Absquatulate 15

9K 384 3
                                    

Alvin dan teman-temannya berkumpul kembali karena sebuah acara. Ya, hanya hal seperti ini yang bisa menyatukan kembali orang-orang yang sibuk itu.

Alvin nampak duduk tenang sambil memainkan ponselnya, berbeda dengan yang lainnya yang mengobrol dengan seorang. Ya, meski Arlo selalu pada sikap tidak acuhnya.

“Arlo, kalau kamu kenapa?” tanya Jean.

“Apanya?” pria itu heran.

“Kapan menikahnya?”

“Oh, kapan-kapan saja. Aku belum memikirkannya,” jawab pria itu dan memainkan ponselnya.

“Kalau kamu, Daf?” tanya Natalia.

Daffa berpikir serius. “Mama belum setuju jika aku menikahi wanita yang kucintai itu. Setelah aku meyakinkan mama tentunya,” jawab Daffa.

“Memang siapa calonnya?” tanya mereka namun Daffa hanya tersenyum sambil menggeleng.

“Nah, kalau ini pasti gagal move on,” ujar Jordan pada Alvin.

Alvin menoleh dan mengangguk. “Jika kami sudah berbaikan, aku akan menikahi Evelyn.”

Semua atensi langsung tertuju padanya.

“Tapi kamu yang memutuskannya, Vin! Kamu tidak ingat jika Evelyn berselingkuh dengan pria lain?” ucap Zea.

“Sudahlah, Zea. Kenapa kamu tiba-tiba membahas itu? Bukankah pria itu sudah menjelaskan jika semuanya hanya salah paham karena dia berada dalam pengaruh alkohol?” ucap Natalia.

“Bagaiman bisa disebut salah paham saat Evelyn membiarkan pria itu menciumnya?!” Zea seperti kepanasan sendiri.

Daffa tertawa kecil lalu memainkan ponselnya.

“Aku tidak ingin membahas itu. Aku mencintai Evelyn, itulah faktanya. Kalian doakan saja agar kami bisa berdamai kembali," ujar Alvin.

“Amin. Meski dimanapun si bidadari, semoga kalian berdamai. Tapi jika tidak bisa bersatu, aku akan menampung.” ucap Jean langsung mendapatkan lemparan tissue yang dikepal.

“Kasar! Memangnya kamu tahu di mana Evelyn? Aku juga mengundangnya untuk hadir, tapi sepertinya nomorku langsung di blokir.” ucap pria itu langsung mendapatkan tawa yang mengejek dari Lydia dan Natalia.

“Kalian jangan menghubungi Evelyn! Dia akan merasa terganggu!” kesal Alvin.

--o0o--

Evelyn berjalan di antara rak yang memajang semua sayur dan buah-buahan. Dia terlihat begitu asik dengan kegiatannya.

Dia yang hendak memilih buah apel tidak sengaja menyentuh tangan seorang pria yang juga ingin mengambilnya.

“Eh?” Arlo terkejut. “Evelyn? Kita berjumpa lagi ternyata,” ucap pria itu.

Evelyn yang terkejut mengangguk sambil tersenyum.

“Kamu belanja juga, ya? Sendiri?” tanya Arlo.

“Mommy....” Noe berlari menghampiri Evelyn dan memeluk wanita itu. “Om siapa? Mau ganggu mommy ku, ya?”

Arlo mengerutkan keningnya. Lalu dia tersenyum dan menggeleng. “Anak mu, Elyn?” tanyanya.

Evelyn mengangguk. “Dia om Arlo, dia baik. Perkenalkan dirimu, sayang,” ujar Evelyn pada putranya.

“Hai om Arlo, aku Noe,” ujar anak itu akhirnya.

Arlo mengangguk dan mengelus kepala Noe. “Mau es krim?” tanyanya.

Noe nampak berpikir, dia menoleh pada mommynya yang tersenyum menandakan jika pria itu baik. Dia pun mengangguk.

Kini ketiga orang itu duduk di kursi depan supermarket dengan santai.

Arlo menatap Evelyn yang memakan eskrim coklatnya, lalu menatap Noe yang memakan es krim matcha nya.

“Kalau dilihat-lihat... Noe mirip Alvin, ya? Alvin pun suka matcha,” ujarnya.

Evelyn menghentikan makannya dan menatap pria itu, lalu beralih ke putranya yang juga menatap Arlo. “Di mananya? Noe jelas-jelas mirip dengan ku dan ayahnya,” katanya.

Arlo tersenyum dan mengangguk. “Tapi barusan Noe bilang dia tidak punya ayah, Elyn. Apa kalian bercerai? Maaf jika aku lancang,” ucap Arlo.

Evelyn menggeleng. Arlo juga nampak tidak ingin membahasnya karena tebakannya. Seseorang telah menjahati wanita itu, dan dia tidak ingin membahasnya di depan anak itu. Noe pasti terluka mendengarnya.

Pria itu tersenyum dan berkata, “kamu kecewa pada Alvin, dia memang brengsek! Tapi akhir-akhir ini dia selalu membahas mu dan membicarakan mu,” ujarnya.

“Sudahlah, Arlo. Kamu ingin mengatakan jika dia masih mencintai ku? Jika dia mencintai ku dia tidak akan melukai ku dan meninggalkan ku begitu saja.”

Arlo mengangguk berulangkali. “Jika di suruh memilih, kamu lebih memilih bertemu dengan Alvin atau aku?” tanya pria itu bergurau.

“Kamu saja, aku membenci Alvin,” jawab Evelyn tanpa berpikir. Arlo hanya tertawa kecil dibuatnya. Lalu pria itu beralih ke Noe dan mengelus kepalanya.

“Habiskan es krim kalian. Aku akan mengantarmu dan si imut ini,” ujar Arlo pada Evelyn.

“Kebetulan sekali, mobil ku sedang di bengkel. Apa boleh?” Evelyn menatap pria itu.

Arlo mengangguk. “Jangan sungkan, Elyn. Jika kamu tidak lupa, aku selalu mencuri bekal Alvin dulu karena ingin memakan makanan mu. Apa bisa aku mengantarmu dan mendapatkan makan malam?”

Evelyn tertawa kecil. “Baiklah. Diantara mereka semua, kamu memang tidak menyangkal ku saat itu. Meski...” Evelyn terdiam sejenak. “Ahk, lupakan! Aku harus melupakan semua itu.”

Arlo meraih bahu Evelyn dan menatapnya. “Sudahlah, Elyn. Lupakan itu semua, dan semangat lah. Kamu harus bertahan demi putramu dan dirimu sendiri. Ayo!”

ABSQUATULATE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang