35

942 158 6
                                    

Tangannya kembali terangkat memegang ponsel, membaca kembali pesan dari ayahnya. Tanpa di beritahu pun, Becky tau bukan Leon yang mengirimkannya. Karena jika Leon ingin bertemu dengannya maka ia akan menculiknya dengan obat bius, jadi sangat aneh jika Leon mengirimkannya lokasi secara terang-terangan. Mengingat Leon adalah orang yang privasi, semua keberadaannya benar-benar di sembunyikan.

"Jadi, apa rencana kita?"

"Menyerahkan diri."

Balas Becky. Seketika membuat Irin tercengang setengah mati, menyerahkan diri sama saja seperti masuk ke dalam kandang musuh. Sungguh, Irin tidak habis pikir dengan perkataan Becky. Bahkan wajahnya terlihat santai tanpa ada tanda-tanda bersalah, apakah Becky memasrahkan dirinya?.

"Kamu gila!?"

Teriak Irin tapi tidak mendapatkan jawaban. Becky segera berjalan menuju keluar, begitupun dengan Freen yang kebingungan ikut berjalan di belakang Becky. Sedangkan Irin sedang diseret oleh Noey sambil mencoba menenangkan kekasihnya yang menggila. Tentu mereka sudah menyiapkan senjata untuk berjaga-jaga, tapi tanpa mempersiapkan rencana apapun adalah hal yang bodoh.

"Kalian duluan, aku ketinggalan sesuatu."

Setelah mengucapkan kalimat itu, Becky pun berlari menjauh dari teman-temannya dan Freen. Irin yang melihat tingkah Becky hanya mampu berdecak kesal bahkan beberapakali ia mengumpat kasar, menyumpahi sumpah serapah kepada Becky. Mereka akhirnya masuk kedalam mobil sambil menunggu Becky kembali, Freen terlihat khawatir tapi jika salah satu diantaranya tidak ikut mungkin akan membahayakan karena terpisah.

Tidak menunggu waktu yang lama, Becky kembali dengan wajah datarnya dan masuk kedalam mobil. Sepanjang perjalanan tidak ada yang bersuara, Irin dan Noey berada di kursi pengemudi sedangkan Freen dan Becky berada di kursi penumpang. Mereka semua terlihat khawatir, meskipun mereka semua mencoba bersikap tenang dan terlihat biasa saja.

"Becky, aku takut."

Becky yang awalnya memandang keljar jendela menjadi menoleh ketika mendengar kekhawatiran Freen. Becky menatap Freen sejenak kemudian tangannya terulur, perlahan menarik tangan Freen untuk di genggam dan mengelus-elus telapak tangan Freen menggunakan jari jempolnya.

"Apa kamu serius, Becky!"

Teriak Irin, ia masih merasa kesal. Becky seolah bisu, benar-benar menghiraukan perkataan Irin yang terus meneriakinya. Tapi tidak dapat di pungkiri, meskipun Irin marah kepada Becky tapi tetap saja Irin merasa sangat khawatir. Seketika semua menjadi sunyi, tidak ada lagi yang bersuara. Mereka sibuk dengan pikiran mereka masing-masing, dengan benak yang berkecamuk menjadi satu bercampur aduk.

Hingga akhirnya mereka sampai di lokasi yang tertulis di maps, Noey memberhentikan mobilnya di depan gerbang sebuah bangunan tua. Hati mereka langsung berdebar kencang, begitu melihat banyak pria berjas hitam putih yang menjaga di sekeliling bangunan tua itu. Bukan hanya itu, semua memiliki senjata seperti belati dan pistol. Tentu mereka merasa takut, seakan jika kaki mereka melangkah masuk kedalam gedung itu sama seperti itu adalah tempat mereka terakhir hidup.

Hanya kerapuhan yang menemani kesendiriannya. Sendiri, seolah tidak ada yang mau mengiyakan keberadaannya. Sepi, diam, dan hening. Memang benar, hanya kesunyian yang mengelayap. Tidak ada lagi suara gaduh dan ricuh yang menemani waktu-waktunya. Ronanya yang perlahan kusam dimakan masa, membuat orang-orang tak lagi meliriknya. Satu persatu tiang mulai rapuh, sepertinya tidak ada lagi butuh. Ditinggalkan oleh kejaran waktu yang tak pernah berbalik.

"Benar-benar gila."

Umpat Irin ketika melihat Becky keluar dari mobil. Noey, Irin dan Freen bergegas menyusul Becky dari belakang. Mereka berempat langsung di kelilingi penjaga, seolah sudah diberitahu oleh majikannya maka mereka berempat di biarkan masuk meskipun beberapa penjaga mengelilingi mereka berempat seakan tidak membiarkan mereka kabur.

MONSTER [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang