Absquatulate 23

7.6K 336 1
                                    

“Mm, daddy? Siapa mereka?” tanya Noe membuat mereka semua menutup mulutnya. Semua benar-benar terkejut, terkecuali Arlo yang bersandar di mobil sambil memerhatikan Evelyn yang sepertinya tidak nyaman di sana.

Alvin membenarkan rambut Noe dan tersenyum. “Teman-teman daddy, sapalah mereka.”

“Halo om dan tante. Aku Noe,” kata anak itu seraya menguap. Dia kembali memeluk Alvin dan memejamkan matanya untuk membayar kantuknya.

“Jangan ribut, anak ku bisa terbangun.” kata Alvin saat teman-temannya ingin menyerangnya dengan semua pertanyaan itu.

Lalu mereka menoleh pada Evelyn.
Evelyn membuang pandang dan menatap Alvin meminta agar mereka segera pergi dari sana dengan tatapannya saja.

“Kami pulang dulu. Istri dan putraku harus istirahat. Sampai jumpa,” katanya. Alvin membuka pintu depan, Evelyn pun masuk. Alvin memindahkan pelan tubuh Noe ke pangkuan Evelyn dan kembali menutup pintu.

Dia menoleh pada teman-temannya yang masih melongo seraya mengangkat tangannya memberi kode ingin pergi. Dia kemudian tersenyum saat Jordan mengangkat bahunya. Dia pun pergi bersama ibu dan anak itu.

Sementara orang-orang yang ditinggalkan langsung ribut membahasnya.

“Apa kalian memikirkan apa yang ku pikirkan?” kata Natalia.

“Anak itu mirip sekali dengan Alvin. Apa anak itu putranya?” Jean menggeleng dengan mata yang melotot.
Jean kembali mengusap rambut ikalnya. “Siapa yang dia hamili?”

Jordan tertawa kecil. “Jelas-jelas wanita itu di depan kita. Kamu masih bertanya?” katanya.

Zea mulai dari tadi mengepalkan tangannya karena tidak terima. Dia sudah melakukan apapun untuk mendapatkan Alvin, ternyata semua benar-benar berjalan tidak sesuai dengan keinginannya. Arlo mengawasi tingkahnya dan mengerutkan keningnya.

“Tapi jika itu benar, berarti benih Alvin benar-benar keren!” kata Jordan tertawa kecil.

Mereka kembali menatap pria itu dengan serius.

Lidya mendesis. “Jika itu benar, maka Alvin menghamili Evelyn dan meninggalkannya?”

Mereka semua menoleh pada Lidya yang nampak sedih dan merasa bersalah. “Evelyn melewati semuanya sendirian, kita yang membuat Alvin semakin marah dengan memojokkan Evelyn saat itu.”

Mereka terdiam mulai di serang rasa bersalah. Jika mereka tidak mengotot  Evelyn berselingkuh, mungkin Alvin tidak akan menyentuhnya dengan beringas. Wanita lemah lembut itu pasti melewati hari yang sulit.

“Aku pernah bertemu dengan Evelyn sebelumnya, anak itu putranya dengan pria lain. Dia dan ayah anak itu terlibat masalah yang serius makanya tidak bersama,” ujar Arlo.

Mereka menatap Arlo yang sedari tadi seperti patung. “Tidak mungkin! Wajah anak itu sangat mirip dengan Alvin!”

Arlo mengangguk-angguk. “Kalian bisa tanyakan pada Evelyn untuk kebenarannya, karena itu yang dia katakan padaku. Lagipula kalian terlalu kejam untuk membahas kehidupan Evelyn, kalian yang membuatnya harus menerima semua itu. Regan menjelaskan jika dia sedang mabuk saat Alvin sudah pergi dan kalian diam saja. Seseorang pasti memang ingin merusak hubungan Evelyn dan Alvin ” Dia menoleh pada Zea yang membuang pandang.

Regan adalah salah satu anggota klub seni yang diketuai oleh Arlo sendiri, dia tahu sikap anggotanya yang memang buaya itu. Namun siapa yang akan berani menyentuh kekasih Alvin?

Mereka terdiam memikirkan perkataan Arlo. “Aku yakin dia adalah anak Alvin,” ucap Jordan. Natalia yang takut-takut dengan karma mulai mengangguk pelan. “Aku juga yakin. Bagaimana cara menghapus dosa kita padanya?”

Jean berpikir sejenak. “Mungkin dengan membantu Alvin mendapatkan Evelyn kembali? Bukankah kemarin Alvin mengatakan jika mereka belum berbaikan?”

“Mereka sudah berbaikan. Tidak mungkin mereka makan malam bersama begitu, kan?” Natalia menggeleng.

“Jadi bagaimana, dong?”

“Jangan paksakan kehendak kalian. Kalian lihat bagaimana Evelyn tidak nyaman karena kehadiran kita? Kemungkinan besar dia juga terpaksa makan malam bersama Alvin. Ayolah, siapa wanita yang akan memaafkan pria yang menyakitinya tanpa adanya sedikit penolakan sampai pria itu benar-benar menunjukkan penyesalan?” ujar Arlo.

Mereka menoleh pada pria dingin yang benar-benar banyak bicara itu.

“Mungkin mereka tidak sengaja bertemu di sini, dan akhirnya makan malam bersama.” ujar Lydia.

Mereka pun mengangguk.

“Kita sarankan saja untuk tes DNA secepatnya, jujur aku takut jika karma ku ke pernikahan ku kelak. Aku takut jika harus membesarkan anakku seorang diri,” lanjut Lydia. Wanita ini memang overthinker.

“Untuk? Membuat Alvin semakin membenci Evelyn jika hasilnya tidak sesuai dengan yang kita harapkan?” kata Arlo tersenyum tipis.

Mereka menoleh pada pria itu. “Kenapa kamu berpikir begitu?”

“Dan memaksa Evelyn masuk kembali ke dalam kehidupan Alvin yang sudah merusaknya jika hasilnya mengatakan anak itu anak kandungnya?” kata Arlo sambil menggeleng.

“Jujur saja aku muak dengan keegoisan Alvin. Aku pulang dulu, sampai jumpa!” Arlo pun langsung masuk ke mobilnya dan pergi.

Mereka semua kembali menimbang-nimbang perkataan Arlo. Apakah sebaiknya mereka diam saja? Jika dilihat pun Evelyn sebenarnya tidak nyaman sejak tadi. Apa karena mereka atau karena Alvin sendiri?

“Kalian tahu? Jika anak itu adalah anak Alvin, berarti kita memang bersalah. Jika anak itu bukan anak Alvin, maka kita harus menolong Evelyn dari keegoisan Alvin, kan? Aku tidak ingin anak itu hanya dijadikan alat agar bisa memenuhi obsesi Alvin pada Evelyn.” kata Jean.

Tiba-tiba mereka bergidik ngeri mengingat Alvin yang memukuli seorang pria yang tidak sengaja terdorong dan memeluk Evelyn. Bukankah itu berlebihan? Namun pria mana yang tidak sakit melihat kekasihnya berdekatan dengan pria lain?

Natalia tertawa. “Kamu ingin merebut Elyn, ya?” duganya.

Jean terkekeh. “Menyenangkan sekali mengganggu pria pecemburu itu.”

“Lagipula itu bukan obsesi, ayolah! Alvin hanya pecemburu. Buktinya cintanya bertahan sampai saat ini, bahkan saat Evelyn sudah mempunyai anak. Alvin mungkin menyadari jika Evelyn lah jodohnya.”

Zea yang selalu diam mulai muak dan langsung pergi tanpa mengatakan apapun.

ABSQUATULATE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang