Absquatulate 08

10.9K 512 4
                                    

Evelyn menjemput putranya siang ini. Dia melihat Noe yang senyam-senyum sembari memakan roti yang dia berikan barusan.

“Kamu terlihat bahagia. Ada apa, sayang?” tanya Evelyn. Dia mulai melajukan mobil dengan kecepatan sedang.

“Tidak. Noe hanya merasa senang saja.” jawab Noe tersenyum manis.

“Mm? Tidak ingin berbagi kesenangan, ya?” Evelyn menoleh lalu tersenyum gemas.

“Mommy, ini roti baru, kan? Rasanya enak,” ujar Noe sambil mengunyah. Dia terlalu fokus dengan makanannya.

Evelyn mengangguk. “Mommy mencoba resep baru. Karena rasanya lumayan, jadi mommy ingin menjualnya. Kamu suka?”

“Suka! Semangat, mommy ku!” Noe berucap dengan semangat. Dia kemudian menoleh.“Mom, besok Noe mau main bola.”

“Eh? Jam berapa, sayang?”

“Jam sepuluh. Kelas Noe lawan kelas lain untuk hari anak,” jawab Noe dengan mulut yang penuh makanan. Pipi gembul itu terlihat sangat menggemaskan.

“Mommy datang, kan?”

Evelyn berpikir sejenak. “Terlambat sedikit, boleh? Mommy ada pekerjaan, Nono sayang,” kata Evelyn merasa tidak enak hati.

Noe mengangguk. “Iya, mom. Mommy tidak usah repot-repot. Jika tidak bisa datang, tidak masalah.” ucapnya dengan lembut.

Evelyn menoleh. “Geser dikit, mommy mau cium.” Dia gemas pada putranya yang penuh perhatian itu.

Noe pun mendekatkan diri dan mencium pipi mommynya. “Noe sayang mommy.”

--o0o--

Pagi ini cuaca begitu cerah.

Noe duduk seorang diri seraya menatap teman-temannya yang disemangati oleh orangtuanya. Orang-orang itu nampak sibuk memberi saran pada anak mereka yang hendak bertanding.

“Noe!” Seseorang memanggilnya.

Noe berbalik dan langsung memeluk pria tersebut. “Daddy datang untuk Noe, ya?” tanyanya bersemangat.

Alvin mengangguk. Dia berjongkok dan mengelus kepala Noe. “Lakukan yang terbaik,” ujar Alvin.

“Oke, dad. Daddy harus tahu kalau Noe itu jago olahraga dan matematika,” ucap Noe semangat.

Beberapa ibu-ibu melihat mereka. Mereka sedikit terkejut dengan kedekatan pria itu dan anak Evelyn. Mereka belum pernah melihat daddy-nya Noe sebelumnya.

Pertandingan pun dimulai.

Alvin duduk dengan santai sembari memperhatikan pertandingan itu. Dia mengawasi Noe yang berbakat dalam bermain bola tersebut. Pertandingan bola anak usia lima tahun tentunya tidak berjalan seperti pertandingan bola orang dewasa. Anak-anak itu lebih sering tertawa, terjatuh, marah, dan berteriak, bahkan ada juga yang menangis.

Tim Noe mencetak gol. Anak itu mengoper pada temannya, dan teman Noe menendang ke gawang.

Alvin mengangguk singkat, wajahnya datar.

“Pak, ada rapat tiga puluh menit lagi,” ucap Joe menghampiri bosnya.

“Aku mengikuti saranmu untuk mendekati anak itu agar bisa mendapatkan Evelyn kembali. Jadi kenapa kamu mengganggu ku?”

Joe menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. “Baiklah, sampai pertandingan ini selesai saja, pak. Lagipula anda harus menghindari bu Evelyn sementara ini.”

Alvin berdehem singkat menanggapinya.

Dia langsung berdiri dan menepuk tangannya saat Noe mencetak gol. “Bagus, Noe! Teruskan!”

Pertandingan itu pun selesai. Tim Noe menang lagi kali ini.

Noe berlari menghampiri Alvin dan memeluknya. Pria yang dia peluk itu membalasnya dan tidak terlalu menghiraukan keringat itu.

“Kamu sangat hebat, Noe! Kamu mau apa? Biar daddy belikan," ucap Alvin.

“Noe memang hebat,” ujar Noe sombong. “Tapi Noe tidak mau apa-apa. Noe lapar dan mau masakan mommy.”

“Baiklah, katakan jika kamu menginginkan sesuatu. Daddy punya uang yang sangat banyak. Tapi ....” Alvin menatap Noe dengan serius.

“Ya, dad?”

“Daddy rindu masakan mommy mu juga. Kami tidak saling bicara, jadi aku tidak bisa memakannya setelah enam tahun ini.”

“Daddy pernah makan masakan mommy ya?” tanya Noe.

Alvin mengangguk. “Tentu saja, Evelyn selalu memasak untukku. Tapi itu dulu.”

“Kalau begitu, besok Noe bawa bekal. Daddy sibuk?” tanya Noe.

“Sebenarnya aku ada pekerjaan, tapi aku begitu merindukan masakan Evelyn. Aku akan menjumpai mu untuk itu. Minta Evelyn membuat makanan yang banyak, oke?”

Noe mengangguk patuh.

“Daddy?”

Alvin menoleh saat anak itu memanggilnya dengan lembut.

“Kenapa kalian tidak bertemu saja? Daddy bilang kalian saling mencintai, kan? Jadi kenapa berpisah selama berapa tadi?... Enam tahun, artinya Noe belum lahir, kan?”

Alvin mengangguk. “Evelyn melakukan kesalahan, tapi akan ku maafkan jika dia menerima ku kembali,” jawab Alvin dingin.

Akhirnya Alvin pamit dan pergi. Dia meninggalkan Noe di sana.

ABSQUATULATE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang