[UNEDITED]
hari itu, malam terasa sangat sepi. para penghuni stasiun tengah terlelap dengan nyenyak. tidak ada satupun yang terbangun untuk berjaga. dan dengan langkah yang perlahan juga tak kasat mata, ia melangkah menuju tenda dimana donghoon berada.ia masuk ke dalam tenda tersebut. dimana seorang pemuda tengah sibuk mengetik sesuatu di komputernya. sebuah tangan yang terselimuti oleh sarung tangan hitam tak berjari pun mulai terulur ke arah leher sang pemuda.
dengan cekatan, ia mulai membekap pemuda itu. mencegahnya untuk berteriak. pria kim itu mengeluarkan cairan dari sakunya. sang pemuda menatapnya dengan ketakutan sebelum memaksa donghoon yang masih memberontak untuk meminum cairan tersebut.
itu tak lama sebelum ia berhenti memberontak dan tersadar. dengan cepat, ia bangkit dari duduknya dan menghadap ke arah dokja yang berada di belakangnya. wajahnya penuh dengan rasa takut. ia bahkan sampai menggertakkan giginya.
"tenang saja," mulai dokja sembari mengambil langkah mundur dan mengangkat kedua tangannya di udara, "aku kemari bukan untuk merebut bendera."
mendengar itu, donghoon terdiam untuk sesaat sebelum memeluk erat bendera yang berada di genggamannya. sekujur tubuhnya bergetar karena ketakutan. ia sama sekali tidak tau apa tujuan dokja yang sebenarnya.
sebelum dokja dapat membuka suara kembali, sosok yang baru pun muncul tepat dari balik bahu dokja. sepasang mata amethyst gelap yang berhasil menarik perhatiannya sejak pertama kali donghoon melihatnya.
"hey~, kurasa kami tidak perlu menjelaskannya lagi karena kamu pintar, bukan? kalau kami berniat untuk melukaimu, kamu pasti tau kan kalau pria satu ini tidak akan membiarkanmu sadar dari hipnotis itu." ucap ahnra.
pemuda itu hanya terdiam. melihat bagaimana jarak antara dirinya dengan dokja kini mulai mengecil. dan itu sebelum akhirnya dokja berhenti tepat di hadapannya sembari mengukir senyuman manis di wajahnya. ia pun menunjuk dirinya sendiri.
"kami ingin berteman denganmu."
sepasang mata hitam menatap pria di hadapannya dengan rasa sedikit terkejut. ia nampak masih ketakutan dengan kehadiran secara tiba-tiba kedua orang dewasa itu di belakang dirinya. belum lagi tiba-tiba saja dokja membekap dirinya kemudian memaksanya untuk meminum cairan misterius.
dokja pun mulai menjelaskan apa yang ia rencanakan. ahnra sendiri hanya menjadikan bahu dokja sebagai penompa dagunya. kedua matanya menatap pemuda yang masih memeluk bendera dengan erat. entah kenapa pemuda itu tampak sangat menggemaskan di benaknya.
dan melihat reaksi pemuda tersebut, ahnra pun mengukir senyuman manis. berusaha membuat pemuda itu setidaknya merasa aman bersama mereka untuk saat ini. itu tak lama sebelum donghoon mengaktifkan skillnya untuk dokja.
KAMU SEDANG MEMBACA
řētröuvâillęs
Fanfiction[Written in Bahasa] x «ORV FanFict» "siapa sangka bukan? kita akan bertemu dalam keadaan seperti ini, dan siapa sangka juga, kita akan saling merangkul takdir, satu sama lain." anggap saja pertemuan mereka adalah alur takdir yang tidak pernah ada ya...