Absquatulate 47

4K 185 5
                                    

Ke esokan harinya Evelyn sibuk di toko. Dia tidak tahu kenapa tiba-tiba pesanan membludak padahal dia akan menikah dalam tiga hari lagi. Namun walaupun begitu, Evelyn harus profesional dan tetap menerima semua pesanan itu.

Dia menoleh ke jam dinding yang menunjukkan pukul dua belas siang. “Mina, tolong jemput Noe. Dia bilang ingin pulang ke rumah dulu sebelum ke rumah kakek-neneknya untuk menjemput mainan.” ujar Evelyn.

Mina mengangguk. “Baik. Kunci mobilnya mana, Bu?” katanya.

“Di meja kerjaku. Sekalian antarkan Noe ke rumah ke rumah mertua ku juga, ya. Bantu dia mengemasi mainnya juga, boleh kan?”

“Sip! Oke, Bu bos.” Mina mengangguk hormat dan setuju.

Sementara itu Noe sedang menunggu di depan sekolah. Anak itu merasa lapar jadi dia pun memilih untuk mencari jajanan. Karena sering disuguhkan makanan enak dan bergizi oleh mommy-nya, Noe tidak tertarik dengan jajanan di depan sekolahnya yang terlalu banyak micin. Dia cukup pintar dalam menyebrang, jadi anak itu berjalan ke seberang untuk mencari jajanan enak.

Noe pun belum menemukan jajanan yang menggugah seleranya sampai dia berjalan cukup jauh. Akhirnya anak itu memutuskan untuk memasuki sebuah toko es krim. Dia akhirnya memesan es krim matcha kesukaannya.

Setelah mendapatkan apa yang dia inginkan, Noe keluar seraya menikmati makanannya. Dia berjalan melewati dua blok, beruntung anak itu pintar dan hafal jalan pulang ke sekolahnya.

Saat melewati beberapa toko, seorang pria datang menghampirinya. “Om siapa?” kata anak itu karena pria itu menunduk dan menatapnya dengan tatapan tajam, pria itu mengenakan topi dan masker, membuat Noe kesulitan untuk mengenalinya.

“Seharusnya aku membunuhmu saat kamu masih di kandungan, tapi aku tidak ingin membahayakan keselamatan Evelyn. Kamu adalah pembawa sial bagiku!” pria itu mendekatkan diri pada Noe yang nampak ketakutan dengan perkataan pria itu.

“Apa maksud, om? Om mau membunuh Noe?” kata anak itu gemetar. Dia melihat sekeliling yang entah mengapa tiba-tiba sepi, untungnya ada cctv aktif yang menyorot mereka.

Pria itu semakin mendekat dan mencengkram bahu Noe sampai anak itu meringis kesakitan, bahkan es krim Noe terjatuh ke jalan.

“Lepaskan! Tolong!” anak itu berteriak ketakutan.

Pria itu dengan sigap mendorong tubuh kecil Noe ke jalanan saat lalu lintas ramai. Sebuah motor menabrak Noe sampai anak itu terkapar dengan luka berdarah di keningnya, pengendara itu panik dan langsung meninggalkan kejadian. Anak itu sempat menoleh pada pria yang sudah melepaskan maskernya sambil melambai padanya. Matanya terbelalak saat mengikuti bibir pria itu yang berkata, “matilah, Noe.”

--o0o--

Mina tiba di sekolah. Dia menghampiri satpam yang biasa berjaga di lokasi tunggu itu. “Noe-nya mana, pak?” ucapnya.

“Eh, bukannya Noe sudah dijemput, mbak? Sejak sepuluh menit yang lalu Noe sudah tidak di sini.” jawab pria itu.

“Tidak, Noe belum dijemput siapapun. Apa mungkin belum keluar dari kelas?”

“Saya melihat Noe sudah di sini sebelum saya pergi ke kamar mandi tadi, mbak. Atau mungkin dijemput tuan Alex atau daddy-nya?” ucap satpam itu.

Mina sedikit khawatir. Dia pun menelpon Evelyn untuk memastikan apakah sudah ada yang menjemput Noe atau belum.

Sementara itu Evelyn panik di seberang sana. “Tidak, Mina. Tolong periksa di sekolah dulu, aku akan menghubungi Alvin dan papa.” katanya.

Evelyn menelpon Alvin namun telepon pria itu tidak aktif. Dia jadi teringat bahwa suaminya sedang rapat untuk Mega projects saat ini. Dia pun beralih menelpon Alex.

“Pa, Noe sudah di sana?”

“Belum, nak. Ada apa? Bukannya Noe ingin menjemput mainannya dulu?”

Evelyn menangis. “Noe tidak kelihatan, pa. Bagaimana ini?” isaknya penuh khawatir.

“Apa? Tenanglah, nak Elyn. Papa dan mama akan mencari Noe, papa akan menggerakkan pengawal, sementara kamu tenanglah dulu. Papa juga akan memberitahu Alvin.”

Telepon pun selesai. Evelyn tidak bisa tenang, tubuhnya gemetar dan matanya tak kunjung berhenti meneteskan airmata.

“Maya, aku pinjam motor mu dulu. Urus toko bersama yang lain, aku harus mencari Noe.” Evelyn dengan segera pergi dari toko.

Para pekerja di toko roti itu khawatir saat mendengar perkataan Evelyn. “Apa yang terjadi dengan Noe?”

Sementara itu tubuh Evelyn gemetar dan tidak bisa fokus mengemudi. Matanya tidak bisa melihat dengan jelas lantaran airmatanya tak kunjung berhenti. Dia menepi saat ponselnya berbunyi, terdengar suara khawatir dari seberang sana.

“Bu Elyn, Noe tidak di sekolah. Cctv sekolah menunjukkan jika Noe pergi menyebrang. Kami sedang mencarinya,” kata Mina.

Evelyn semakin panik. Dia menancap gas untuk mencari Noe kesana kemari. “Sayang, kemana kamu pergi? Mommy mohon jangan hilang, nak.”  Dia menangis sepanjang jalan.

Dalam keadaan yang tidak mendukung, mental dan tubuh Evelyn semakin lemah karena kekhawatirannya. Segala pikiran buruk dia tepis jauh dan mulai memanjatkan doa akan keselamatan putranya.

Sambil mengemudi, Evelyn meraih ponselnya yang berdering.

“Sayang, bagaimana dengan Noe? Kamu tenanglah dulu, biarkan aku yang mencari Noe. Kamu di mana sekarang, hm?”

Evelyn menangis mendengar suara pria itu. “Alvin, ke mana putra kita? Ke mana anakku?”

“Kita akan menemukannya, sayang. Sekarang kamu di mana? Kita cari bersama-sama, kamu tidak boleh pergi seorang diri. Aku khawatir pada mu juga.”

Evelyn tidak menjawab dan Alvin di seberang sana semakin panik. Alvin menegang saat mendengar suara hantaman keras dari seberang. Suara klakson mobil dan motor, juga teriakan histeris terdengar jelas.

“Evelyn? Sayang? Kamu baik-baik saja, sayang?”

ABSQUATULATE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang