Becky mengerjap-ngerjapkan kedua matanya berkali-kali, pandangannya masih mengabur akibat pencahayaan sinar matahari yang berasal dari luar jendela. Tangannya meraba kasur sebelahnya yang terasa dingin, menandakan tidak ada orang yang menempatinya. Becky langsung bangkit menjadi duduk, melihat sekeliling. Kepalanya menoleh kesamping kanan dan kirinya hingga menatap kasur yang ia tempati saat ini dengan matanya yang menyipit.
"Kemana dia?"
Becky terlonjak kaget, setelah menyadari bahwa Freen tidak ada bersamanya. Becky langsung meloncat dari kasur berlari keluar dari kamar, ia langsung bertanya kepada resepsionis. Becky memijat pelipisnya, di pagi hari baru saja terbangun sudah mendapatkan kabar bahwa Freen sudah keluar dari Hotel sejak tengah malam yang dimana Becky sedang tertidur saat itu.
Langkah kakinya tergesa-gesa keluar dari Hotel, ia masuk kedalam mobilnya dan langsung melajukan nya dengan kecepatan tinggi. Mengemudikan mobilnya menuju mansion nya secara ugal-ugalan, untuk memastikan sesuatu. Keadaan jalanan masih terbilang sepi jadi membutuhkan waktu sekitar 15 menit untuk sampai ke mansion nya, Becky segera turun dan berlari masuk kedalam.
Dengan perlahan ia mendekati Heng yang tergeletak di lantai, Becky berjongkok sambil menatap sekeliling yang terlihat kosong. Secara hati-hati, tangannya membalikkan tubuh Heng yang awalnya tengkurap. Matanya dengan jeli memperhatikan detail tubuh Heng dari ujung kaki hingga ujung rambut, ia bernafas lega ketika menyadari bahwa Heng hanya tidak sadarkan diri karena Becky tidak melihat ada tanda-tanda luka di tubuh Heng.
"Heng."
Panggil Becky sambil mengguncang-guncang tubuh Heng, berharap pria itu bisa merespon. Karena belum juga mendapatkan respon apapun, Becky memutuskan untuk mengecek kamar dan ruangan lainnya. Tapi sayangnya, semua ruangan yang ia lihat semua kosong.
"Sorry."
Lirih Heng, membuat Becky langsung menoleh kearahnya dan kembali berjongkok. Perlahan Heng merubah posisinya menjadi duduk sambil satu tangannya memegangi kepalanya yang terasa sangat sakit sekaligus pusing akibat pukulan keras yang mengenai kepalanya.
"Ada apa?"
"Seseorang tiba-tiba memukul kepala ku dari belakang, seketika penglihatan ku samar-samar melihat orang itu membawa bayi itu. Setelah itu, aku tidak ingat apa-apa lagi."
Tanpa menunggu lama, Becky langsung menyuruh ayah nya datang. Becky berdecak kesal, bukan hanya Freen yang menghilang melainkan bayi itu juga di culik. Becky masih mencoba bersikap tenang, ia tidak akan gegabah meskipun hatinya tidak tenang sedetik pun. Untuk saat ini, Becky mencoba membantu Heng dengan memberikan minuman dan mengoles minyak kayu putih di bagian kepalanya yang terkena pukul.
"Becky... Aku tidak tau yang sebenarnya tapi setidaknya aku merasa wajah perempuan itu mirip dengan mu."
Ucap Heng. Bersamaan dengan Leon yang menghampiri mereka berdua, bersama dengan Irin di belakangnya dan satu orang yang tidak Becky kenali. Pria itu memakai seragam berbentuk setelan celana dan baju dengan warna biru, seragam medis serta jas berwarna putih tampak seperti seorang Dokter.
"Freen menghilang dan bayi itu di culik"
"Tunggu, bayi itu?"
"Ya. Bayi Freen dan Marissa kan?"
Perkataan Becky sontak membuat Irin menepuk jidatnya sendiri, ia tidak menyangka Becky akan sebodoh itu tidak menyadarinya. Selama ini Irin berpikir Becky akan baik-baik saja tanpa di beritahu pun, lagipula Irin jelas-jelas mendengar penjelasan dari Freen bahwa Becky melakukan hubungan dengannya sebelum ia pergi tapi kenapa Becky sebodoh ini.
"DIA ANAK MU BODOH! BAYI KAMU DENGAN FREEN!"
Teriak Irin kesal. Tidak hanya Becky yang melongo tidak percaya, melainkan Heng dan Leon menganga mendengar perkataan Irin. Sebelum Becky ingin menyangkalnya, tiba-tiba Irin langsung merebut surat dari pria yang hany terdiam memperhatikan mereka sadari tadi. Dengan perasaan kesal, Irin langsung memberikan surat tersebut kepada Becky.
Becky membuka surat yang diberikan Irin, ia membaca kata demi kata dengan teliti. Seketika mulutnya terbuka, Becky menatap tidak percaya saat melihat kalimat terakhir. Matanya berkaca-kaca, tertulis 99,9% bahwa Emily memiliki hubungan dengan nama Becky yang tercantum diatas kertas itu.
"HAH!?? TAPI AYAH PERNAH BERKATA KEMUNGKINAN AKU BISA MENGHAMILI PEREMPUAN HANYA 5%!"
Seketika Becky terdiam setelah melontarkan perkataan itu. Ya... Memang benar bahwa Leon pernah berkata hanya kemungkinan kecil dia bisa menghamili perempuan tapi tentu saja 5% kemungkinan itu mungkin adalah Emily yang lahir. Becky mengusap wajahnya dengan kasar, kemungkinan kecil tentu bisa membuahkan hasil tapi kemungkinan 5% itu membuatnya tidak percaya dengan keberhasilan persentase itu.
"Hanya sekali, Becky. Hanya Emily, kemungkinan 5% itu."
Ucap Leon. Tubuh Becky merosot ke lantai, pikirannya berkecamuk tidak tenang. Leon merasa bersalah karena membuat Becky salah paham dengan perkataannya, Becky salah mengartikan perkataannya. Kemungkinan kecil belum tentu kegagalan tapi adalah kemungkinan yang ajaib bisa terjadi tapi langka, tentu sulit.
"Hei! Tunggu!"
Teriak Irin sambil menahan Becky yang ingin pergi, tapi langsung di tepis oleh Becky. Seketika Leon langsung menahan putri nya, yang seperti orang kesetanan. Becky terus memberontak, mencoba melepaskan tangan kekar yang menahannya. Bahkan ia tidak segan-segan melukai tangan Leon dengan kukunya serta menggigitnya agar terlepas, namun Leon lebih kuat jadi mampu menahan serangan dari putrinya.
"SIALAN! SIALAN! LEPAS! AKU INGIN MENCARI FREEN!"
Teriak Becky. Wajahnya memerah padam, masih dengan tangannya yang mencoba melepas paksa tangan Leon. Sampai akhirnya, butiran-butiran air mata mengalir dari sudut matanya. Dengan gerakan cepat, Leon membalikkan tubuh Becky dan langsung memeluknya.
"Kita semua akan mencarinya ya? Tapi tenangkan dirimu dulu."
Ucap Leon sambil tangannya membelai Surai rambut becky yang terisak dalam dekapannya. Mengetahui fakta tentang Emily adalah anaknya adalah hal bahagia, tapi sekaligus perasaan menyesal yang terdalam dalam hidupnya tidak mempercayai perkataan perempuan yang sangat Becky cintai. Membuat Becky semakin sesak, menangis, menjerit hingga terisak dengan kedua tangan yang memukul-mukul dada ayah nya.
Leon paham betul, Becky sangat khawatir akan keadaan Freen dan Emily. Matanya terpejam, Leon dapat merasakan bahwa saat ini dada Becky semakin sesak bahkan untuk bernafas saja terdengar susah. Perlahan Becky mengatur nafasnya, mencoba menormalkan pernapasannya yang semakin memburuk. Tarikan nafas yang panjang bersamaan dengan hembusan nafas yang berat, membuat Leon melepaskan pelukannya.
Becky ingin meminta maaf kepada Freen, mengungkapkan penyesalan atas kesalahan yang telah ia perbuat selama ini. Becky ingin memperbaiki hubungan mereka seperti semula, hatinya nyeri ketika telah menyakiti seseorang yang ia cintai, Becky menyadari kesalahan yang ia lakukan, berharap bisa meminta maaf secara langsung untuk menunjukkan ketulusan serta penyesalannya.
Becky berlutut di lantai dengan kepalanya di tekuknya masuk merapat ke bawah, kedua kakinya tidak sanggup lagi menahan tubuhnya yang terus bergetar. kedua telapak tangan yang menutupi wajahnya bersamaan dengan kedua sikunya menjadi penopang menjadi lecet akibat bergesekan dengan lantai. Terdengar samar-samar gumaman, suaranya terbata-bata sambil bergetar-getar. Tapi bisa di pastikan bahwa saat ini Becky terus memanggil nama Freen dan Emily.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
MONSTER [COMPLETED]
Random⚠️DILARANG KERAS PLAGIAT, REPOST, REMAKE ATAU JIPLAK DALAM BENTUK APAPUN. She's a crazy girl || BECKFREEN. Original story by Exterly!