Absquatulate 60

1.2K 82 7
                                    

"Gotcha!"

Atensi ke tiga pria itu beralih pada Steve.

"Ada apa? Kamu menemukan informasi?" tanya Alvin buru-buru.

Steve menoleh sedikit ke belakang lalu tersenyum. "Arlo lebih dulu mengenal Evelyn. Kamu, yeah, yang kedua." ujarnya. Mendengar itu Alvin langsung sigap menarik kerah baju pria itu.

"Jelaskan, sialan!"

"Santai, santai." Steve terkekeh. Dia menunjukkan data di tabletnya. Arlo pernah satu sekolah dengan Evelyn selama satu tahun lebih lalu pindah lagi. Setelah beberapa bulan kembali ke kota asalnya, Arlo mengalami kecelakaan dan nyaris kehilangan nyawanya.

Daffa mengerutkan kening saat ikut membaca itu. "Mereka mungkin terikat sebuah janji sampai-sampai si brengsek itu terobsesi pada Elyn." Dia bergumam pelan.

Steve tersenyum dan mengangguk. "Yah, itu yang sedang kupikirkan. Atau mungkin saja Drian Louisse dan kakek Elyn dulunya terlibat sesuatu."

"Jadi apa kesimpulan mu?"

"Aku bisa menjamin Arlo tidak akan berani menyakiti Evelyn, tapi kita haru cepat sebelum sesuatu yang buruk terjadi karena dia memang gila," ujar Steve.

Mereka pun melaju cepat dan segera mengabari polisi untuk ikut serta.


--o0o--


"Orang gila!"

"Gemuk! Dasar babi!"

"Hahaha, ambil kacamatanya!"

Sekolompok anak laki-laki mengerumuni seorang anak. Sedari tadi dia menangis karena diganggu. Dia benar-benar tidak suka kota baru ini, tapi dia tidak mau jauh dari ibunya setelah perceraian orangtuanya.

Lagi-lagi dia menangis, tidak berani memberontak saat salah satu dari pelaku buli itu merusak kacamatanya. Belum genap satu minggu di sana, semua anak-anak selalu mengganggunya.

"Berhenti!" Seorang anak perempuan bergigi ompong dengan kunciran rambutnya yang ketat dan pita panjang merah tua berdiri tidak jauh dari mereka. Di berkecak pinggang dan menatap nyalang anak-anak laki-laki itu.

"Kenapa kami harus berhenti? Ini menyenangkan? Si gendut ini sangat lemah dan mudah menangis." ucap salah satunya.

"Kenapa kalian menganggu anak baru itu, hah? Lewati aku dulu kalau berani!" kata anak bernama Evelyn itu.

Anak-anak itu tertawa lalu berbaris menatap Evelyn. "Kalau tidak?"

Evelyn kecil tersenyum lebar. "Kakek ku sudah keluar dari rumah besi bajak laut." ujarnya dengan sombong, beralih melipat tangan di depan dada dengan percaya diri.

Mendadak kelima anak itu terdiam. Kakek Evelyn pernah terlibat kasus pembunuhan dan baru saja dipenjara, lantas bagaimana caranya keluar dengan hanya dipenjara selama enam bulan saja? Itu isu-isu yang dikabarkan.

"Kakek bajak laut su-sudah pulang?" tanya salahsatunya dengan gugup.

Evelyn bukanlah anak yang suka mengadu tetapi semua orang takut pada kakeknya. Pria tua itu merawat Evelyn karena orangtuanya selalu sibuk bekerja dan semua orang tahu kakek Evelyn pernah terlibat beberapa kasus kriminal dulu. Banyak orangtua yang menyuruh anaknya menjauhi Evelyn, namun tidak sedikit pula yang menyukai Evelyn lantaran anak itu begitu lucu dan baik, mirip seperti orangtuanya.

"Jangan ganggu dia atau aku akan melaporkan kalian pada kakek!"

"Baik!"

"Kami tidak akan mengganggunya lagi."

ABSQUATULATE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang