Absquatulate 13

9.3K 459 1
                                    

Evelyn memijat pelipisnya yang terasa pusing. Dia pun memutuskan untuk menghampiri Noe.

Dia melihat putranya yang sudah tertidur dan mengelus kepalanya. “Maaf, Noe. Mommy tidak bermaksud untuk menyakiti perasaan mu, sayang. Tapi pria yang kamu panggil sebagai daddy tadi adalah pria yang paling mommy benci dan takuti. Dia yang sudah menghancurkan kehidupan ku. Dia bukan daddy mu, Noe. Daddy mu sudah mati,” ucapnya.

Lalu dia beralih ke ponselnya yang berdering karena notifikasi pesan.

Unknown

Hay, Evelyn.
Datanglah besok ke pesta pembukaan perusahaan baru ku, semuanya akan hadir. Ini Zea.
_______________

Evelyn diam.

Wanita itu adalah sumber masalahnya dan untuk apa dia mengundangnya? Dia yang menyebabkan kehancurannya. Apa salah jika Evelyn menyalahkannya?

Evelyn hanya wanita lemah yang tidak akan bisa membela dirinya. Namun sejak kehadiran Noe dalam hidupnya, dia begitu bersemangat untuk melewati hidup yang benar-benar dipenuhi bajingan yang brengsek.

--o0o--

Di sebuah bangunan mewah, semua nampak menikmati acara. Suara musik dimainkan pelan dan mengalun lembut, seraya orang-orang di sana mulai memakan hidangan yang disediakan.

Sekolompok orang-orang dengan setelan rapi dan mewah mengelilingi meja bundar. Mereka sesekali tertawa jika membahas masa lalu mereka dan pertemanan mereka yang masih bertahan sampai saat ini.

Zea tertawa kecil saat teman-temannya kembali memujinya. Pertemanan itu sudah berdiri sejak sepuluh tahun yang lalu, mereka terdiri dari Alvin, Jean, Jordan, Daffa, Arlo, Zea, Lydia, dan Natalia.

Pria dengan rambut ikal itu menghela nafasnya disela obrolan mereka. “Rasanya kurang jika tidak ada Elyn,” ucapnya.

Semua orang langsung menoleh. Terkecuali Alvin, Daffa, dan Arlo. Arlo memang yang paling dingin diantara mereka, sementara Alvin dan Daffa terlihat tidak akur sejak tadi. Kedua pria itu tidak saling sapa, padahal mereka sudah berteman lebih lama sebelum mereka berdelapan saling kenal.

“Benar! Biasanya dia yang paling sering memasang senyuman manisnya, ahk! Dimana ya bidadari itu?” Jean menimpali. Pria dengan rambut ikal itu langsung dicubit Natalia.

“Kekasih orang, jangan di puji!” bisiknya.

“Kenapa? Alvin dan Evelyn sudah putus. Ini waktunya beraksi kembali,” ucap Jordan menimpali.

“Memangnya kalian tahu dimana Evelyn? Secara dia menghilang enam tahun yang lalu.” Lydia tersenyum tipis menatap kedua pria itu, Jordan dan Jean.

“Sudahlah teman-teman,” ujar Zea. Dia tersenyum lalu berkata, “aku sudah mengundangnya namun dia hanya membaca pesanku. Nampaknya tidak ingin atau tidak berani memunculkan diri setelah kejadian itu.”

Mereka semua terdiam lalu menoleh pada Alvin yang kini menatap mereka tanpa ekspresi. Meski mereka semua dari keluarga terpandang, Alvin jauh lebih berada dan disegani di sana.

Daffa mendesis pelan lalu menggeleng. Kemudian pria itu memainkan ponselnya.

Jean mengerutkan keningnya. “Tunggu dulu.... kamu bilang mengundang Evelyn, Zea? Kamu punya nomornya? Aku mau juga,” ucap pria itu membuat yang lain ikut-ikutan, kecuali ketiga pria tadi.

Alvin yang hanya diam mulai bersuara, “berhenti! Kalian hanya akan membuat Evelyn ku tidak nyaman. Satupun tidak boleh menghubunginya,” ucapnya datar.

Mereka semua langsung menoleh pada pria itu, lalu menoleh pada Daffa yang tiba-tiba tertawa kecil seraya menyeringai. “Lama-lama grup ini semakin busuk,” ucapnya.

“Apa maksud mu?” Jordan nampak tidak suka dengan ucapan pria itu.

Daffa mengangkat kepalanya, lalu menatap mereka satu persatu. “Kalian semua busuk!” Lalu dia menatap Alvin dengan tajam. “Kalian sepertinya tidak akan pernah merasa bersalah dan berubah.” Dia langsung melangkah pergi meninggalkan mereka.

“Bicara apa, sialan?! Kesini!” Jean langsung berdiri bersamaan dengan Alvin yang juga mengejar Daffa.

“Duduk, biarkan mereka sendiri!” ucap Arlo dingin.

Jean pun menurut.

“Evelyn sudah menghilang dan kenapa mereka masih memperebutkannya?” Lydia menggelengkan kepalanya.

“Aku yakin dia masih di kota ini, Di. Jika saja dia tidak menghilang, aku akan merebutnya dari Alvin juga,” ucap Jordan terkekeh.

“Itulah kenapa kalian selalu rusuh. Evelyn sudah menjadi kekasih Alvin dan kalian malah menggodanya.” Natalia terkekeh sambil menggeleng.

Sementara itu Alvin langsung mencegat Daffa.

“Ada apa denganmu?” tanya Daffa kesal.

“Jangan mendekati Evelyn, dia wanita ku!” Alvin memperingati dengan tegas.

Daffa tertawa. “Oh, kamu sudah menemukannya, ya? Jadi apa dia mau kembali padamu? Sudahlah, Alvin! Kamu menghancurkan harapan dan perasaannya, dan ingin kembali padanya? Evelyn sudah bahagia bersama ku dan putra kami!”

Alvin mengepalkan tangannya.

“Kenapa? Ingin memamerkan kekuasaan mu?” Pria didepannya tersenyum remeh.

“Noe bukan anakmu! Aku tahu semua tentang Evelyn, karena dia adalah kekasih ku," ucap Alvin.

“Lucu." Daffa menggeleng. “Kamu meninggalkannya, Vin. Tanya pada Evelyn seberapa kecewanya dia padamu, dan siapa ayah dari anak itu! Aku yang menemaninya selama Evelyn mengandung, melahirkan, dan membesarkan Noe. Aku adalah ayahnya, dan aku akan menjadi suaminya.

Kamu tahu ibuku tidak menyukainya karena kakek Evelyn yang tegas, kan? Itu yang membuat ku belum menikahinya meski anakku lahir darinya.”

“Jaga mulutmu, sialan!” Alvin menggeram marah. Dia menatap tajam pria didepannya.

“Kenapa? Tidak percaya? Tanya saja Evelyn, biarkan dia hidup bahagia dan bebas. Jika kamu mencintainya, kamu akan mempercayainya dan tidak merusaknya saat itu!” ucap Daffa. Dia pun langsung melenggang pergi dari hadapan pria yang membuatnya muak itu.

Daffa mencintai Evelyn. Semua orang tahu itu meski Alvin dan Evelyn sudah menjalin hubungan.

“Kamu melakukan kesalahan, Daffa! Tidak ada yang bisa memiliki Evelyn karena kami saling mencintai. Aku tahu Noe bukan anak mu!”

ABSQUATULATE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang