Absquatulate 16

8K 338 0
                                    

Alvin menghampiri Noe yang duduk seorang diri sambil menunggu jemputannya. “Hai Noe, masih belum dijemput?”

Noe menoleh dan tersenyum. “Belum, dad. Sepertinya mommy sibuk dan kak Mina yang akan menjemput ku hari ini.” jawab anak itu.

“Tapi daddy kok di sini? Bolos kerja, ya?” kata Noe.

Alvin menggeleng dan tersenyum. “Ini jam istirahat, jadi daddy bisa keluar kantor. Kita makan siang dulu, mau?”

Noe mengangguk dan tersenyum.

“Tapi kita harus izin pada mommy mu dulu. Sebentar,” kata Alvin seraya menyalakan ponselnya.

Mine♡
Lyn, aku dan Noe akan makan siang di restoran Green Day. Kamu bisa ikut juga jika tidak sedang sibuk. Aku akan mengantarnya pulang.
_______

“Oke, daddy sudah izin sama mommy Lyn. Sekarang kita langsung makan. Kamu pasti lapar, kan?”

Noe mengangguk. Dia langsung berdiri menerima uluran tangan pria itu.

Mereka pun tiba di sebuah restoran tema hijau itu. Bangunan besar dengan banyak tumbuhan dan hiasan bernuansa hijau yang menenangkan.

Alvin membawa Noe duduk dan langsung membuka buku menu yang baru diantarkan pelayan. “Mau makan apa, Noe?”

Noe bergeser untuk melihat gambar-gambar itu. “Omelette, dad. Minumnya matcha ice." jawabnya.

Alvin menatap anak itu dengan serius. “Kamu suka matcha, Noe?”

Noe mengangguk.

“Selera kita sama. Dulu daddy sering sekali makan eskrim matcha, sementara Evelyn selalu dengan coklatnya. Kadang dia mengejek sambil mengatakan matcha itu rasa rumput.” kekeh Alvin teringat masa lalunya.

Noe semakin berbinar. “Kita punya banyak kesamaan, dad. Noe dan mommy juga sering memakan es krim sambil melihat mobil-mobil lewat. Ayo lakukan itu saat kalian sudah berbaikan," kata Noe bersemangat.

Alvin mengangguk.

Dia pun menyerahkan pesanan mereka sembari kembali mengobrol dengan anak itu.

Setelah menunggu beberapa saat, pesanan mereka pun datang.

Kedua laki-laki itu mulai sibuk dengan makan siangnya sambil bercanda ria. Dan hal ini benar-benar tak luput dari pengawasan Evelyn.

Evelyn meraih ponselnya yang bergetar karena notifikasi pesan.

Unknown
Lyn, aku dan Noe akan makan siang di restoran Green Day. Kamu bisa ikut juga jika tidak sedang sibuk. Aku akan mengantarnya pulang.
__________

Jantung Evelyn berdetak cepat saat mendapatkan pesan itu. Dia yakin pengirimannya adalah Alvin, lantaran hanya pria itu yang memanggilnya Lyn. Dulu mantan kekasihnya itu pernah memarahi orang-orang yang ingin memanggilnya Lyn juga, karena merasa bahwa dirinya hanya milik Alvin seorang dan hanya dia yang pantas.

Evelyn langsung melepaskan sarung tangannya. Dia meraih kunci mobilnya dan langsung membelah jalanan untuk menjaga putranya dari pria itu. Pria gila dengan semua keegoisannya.

Kembali lagi pada Evelyn yang mengawasi putranya yang nampak bahagia itu. Meski anaknya ceria, Evelyn tidak pernah melihat tawa dan tatapan secerah itu dari Noe. Dia pun memang egois. Evelyn tidak sadar jika bibirnya membentuk senyuman saat itu.

Dia masih diam dan membiarkan anaknya di sana sesaat.

“Eh, bu Evelyn? Kenapa tidak bergabung saja?” kata Joe menghampiri wanita itu.

Evelyn menoleh pada sekertaris Alvin itu.

“Mommy!” Noe yang mendengar mereka langsung berteriak memanggil mommynya.

Evelyn kembali menatap mereka. Alvin terlihat tersenyum menatapnya, begitupun putranya.

“Lyn, bergabung lah. Kamu sudah makan?” kata Alvin.

“Sini, mom. Mommy temani Noe dan daddy makan,” ujar Noe bersemangat.

Evelyn menghampiri mereka. “Kita pulang, Nono. Mommy sudah menyuruh kak Mina buat jemput kamu, dia pasti khawatir sekarang.”

“Mommy kan bisa kabari kak Mina. Temani kami makan saja, mom. Atau mommy sudah makan? Makanlah bersama kami," kata Noe tidak setuju dengan mommynya.

“Lanjutkan makan mu, sayang.” ucap Evelyn dan putranya mengangguk.

Evelyn kemudian menoleh pada Alvin yang masih menatapnya. “Jangan melakukan ini lagi! Lebih baik kamu membatasi dirimu dan tidak menemui putraku lagi.”

Alvin tersenyum. “Maaf, Lyn. Kamu tahu jika aku masih berusaha untuk kembali padamu, kan? Berikan aku kesempatan, ya?”

Evelyn diam dan menatap tajam pria itu.

“Atau setidaknya jangan membatasi ku dengan Noe. Aku tidak tahu kenapa aku menyukai putramu yang menggemaskan ini.”

Evelyn masih diam. Dia menghela nafasnya, lalu menatap putranya yang sedang menyeruput minuman hijaunya.

“Dia punya banyak kemiripan dengan ku, Lyn. Sepertinya kami akan akur jika kita menikah nanti," ujar Alvin pada wanita itu. Dia menyeruput minuman hijaunya juga.

"Alvino Brian Wirahardja, kita tidak akan menikah. Tidak akan pernah!” ucap Evelyn tegas. Dia tidak mengerti kenapa pria itu meninggalkannya dan sekarang kembali mengejarnya. Apa yang sebenarnya pria itu mau dari dirinya?

“Kita akan menikah. Aku mencintaimu dan menginginkan mu. Aku akan menjadi pria mu satu-satunya karena memang itulah kebenarannya. Aku minta maaf untuk semua dosaku padamu, setidaknya berikan aku kesempatan, Lyn.”

Evelyn menggeleng.

Noe menarik pelan lengan wanita itu. “Mommy bilang, Noe harus memaafkan teman yang salah. Mommy harus memaafkan daddy juga. Mommy harus akur sama daddy Alvin, daripada menunggu daddy Noe yang jahat itu. Noe maunya sama daddy Alvin saja, mom."

Evelyn menatap putranya yang memohon dengan mata berkaca-kaca itu, lalu menoleh pada Alvin yang tersenyum manis.

“Berikan aku kesempatan, Lyn. Kumohon," kata Alvin.

Evelyn memutar bola matanya malas. “Cepatlah, Noe. Mommy harus menyelesaikan pekerjaan mommy.”

ABSQUATULATE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang