Absquatulate 27

7K 299 4
                                    

Wanita dengan rambut panjang hitam itu menggeleng berulangkali. Dia memaksa dirinya mengingat semua kebenciannya agar rasa itu tetap terkubur.

“Aku tidak bisa! Bodoh sekali!” Dia langsung mengusap wajahnya.  Mati-matian dia menyembunyikannya, dan pria itu kembali mengobrak-abrik perasaannya yang sebenarnya nyaris hilang saat pria itu pergi. Apa dia memang gagal move on?

Jantungnya kembali berdegup saat mendengar suara pria itu sedang mengetuk pintunya.

“Ada apa?!” Evelyn membuka pintu dan menatap Alvin yang datang bersama Noe.

“Mommy kok marah-marah, sih?” kata Noe. Dia masuk dan meletakkan tasnya di sofa.

“Aku menjemput Noe dan ingin mengunjungi mu.” ujar Alvin menjawab, meski terdengar sudah terlambat untuk menjawab pertanyaan wanita itu karena mereka menatap Noe yang bergerak buru-buru.

“Mommy, Noe dan daddy sudah lapar. Mommy memasak, tidak?" kata anak itu. Dia berjalan ke meja kerja mommynya dan mengambil keripik coklat.

Alvin mengangguk membenarkan. “Mau makan di luar, atau di rumah mu? Aku dan Noe memutuskan untuk ikut memasak kali ini.” ucap Alvin.

Noe menatap mommynya yang masih kesal pada Alvin. “Mommy? Bagaimana kalau kita makan siang di luar dan makan malam di rumah? Nanti Noe dan daddy bantu mommy masak, ya?”

Wanita itu menoleh pada putranya yang menatapnya dengan tatapan memohon. Luluh lah hati wanita itu. Dia tidak tahu anaknya merencanakan hal lain, yaitu agar daddy-nya bermalam lagi bersama mereka.

“Kamu terlalu dekat dengan putra ku, Vin! Kamu akan menyesal sendiri nantinya,” kata Evelyn.

Alvin tersenyum. Mungkin wanita itu tidak tahu jika Alvin mulai mempercayai bahwa Noe adalah putra kandungnya, meski tidak melakukan tes DNA. “Aku tidak akan menyesal, sayang. Mencintaimu berarti harus mencintai Noe juga.”

Evelyn memutar bola matanya. “Noe, jangan mengemil. Kita makan dulu, ayo.” ucap Evelyn.

“Makan siangnya di luar, ya?” kata Alvin. Evelyn pun mengangguk. Dia tidak tahu ternyata Alvin dan Noe memikirkan hal yang sama.

Kini mereka berada di restoran terdekat.

  “Lyn, kudengar dari Noe kamu pernah mengajak Arlo makan di rumah mu, ya?” ujar Alvin saat mereka mulai makan.

Evelyn mengangguk singkat.

“Kenapa? Padahal aku harus memaksamu dan itupun kamu sering menolak ku.” ucap Alvin terdengar kesal tapi dia meredamnya.

Evelyn menoleh dan tertawa kecil.

“Mm? Kenapa?” ucap Alvin.

Evelyn menggeleng dan melanjutkan makannya. Alvin memang lucu jika sedang cemburu, namun jika sudah melewati batas tertentu, dia akan berubah menjadi sesuatu yang berbahaya.

“Lyn, aku cemburu.” kata Alvin terdengar manja.

“Iya, iya!” balas Evelyn terdengar malas.

Alvin pun tersenyum mendengarnya. Iya? Berarti wanita itu menerimanya cemburu kembali? Entahlah, respon Evelyn dianggap sebagai lampu hijau olehnya.

Malam pun tiba.

Noe menyambut Alvin yang datang dengan berbagai buah tangan. “Daddy kok lama, sih?” kata Noe mengerucutkan bibirnya.

“Daddy beres-beres dulu tadi.” jawab Alvin. Mereka pun masuk ke dalam, dan menemukan Evelyn yang sedang memakai celemeknya.

“Kami bantu, Lyn ” Alvin meletakkan bawaannya dan berjalan ke dapur bersama Noe.

“Memangnya kalian berdua bisa apa selain makan?” kata Evelyn ketus.

Alvin dan Noe nampak saling menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Lalu memutar pelan pergelangan tangannya seraya berpikir.

“Menguliti kentang?” kata Noe saat melihat kentang di atas meja.

“Ya sudah, pakai sarung tangan pengaman dulu. Kalian berdua duduk yang baik disini.” ujar Evelyn.

Mereka pun mengangguk. Keduanya memilih duduk di lantai karena merasa akan lebih leluasa jika begitu.

“Kamu tahu dari mana jika ini kentang, Noe?” ucap Alvin bingung.

Evelyn yang sedang sibuk menahan tawanya setelah mendengarnya. Pria itu memang bodoh dengan urusan dapur.

“Tidak tahu, sebenarnya Noe asal ngomong saja, dad. Tapi sepertinya ini memang kentang, deh. Noe pernah lihat di buku,” kata anak itu.

Mereka pun mulai mengupasnya dengan alat penguliti khusus itu, namun nampaknya kedua lelaki itu tidak mengerti bagaimana cara memakainya.

“Ini berbahaya, biar daddy saja.” kata Alvin. Dia melepaskan sarung tangan Noe dan beralih mengambil pisau. Dia kembali duduk di lantai. Bukannya menguliti, dia malah mengiris tebal asalkan kulit benda itu habis.

“Sayang, setelah ini bagaimana lagi?” ucap Alvin seraya fokus dengan pekerjaannya.

Evelyn menoleh dan terkejut. Kemana mereka? Kenapa mejanya kosong? Lalu dia beralih ke lantai yang terhalang oleh meja dapurnya. Dia menggeleng melihat pekerjaan kedua lelaki itu, mereka tidak membantu sama sekali.

“Sayang?” Alvin menoleh pada Evelyn yang mengintip seraya menggeleng. “Apa ini benar?” tanyanya.

“Kalian berdua duduk di sana. Akan kuberikan pekerjaan yang lebih mudah.” ucap Evelyn. Dia membuka kulkas dan mencari adonan yang sempat dia buat sore tadi.

“Sudahlah, Vin. Kalian duduk dulu.” ucapnya saat Alvin kembali memunguti kentang itu.

Alvin mengangguk dan duduk di kursi bersama Noe.

“Kalian membentuk ini bulat-bulat, oke? Ini sudah malam, kalian pasti lapar. Aku saja yang mengurus makan malam, dan ini untuk cemilan.” Evelyn pun meninggalkan mereka yang bingung menatap wadah yang berisi adonan  olahan tepung dengan toping coklat itu.

“Ini apa?” bisik Alvin.

Noe menggeleng tidak tahu. Anak ini sebenarnya tidak pernah membantu mommy-nya memasak.

“Bulat-bulatnya seperti bola, lingkaran, atau tabung?” Alvin tidak mengerti. Sepertinya banyak sekali makanan buatan Evelyn yang sudah dilewatkan pria itu.

“Sayang, ini untuk kue kering atau bagaimana? Aku tidak mengerti.” ucap Alvin seraya memakai sarung tangannya.

Noe ikut memakai sarung tangannya dan mengambil adonan itu. Dia mulai membuatnya dengan menggerakkan kedua telapak tangannya. “Begini?” kata anak itu menatap daddynya.

Alvin mengangguk-angguk. “Jika ingin bentuk tabung, tinggal digeprek pelan saja.” kata Alvin. Dia melakukan hal yang sama, lalu menekannya pelan sampai datar. “Ini bukan tabung, sih.” katanya kemudian.

Evelyn terkekeh pelan menatap mereka. Dia pun memutuskan melanjutkan pekerjaannya.

ABSQUATULATE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang