Absquatulate 50

4.6K 190 1
                                    

Empat orang pria memasuki kediaman Arlo. Mereka kini berada di kamar pria itu, ruangan yang terpasang dengan lukisan-lukisan Evelyn diberbagai suasana sejak dia kuliah sampai saat ini. Ini membuktikan bahwa Arlo memang sudah merencanakan hal gila ini sejak lama.

Mereka mulai membongkar semua benda-benda itu dan memasukkannya ke dalam kardus besar.

Daffa, Joe, dan Steve--detektif yang dipekerjakan Alvin nampak menelan salivanya sesekali saat mendapati lukisan-lukisan Evelyn yang terlihat nyata dan begitu memikat. Fakta sebenarnya ternyata ada cctv yang terpasang di kediaman Evelyn dan Alvin sudah menggerakkan Steve mengurusnya sejak kejadian kemarin itu. Jadi lukisan-lukisan Evelyn mengenakan gaun tidur itu sedikit banyaknya membuat mereka terkagum-kagum dengan keindahannya karena terlihat begitu nyata.

“Matamu! Jangan menatap lukisan adik ku dengan begitu!” Daffa mencoba menegur Joe dan Steve meski sebenarnya dia pun tertarik.

Mereka pun menyusun semua lukisan itu. Ada banyak sekali lukisan sehingga mereka membutuhkan tiga kardus berukuran seorang pria dewasa untuk menyusunnya.

Ketiga pria itu menoleh pada Alvin yang sedari tadi diam sambil menatap buku sketsa Arlo. Di buku itu terdapat setiap detail informasi tentang Evelyn, bahkan informasi kehamilan Evelyn. Di lembar terakhir ada gambar yang membuat Alvin begitu emosi. Lukisan Evelyn tersenyum sembari mengelus perutnya yang besar dengan tulisan “Evelyn hanya bisa mengandung dan melahirkan anak dari Arlo Louisse. Alvin dan pria lainnya tidak layak.”

Mereka pun mengeluarkan ketiga kardus itu dan membakarnya sampai habis menjadi debu. Sementara rumah itu akan dibakar oleh Alvin juga. Dia membedakan semua barang yang berkaitan dengan Evelyn terlebih dahulu karena tidak mau jika api tidak melahap dengan baik dan vas-vas mahal itu tidak bisa dibakar. Jadi lukisan-lukisan itu dibakar secara terpisah.

“Evelyn Prastiwi, wanita primadona yang terjerat obsesi seorang, emm... dua orang pria gila.” ujar Daffa sembari menatap api yang besar itu.

“Dua orang?! Siapa lagi yang berani menyukai Evelyn ku, sialan?!” Alvin menatap Daffa dengan tajam.

Daffa terkekeh. “Berkacalah, Alvin! Untungnya obsesi mu masih pada kadar yang tepat. Tapi keposesifan dan kecemburuan mu tolong di perbaiki, emosimu juga pasti akan melukai Evelyn yang lembut.” ucap Daffa.

“Maaf, pak. Daffa benar, anda terlalu pemarah untuk wanita seperti Bu Evelyn.” ujar Joe.

Alvin mendengus dan menatap api yang melalap habis rumah dan lukisan-lukisan itu. Kediaman Arlo yang gila itu memang jauh dari pemukiman warga.

Setelah waktu menunjukkan pukul setengah enam pagi, Alvin memutuskan pulang terlebih dahulu. “Evelyn dan Noe pasti sudah bangun dan akan khawatir jika aku tidak di rumah sakit. Kalian urus semua ini. Aku pergi dulu.”

--o0o--

Evelyn mulai membuka matanya dan tersenyum mendapati Noe yang masih tertidur pulas. Dia mencium kening putranya dan menatap sekitar.

“Vin?”

“Alvin?”

Saat dia hendak berdiri, pintu terbuka dan Alvin masuk dengan senyuman manis.

“Selamat pagi cintaku. Tidurmu nyenyak?” Alvin menghampiri Evelyn dan mencium keningnya.

“Mm, aku merasa lebih baik. Tapi kamu dari mana pagi-pagi begini?” Evelyn menatap pria itu.

“Dari luar sebentar. Kenapa? Kamu tidak bisa jauh dari ku, ya?” Alvin tersenyum jahil.

“Iya,” jawab Evelyn. Alvin sedikit terkejut karena biasanya Evelyn akan menjawab tidak. Dia pun menyerang Evelyn dengan ciuman yang membabi buta sampai Noe terusik.

ABSQUATULATE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang