10

2K 276 8
                                    

The Roma Restauran.

Beribu tahun yang lalu, orang-orang di Roma percaya bahwa bangunan megah bukan hanya lambang potensi kekuasaan, tetapi juga sebuah cara untuk menaikkan tingkat sosial. Dan kini beribu tahun kemudian, kita sedikit banyak masih berprinsip seperti itu juga.

Sesuai dengan kepercayaan ini, The Rome Restaurant adalah tempat makan outdoor raksasa, dengan patung-patung Romawi dan area tempat duduk yang mewah di sekitar kolam renang yang luas.

Sesuai dengan kepercayaan ini, The Rome Restaurant adalah tempat makan outdoor raksasa, dengan patung-patung Romawi dan area tempat duduk yang mewah di sekitar kolam renang yang luas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Teras dengan meja makan dan bean bag berwarna-warni yang berada diatas karpet rumput berwarna hijau di sekeliling kolam renang, berlatar belakang Menara Miring Pisa versi palsu.

"Kita sudah sampai."

Ucap Becky turun dari mobilnya dan berjalan kearah pintu sebelah, membukakan pintu mobil untuk Freen. Freen segera turun meletakkan buket bunga di kursinya karena Becky menyuruhnya untuk membiarkannya di dalam mobil agar Freen tidak kesusahan membawanya.

Tangan Becky terangkat melihat jam tangan yang melingkar dipergelangan tangannya, menunjukkan pukul 19.00 menjelang malam. Perjalanan mereka ke Restauran menghabiskan waktu 1 jam lebih, dan sebelum ke tempat tujuan mereka, Becky sempat mengajak Freen berkeliling karena menurutnya The Roma Restauran akan lebih bagus pemandangan pada malam hari jadi secara sengaja Becky menghabiskan waktunya bersama Freen dengan mengelilingi beberapa tempat.

Becky mengalihkan pandangannya, ia melirik kearah Freen yang tiba-tiba menggandeng tangannya. Mereka berdua melanjutkan perjalanan mereka. Freen sempat beberapakali terpukau dengan pemandangan yang disuguhkan, sedangkan Becky hanya tersenyum kecil melihat Freen yang terlihat menggemaskan ketika excited.

"Kenapa menatap ku terus? Lihat kedepan, pemandangan nya sangat indah!"

Ucap Freen menatap Becky yang berada di sampingnya sedang terkekeh. Freen tau pemandangan yang saat ini ia lihat adalah pemandangan biasa yang Becky lihat dan tentu terasa biasa saja untuk Becky tapi baginya pemandangan ini adalah pemandangan yang luar biasa.

"Kamu lebih indah."

Bisik Becky dan perkataan itu mampu membuat Freen menutup mulutnya dengan rapat, sekaligus langsung mengalihkan tatapannya. Becky menyeringai saat menyadari perubahan sikap Freen akibat ucapannya.

"Kenapa diam?"

"Ngga!"

Balas Freen sambil berjalan kedepan dengan langkah cepat, meninggalkan Becky yang terdiam sambil mengerjap-ngerjapkan matanya karena ia baru sadar bahwa genggamannya terlepas. Becky segera menyusul Freen, ia berjalan di belakangnya. Tiba-tiba langkah Freen berhenti, membuat Becky ikut menghentikan langkahnya.

"Orang-orang menatapku."

Gumam Freen yang terdengar oleh Becky. Satu alis Becky terangkat kemudian matanya melirik sekeliling tapi kembali menatap mata Freen yang terlihat tidak nyaman.

"Tidak bisa menyalahkan mereka. You're beautiful."

Balas Becky sambil tersenyum dan langsung menggenggam tangan Freen. Rasa tidak nyaman perlahan pudar karena ucapan Becky sekaligus genggaman yang membawanya terasa nyaman untuk di genggam.

"Kek kencan njir! Eh...? Kencan? KENCAN PERTAMA!"

Batin Freen berucap, ia baru sadar bahwa selama pacaran mereka tidak pernah pergi jalan-jalan. Dan untuk kali ini mereka pergi bersama menghabiskan waktu hanya berdua, tentu saja hal ini dapat dinamakan kencan untuk pertama kalinya.

"Kamu ingin makan apa?"

Tanya Becky. Mereka kini duduk di atas Bean bag, satu alis Becky terangkat melihat Freen yang tidak menjawab pertanyaan seperti seseorang yang sedang melamun. Tangan kanan Becky terangkat, dengan sengaja ia memegang pipi Freen yang langsung tersentak karena sentuhan yang tiba-tiba.

"Huh?"

"Kamu mau makan apa?"

Tanya Becky lagi sambil mengasih buku menu yang diterima oleh Freen. Freen menundukkan kepalanya merasa malu karena melamun, ia berpura-pura membolak-balikkannya halaman menu dengan pikirannya yang berkecamuk. Tapi pergerakan Freen di hentikan karena Becky menggenggam satu tangannya, Freen mendongakkan kepalanya menatap Becky yang sedang menatapnya kebingungan dengan kepala yang sedikit miring.

"Bisa ngga jangan tiba-tiba gitu?? Lama-lama aku takut jantung aku copot kalo detaknya cepet kek gini!"

Kesal Freen. Alih-alih merasa takut karena Freen marah, Becky justru tertawa terbahak-bahak sampai memegang kedua perut nya sendiri. Bahkan Becky sempat memukul meja, sungguh, perutnya terasa keram. Freen mendengus sambil berdecak kesal, perlahan Becky mulai memberhentikan tawanya.

"Oke... Jadi, mau makan apa?"

"Ngga mood."

Balas Freen sambil bersedekap dada, tidak ingin menatap Becky. Becky yang melihat itu seketika menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sambil berpikir cara untuk membujuk Freen yang sedang merajuk. Jujur saja Becky tidak tau harus berbuat apa, ia tipe orang yang lebih condong ke perlakuan dibandingkan ucapan.

Becky mendekati Freen, ia duduk di sebelah Freen yang langsung mengalihkan tatapannya. Kedua tangan Becky terangkat memegang kedua pipi Freen agar tidak menoleh kesana-kemari selain kearah nya. Perlahan Becky mulai mendekatkan wajahnya, membuat Freen melotot karena dia tau Becky akan melakukannya. Freen langsung menahan wajah Becky yang ingin mendekati wajahnya menggunakan tangannya.

"Orang-orang bisa melihat kita."

Ucap Freen dengan pelan. Becky melirik sekeliling sejenak kemudian kembali menatap Freen, ia mulai memiringkan sedikit kepalanya. Perlahan mendekat, kali ini Freen tidak menahannya.

Becky menempelkan bibirnya ke bibir Freen, ia tidak peduli jika ada orang yang melihatnya. Lagipula Becky melakukannya ketika melihat pencahayaan kurang terang di tempat yang mereka tempati, ditambah sudah memasuki jam malam.

Tangan Becky mengusap-usap pipi Freen, sedangkan satu tangannya memegangi bagian belakang lehernya, tanpa melepaskan lumatannya. Menyesapnya secara perlahan, mata mereka saling menatap sekilas sampai akhirnya terpejam sepenuhnya.

Menikmati setiap detik bibir mereka beradu, lidahnya mulai menyusup kedalam rongga mulut Freen dan menghampiri lidah Freen. Mengajaknya bergulat lidah serta bertukar Saliva, disertai dengan gigitan-gigitan kecil di bibir bawah Freen. Dengan lembut, Becky kembali melumatnya sambil memeluk tubuh Freen semakin rapat, sampai tidak tersisa jarak diantara mereka.

Freen sempat meremas Hoodie Becky sebelum ia sedikit mendorong bahunya agar menjauh. Mereka berakhir saling menatap lekat, nafas Freen terlihat memburu dengan dadanya yang kembang-kempis. Ciuman dadakan seperti ini jelas masih belum membuat Freen terbiasa.

Ini pertama kalinya mereka berciuman di tempat umum sekaligus di kencan pertama mereka. Freen merasa ia akan gila karena sensasinya sungguh mendebarkan dan adrenalinnya sangat terpacu. Becky menyungging senyum kemudian mengecup bibir Freen sekilas.

Lampu-lampu malam mulai bernyalaan serempak, menerangi seluruh tempat. Sehingga membuat pencahayaan semakin terang dan bersinar di malam hari. Becky merubah posisinya menjadi berada di samping Freen yang sedang mengagumi indahnya pemandangan di malam hari dengan lentera-lentera yang berada diatas tiang.

Mata Becky melirik orang-orang yang ramai berlalu-lalang dan langsung beralih melirik kearah kaki jenjangnya Freen yang sedang berselonjoran. Tidak jarang ada orang-orang yang secara terang-terangan melihat mereka berdua, karena paras cantik mereka berdua yang membuat orang-orang terpana ketika melihatnya.

"Kamu mau ngapain?"

Tanya Freen panik karena Becky tiba-tiba membuka Hoodienya kemudian meletakkannya diatas paha Freen, dengan raut wajahnya yang terlihat sangat santai tanpa mempedulikan kepanikan Freen. Perlahan Becky berbaring, meletakkan kepalanya diatas kedua paha Freen yang sudah ia tutupi dengan Hoodie.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

MONSTER [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang