Di sebuah ruang tamu, Leon dan Becky kini sedang duduk berhadapan. Mereka berdua duduk santai di atas kursi sambil menikmati cemilan yang tersedia diatas meja, tidak ada satu kata pun yang keluar selain suara mengunyah. Mencoba mencari waktu yang pas untuk memulai pembicaraan, meskipun Leon sedikit bingung harus memulai dari mana. Emily yang sedang bersama Felia dengan Irin dan Noey, sedangkan Freen sedang tertidur pulas sendirian di kamar. Menyisakan Becky dan Leon berduaan, memberikan ruang untuk keduanya mengobrol.
"Sepertinya pernikahan kalian harus diundur."
Tangan Becky seketika terhenti, ia menarik tangannya kembali ketika mendengar perkataan Leon. Mengingat pernikahan yang akan di selenggarakan beberapa hari lagi, semua sudah di persiapkan dengan baik. Apa yang barusan ayah nya katakan? Padahal Leon lah yang sangat menanti-nantikan pernikahan Becky dan Freen sehingga Leon selalu membahasnya dengan Felia, bahkan bisa di bilang Leon lah yang secara langsung banyak berkontribusi terhadap acara pernikahannya.
"Apa ada alasan yang penting?"
Seketika Leon menghembuskan nafasnya seolah sedang frustasi, Becky sangat jarang melihat ayah nya sangat tertekan seperti ini. Sosok pria di hadapannya biasa akan tenang dan tegas, tanpa memikirkan hal yang di luar prediksinya. Dengan perlahan tangan Leon terangkat, mengambil secangkir teh di sampingnya kemudian perlahan menyeruputnya.
"Ha.... Ada musuh. Entah sejak kapan mereka seolah seperti sudah mengawasi kita, bahkan sepertinya mereka pernah secara langsung berada di dekat kita."
"Bukankah ayah biasa akan menyingkirkan hama dengan cepat?"
"Tidak semudah itu, kasus ini berbeda. Menurut analisa sejauh ini, mereka juga menargetkan kalian berdua."
Becky menyilangkan kakinya, menyenderkan punggungnya ke kursi. Matanya melirik kearah kamar tempat dimana Freen tertidur kemudian kembali menatap Leon, jika menyangkut Freen maka semua akan merasa khawatir. Tidak biasanya musuh Leon akan menargetkan orang-orang terdekatnya, lebih tepatnya kebanyakan musuh tidak tau siapa orang terdekat Leon.
Dalam kasus ini, bisa di simpulkan bahwa musuh Leon kali ini memang pernah secara langsung berada di dekat antara mereka berdua ataupun keduanya. Tapi siapa? Tidak ada yang tau pastinya, Leon terlalu banyak menemui orang-orang sehingga terlalu susah untuk mengingat kecuali jika seseorang itu berada di dalam target. Jika memang Freen dan Becky menjadi target musuh karena memiliki hubungan dengan Leon, berarti hal itu adalah niat balas dendam.
"Bagaimana dengan teman-teman Freen?"
"Mereka hanya diancam, dan disuruh untuk meniduri Freen. Alasannya simpel, menghancurkan hubungan kalian berdua."
"Apa hubungannya?"
"Tentu ada, dengan hancurnya hubungan kalian. Maka kamu akan membenciku kan? Karena aku adalah masalah utamanya yang melibatkan hubungan kalian. Dan dengan perlahan hubungan kita juga akan hancur, semua berantakan berjalan sesuai dengan rencana mereka."
Jari telunjuk Becky mengetuk-ngetuk meja sambil memikirkan perkataan Leon, semua bisa di tebak dengan mudah. Penjelasan Leon memang masuk akal, dan mungkin saja itu adalah salah satu rencana musuh tapi masih ada kemungkinan lainnya. Becky tau, maka dari itu Becky selalu meminta bantuan ayahnya.
Seperti menyuruh Leon menghadapi teman-teman Freen, karena Becky tau jika Leon sangat ahli dalam mengalih informasi dibandingkan dirinya yang tidak sabaran. Dan satu hal terpenting, semua hal yang menimpa Freen dan Becky adalah karena musuh Leon maka dari itu Becky selalu meminta ayah nya untuk mengecek lebih dalam. Karena Becky paham betul, ia tidak ada hubungannya dengan masalah yang memberatkannya.
"Jadi sebaiknya undur pernikahan kalian, untuk mencegah kemungkinan terburuk. Selalu beritahu ayah sebelum pergi, jangan sampai tidak."
"Baiklah, aku akan memberitahu Freen."
Balas Becky menyetujui saran dari Leon, tentu keduanya dipenuhi perasaan penasaran yang mendebarkan. Meskipun sebenarnya Becky sangat ingin honeymoon setelah melangsungkan pernikahannya dengan Freen tapi Becky tetap memilih untuk menunggu momen yang pas, ia akan menghindari kemungkinan terburuk sekaligus memilih untuk tidak berulah. Seketika Becky menyungging senyum, membuat Leon mengernyit keheranan melihatnya.
"Apa yang kamu pikirkan?"
"Pernikahan hanyalah salah satu bab dalam cerita."
"La--"
"Becky!"
Perkataan Leon terpotong ketika Freen tiba-tiba memanggil Becky, seketika keduanya menoleh melihat Freen yang berdiri di depan pintu kamar seperti baru terbangun dari obat biusnya. Perlahan kaki jenjangnya melangkah mendekati Becky yang sedang duduk berhadapan dengan Leon, entah mengapa begitu Freen sampai ia merasakan hawa yang menegangkan.
"Kalau begitu nikmati waktu kalian berdua."
Ucap Leon segera bangkit dari duduknya, ia tersenyum kepada Freen yang kikuk karena merasa bersalah tanpa sadar menggangu Becky dan Leon yang sedang berbincang. Becky juga ikut bangkit dan berniat menuju kamarnya bersama Freen, tapi entah tiba-tiba ia berbalik.
"Tunggu."
Ucap Becky, membuat langkah Leon berhenti. Becky menarik nafas dalam-dalam, memegang dadanya sendiri. Freen hanya mengernyit keheranan karena tidak tau apa-apa, bahakn ia hanya terdiam. Leon membalikkan tubuhnya dengan satu alis yang terangkat, ia menunggu Becky melanjutkan perkataannya. Hati Becky terasa tidak mengenakan, sudah lama ia ingin menanyakannya kepada Leon.
"Apakah Zevallia benar-benar terbunuh karena penyakit?"
Tanya Becky. Seketika Leon terkejut, ekspresi wajahnya terlihat jelas tidak dapat di sembunyikan. Tentu, Leon sangat tidak menduga bahwa Becky akan menyebut nama itu. Sebuah nama yang sudah lama tidak terdengar di telinganya, kini di lontarkan dengan sangat jelas oleh putrinya sendiri. Tapi setelah itu Leon hanya tersenyum kecil sambil menggelengkan kepalanya dengan pelan sebagai jawaban untuk Becky kemudian kakinya kembali melangkah keluar, tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
"Siapa?"
"Bukan siapa-siapa."
Balas Becky sambil menggenggam tangan Freen menuju kamar. Hatinya merasa lega sudah bertanya, hanya gelengan kepala dari Leon tentu Becky sudah tau jawabannya. Kalau tidak salah, hal itu terjadi sudah lama sekali. Dimana dengan kedua matanya sendiri, Becky menyaksikan secara langsung ibu nya yang tewas di depan matanya sendiri. Zevallia terbaring tergeletak di lantai rumah ayah nya, disaat Leon dan Becky baru saja masuk.
Leon sudah berbohong kepadanya bahwa ibunya tewas karena penyakit, padahal dengan jelas Becky melihat sebutir peluru di salah satu bagian tubuh ibunya. Tapi karena saat itu dirinya masih sangat kecil, sehingga tidak mengerti dengan apa yang terjadi jadi Becky hanya bisa percaya dengan perkataan Leon. Entah apa yang tiba-tiba membuat Becky teringat dengan kejadian itu, padahal ia sudah menanamkan perkataan Leon bahwa ibu meninggal karena penyakit.
Satu hal yang ada di benak Becky saat ini Ibu bukan meninggal karena penyakit tapi terbunuh.
Tapi itu adalah kejadian yang sudah lama, jadi Becky tidak terlalu memikirkannya. Dirinya akan terus melangkah memikirkan kedepannya dibandingkan memikirkan masa lalu yang sudah tidak bisa di ubah. Pikiran Becky benar-benar bercampur aduk, seolah ada puzzle di pikirannya yang kosong. Ia harus memikirkan keselamatan Freen, lebih tepatnya Becky harus selalu dekat bersama dengan Freen tanpa menoleh sedikitpun.
"Freen, pernikahan kita akan di tunda."
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
MONSTER [COMPLETED]
Random⚠️DILARANG KERAS PLAGIAT, REPOST, REMAKE ATAU JIPLAK DALAM BENTUK APAPUN. She's a crazy girl || BECKFREEN. Original story by Exterly!