar, Freen meraih ponselnya kemudian mengangkatnya dengan kedua mata yang masih terpejam.

"FREEN! CEPET BANGUN ANJ---"

"Sttt... masih pagi jangan ngomong kasar."

"Pagi mata lu, udah jam setengah 8 goblok. Kelasnya di mulai jam 8, rumah lu jauh dari kampus bego."

"HAH!? UDAH JAM SETENGAH 8!??"

"IYA, udah cepat sa--"

Freen langsung mematikan teleponnya ketika melihat jarum jam dinding yang menunjukkan pukul 07.30.

"Anjir alarmnya kok ngga nyala sih!"

Dumel Freen. Padahal alarmnya berdering sejak pukul 07.00, namun Freen lah yang tertidur seperti seseorang yang sedang koma. Freen terbangun akibat dering telepon yang sudah berbunyi sebanyak 8 kali, dan dering telepon ke-9 lah yang ia angkat dari sekian banyaknya telepon yang masuk terus menerus.

Freen bergegas mandi, lebih tepatnya hanya mengguyurkan seluruh badannya dengan air secara asal-asalan, asal terlihat sudah bersih. Kemudian Freen sedikit memoleskan sedikit make up ke wajahnya agar tidak terlihat seperti mayat hidup ketika sampai di kampusnya.

"Eh bangke buku gua ketinggalan."

Umpat Freen ketika hendak melangkah keluar dari pintu kamarnya, ia kembali mengambil buku yang berada di meja karena kemarin Becky mengajarinya dan Freen masih menaruhnya di mejanya. Sebelum pergi, ia selalu rutin menuangkan dan selalu memberikan air kepada Fluffy.

"Duh, mati gua!"

Dumel Freen sambil berlari keluar hingga sampai ke parkiran, ia berlari seperti orang kesetanan. Mengendarai motor matic nya secara ugal-ugalan bersamaan dengan umpatan yang terus keluar dari mulutnya.

Rangsit University itulah nama salah satu kampus favorit yang kini terpampang jelas di Monumen yang berwarna cokelat dan terbuat dari bahan yang kokoh, monumen berbentuk piramida yang tertulis dengan nama 'RANGSIT UNIVERSITY'.  Di atas nama university, terdapat lambang atau logo berbentuk lingkaran dengan garis-garis berjari-jari, seperti menggambarkan matahari.

Freen berlari menuju ruang kuliah, dan masuk dengan napas tersengal-sengal. Semua mata tertuju padanya saat ia masuk ke dalam kelas. Freen sangat bersyukur ketika belum melihat dosen di kelasnya, di usapnya tetesan keringat di dahinya dengan punggung tangannya.

"Sumpah, pagi-pagi udah senam jantung gua."

Ucap Freen mendudukkan pantatnya pada kursi. Seketika lelahnya bertambah dua kali lipat, dadanya masih naik turun karena nafasnya yang ngos-ngosan.

"Salah sendiri tidur kek mayat."

"Alarm gua ngga bunyi, Nam."

Balas Freen menjawab sindiran sahabatnya, Nam. Sebenarnya bukan kali ini saja Freen terlambat, Freen sering terlambat jika memiliki kelas pagi karena Freen adalah tipe orang yang sangat malas menyambut cerahnya sinar matahari.

"Seenggaknya lihat chat kek."

"Lah, gua lagi ngendarain motor gimana liat. Emang lebih penting daripada keterlambatan gua??"

"Dosen nya telat masuk, tadi di grup udah rame."

"Bangsat. Kenapa baru bilang sih!?"

"Gimana mau bilang, telepon gua aja langsung lu matiin."

Seketika tubuh Freen merosot. Udah capek-capek lari kek orang kesurupan dari apartemen ke parkiran terus dari lobby ke kelas, nyampe-nyampe malah dapet informasi kalo dosennya telat. Rasanya Freen ingin berteriak tapi menyadari bahwa itu adalah kesalahannya sendiri karena tidak mengecek grup dan seketika Freen langsung menyesal karena langsung mematikan telepon dari Nam.

Setelah setengah jam berlalu, jam pertama di mulai. Dosen yang di kenal dengan Mr. Raven masuk ke dalam kelas. Jam pertama adalah jam pelajaran matematika dan itu adalah pelajaran yang sangat di benci oleh kebanyakan orang-orang, namun tidak untuk Freen. Bisa di bilang, Freen sangat mahir di bidang akademik maupun olahraga meskipun tidak ada yang sepenuhnya sempurna.

"Heh!"

Senggol Nam yang langsung mendapatkan tatapan sinis dari Freen karena menggangu konsentrasinya.

"Udah nanti aja dengerinnya, otak lu encer ini. Lu ngga sadar apa dari tadi ada merhatiin lu?"

Bisik Nam. Hal seperti ini bukan pertama kalinya tapi sering terjadi berulang-ulang, tapi Freen tidak mempedulikannya selagi hal itu tidak menggangunya. Freen hanya menatap Nam sebentar kemudian kembali memperhatikan dosen yang masih menjelaskan materinya.

"Jadi otak lu yang macet-macet kek jalanan ngga ngedengerin?"

"Ngga gitu juga sih... gua ngga suka pelajarannya. Mau dijelasin sedetail mungkin juga ngga masuk ke otak daripada pura-pura dengerin pas di tanya ngangong."

"Gua mau ke toilet dulu."

Ucap Freen kemudian meminta ijin kepada dosen. Nam mengerutkan keningnya keheranan melihat Freen yang seolah seperti tidak memiliki semangat.

Freen berjalan menuju toilet, sebenarnya dia sama sekali tidak dapat berkonsentrasi ketika dosen menjelaskan, di tambah Nam yang mengajaknya berbicara. Bayang-bayang tangan Becky memegang kedua pipinya masih membekas dan tersimpan di memorinya secara jelas.

Setelah membasuh mukanya untuk menghilangkan bayang-bayang wajah Becky, Freen kembali menuju kelasnya. Langkahnya berhenti ketika melihat orang-orang yang berada di kelasnya kini berbondong-bondong keluar, padahal menurutnya kelas belum berakhir.

"Udah datang telat, tiba-tiba ada urusan mendadak dasar yang mulia Raven."

Omel Nam sambil melihat Freen yang kini berdiri di sampingnya. Meskipun begitu, bisa di bilang hampir seluruh orang-orang senang karena tidak perlu berlama-lama membakar otak mereka termasuk Freen yang sejak tadi tidak dapat berkonsentrasi.

"Mau ke kantin ngga?"

Ajak Nam yang mendapatkan anggukan dari Freen. Mereka berdua segera menuju ke kantin yang dimana keadaan kantin terbilang cukup ramai. Freen dan Nam duduk di tempat yang menjual makanan mie ayam beserta memesan es teh manis.

"Terus gimana? Ada peningkatan ngga sama cewe yang lu taksir waktu itu?"

Ucap Nam memulai pembicaraan, memakan semangkuk mie ayam sambil mengobrol. Nam sudah tau jika Freen mempunyai incaran ketika Nam, Freen dan beserta teman-temannya yang lain mengerjakan tugas mereka di perpustakaan.

Semenjak saat itu Freen tertarik dengan gadis yang selalu ada di perpustakaan, lantai dan tempat duduk yang sama seolah miliknya karena tidak pernah berpindah-pindah. Hal itu membuat Freen perlahan menjadi penasaran dengan gadis yang kemarin bersamanya, Becky. Membuat Freen sering pergi ke perpustakaan jika memiliki waktu luang, meskipun hanya untuk melihat Becky.

"Kemarin gua ajak ke apartemen gua."

Ucap Freen yang langsung membuat Nam tersedak, dengan gesit tangannya meraih segelas teh manis dan meneguknya dengan terburu-buru.

"Eh anjir bar-bar banget baru kenal."

"Lagian gua bingung, pake acara pura-pura minta di ajarin padahal gua ngerti. Reflek bohong lagi, takut banget gua waktu itu gila untungnya dia mau."

Jujur Freen. Kemarin ia memberanikan diri untuk sekedar berkenalan dengan Becky, namun karena otaknya tiba-tiba blank dan omongannya melantur kemana-mana yang berakhir malah meminta di ajari oleh Becky.

"Terus? Terus? Ngapain aja lu?"

"Ya cuma ngajarin biasa, tapi..."

"Tapi...?"

"Gua dapet nomornya."

Ucap Freen dengan bangga sambil menunjukkan nomor Becky yang tertera di kontak ponselnya. Nam langsung bertepuk tangan ikut merasa bangga seolah sedang berkata 'ini baru sahabat gua.'.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

MONSTER [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang