Absquatulate 18

7.7K 348 1
                                    

Alvin menggendong Noe dan merangkul pinggang Evelyn. Perlakuannya yang tiba-tiba itu membuat Evelyn benar-benar terkejut.

“Oh, pantas saja nama mu terdengar tidak asing, putra dari pak Alex ternyata. Saya Darel Pristellare, salah satu kolega bisnis lama pak Alex.” kata Darell.

Alvin tersenyum dan mengangguk membalasnya.

“Kalau begitu kami pulang dulu.” ujar Darell. “Pamit, nak.” Dia mengelus kepala putranya yang masih cemberut itu.

“No, aku pulang dulu. Biel pamit ya om, tante.” ucap anak itu. Mereka pun langsung pergi menuju parkiran.

Saat mereka sudah pergi, Evelyn langsung melepaskan tangan Alvin yang melingkar di pinggangnya.

Alvin menoleh dan menatap wanita itu sambil tersenyum. “Lyn, aku rindu masakan mu. Apa aku bisa makan malam bersama mu dan Noe?” ujar Alvin.

“Eh, daddy mau makan sama kami? Kebetulan kami juga mau pulang. Ayo kita ke rumah,” kata Noe bersemangat. Dia melingkarkan tangannya di leher pria itu.

“Tidak, Noe.” Evelyn menatap putranya yang bergelayut manja di pangkuan pria itu.

Noe menggeleng. “Noe masih rindu daddy! Noe mau sama daddy! Noe mau sama daddy Alvin, mom. Boleh, ya? Boleh!” Anak itu menggeleng berulangkali saat Evelyn mencoba meraihnya.

Evelyn menatap tajam Alvin yang tersenyum manis padanya. Dia tidak tahu apa yang dilewatkannya sampai putranya begitu menempel dengan pria yang tidak dia suka itu.

“Mom, please! Kali ini, Noe mohon. Mommy pernah bertanya hadiah nilai matematika Noe, kan? Noe mau ajak daddy ke rumah dan makan malam sama daddy.” Noe menyatukan kedua tangannya dan menatap mommy-nya penuh harap.

“Jangan memaksa mommy, sayang. Kapan-kapan daddy akan mengajak kalian makan malam bersama, deh. Kalau mommy mu setuju, sih.” kata Alvin. Dia menurunkan Noe dari pangkuannya, namun anak itu langsung memeluk kakinya.

Evelyn menatap putranya yang cemberut itu. Entah mengapa hatinya selalu sakit jika anak itu memohon padanya. Kenapa putranya harus terluka lantaran semua itu adalah kesalahannya dan ayah kandung anak itu?

Wanita itu menghela nafas berat lalu kembali masuk ke dalam toko. Kedua lelaki yang dia tinggalkan itu saling melihat.

Beberapa saat kemudian Evelyn kembali dengan tasnya dan tas sekolah putranya. Dia menatap kedua orang di depannya yang menatapnya juga. “Hanya kali ini!" ucapnya membuat senyuman merekah di wajah keduanya.

Noe langsung meloncat kegirangan dan memeluk Alvin. “Let's go, dad!”

Mereka pun berjalan menuju parkiran.

“Lyn, naik mobil ku saja. Biarkan Joe yang membawa mobil mu. Aku yang akan menyetir,” ucap Alvin.

Evelyn menatapnya tak suka. Namun akhirnya dia setuju. Evelyn langsung membuka pintu belakang mobil pria itu dan duduk di sana.

“Kenapa tidak di depan, Lyn? Aku ingin dekat dengan mu dan Noe,” ujar Alvin.

Evelyn tidak menjawab. Alvin pun tidak mempermasalahkannya saat ini. Setidaknya dia bisa satu mobil bersama Evelyn setelah sekian lama.

Mereka pun berangkat. Noe yang duduk di samping Alvin tersenyum lebar. “Daddy dan mommy, aku menyayangi kalian.” ucap Noe pelan.

Evelyn dan Alvin yang mendengarnya menatap anak itu. Evelyn lantas membuang pandangannya menutupi segala kesedihannya. Jangan sampai ada yang melihat sisi rapuhnya itu.

“Daddy juga sayang sama Noe dan mommy.” ucap Alvin lembut. Tangan kirinya dia gunakan untuk mengelus kepala anak itu.

Mobil mereka berhenti di lampu merah. Alvin berbalik untuk menatap Evelyn yang masih cuek padanya. “Lyn, kita ke restoran atau ke rumah mu?” tanyanya.

“Ke rumah saja, dad. Masakan mommy lebih enak dari koki-koki itu.” kata Noe.

Evelyn yang sedari tadi membuang muka menatap keduanya. “Ke rumah.” ucapnya dingin.

Alvin tersenyum. “Terimakasih, Lyn.” Dia pun kembali melajukan mobilnya saat lampu jalan sudah berganti menjadi hijau.

--o0o--

Evelyn menata makanan yang dia masak. Dia meletakkannya di meja makan dan kembali ke dapur untuk mengambil beberapa makanan penutup.

Setibanya di meja makan, dia melihat Noe dan Alvin yang tersenyum kepadanya.

“Terimakasih, mom.” kata Noe.

Evelyn mengangguk dan menghampiri mereka. “Makan lah," ucapnya pada mereka.

Wanita itu mengamati kedua lelaki di hadapannya. Mereka sama-sama menyisihkan kacang polong dan brokoli dari makanannya lalu meletakkannya di ujung piring, menukar sendok garpunya ke tangan kiri dan akhirnya memakan makanan itu.

“Mmm.....” Keduanya saling menatap setelah memakan suapan pertama dan  melihat piring masing-masing.

“Wah, daddy tidak boleh menyisihkan sayur!” kata Noe memperingati.

“Kamu juga sama, anak kecil.” balas Alvin. Mereka pun tertawa kecil lalu menoleh pada Evelyn yang hanya diam dan menatap mereka.

“Kamu tidak makan, Lyn?" tanya Alvin dan wanita itu hanya menggeleng pelan.

Alvin dan Noe saling menatap saat mereka memindahkan potongan daging ikan ke piring kosong di depan wanita itu secara bersamaan.

“Makanlah, Lyn.” ucap Alvin. Wanita itu dengan terpaksa memakan makanannya.

Sementara Alvin kembali menatap Noe. Mengawasi piring anak itu yang tata letaknya sama persis dengannya. Lalu menatapnya yang masih makan dengan serius. Hidung, bibir, bentuk wajah, bahkan rambut. Dia mirip dengan ku.

“Alvin, sebenarnya apa mau mu?” ucap Evelyn datar.

Alvin berlatih menatap wanita itu. “Kamu.” jawabnya.

Evelyn menghela nafas. “Jangan bercanda! Aku sudah mempunyai anak dan tidak mencintai mu!”

“Aku tidak peduli. Aku masih mencintaimu, dan aku menyayangi putra mu juga. Aku akan menikahimu apapun yang terjadi.”

ABSQUATULATE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang