Absquatulate 58

2.1K 151 4
                                    

Keesokan harinya, Evelyn berjalan-jalan di sekitar taman rumahnya bersama pengawal yang berjaga, ibu mertua dan putranya. Hanya tinggal beberapa hari lagi menjelang persalinannya, dia ingin tetap aktif bergerak.

"Kenapa Alvin lama sekali? Dia kan sudah berjanji membawa ku ke toko." gumam Evelyn.

Raya tersenyum menatap menantunya. "Seharusnya siang tadi rapatnya sudah selesai. Mungkin saja ada pekerjaan mendadak, Elyn. Ayo, kita duduk dulu." katanya.

Mereka pun duduk di taman belakang, dibawah pohon mangga yang terawat dan lingkungan yang bersih. Evelyn melamun, membayangkan dirinya kembali memasak di toko dan itu pasti menyenangkan.

Saat terlalu tenggelam dalam lamunannya, Evelyn merasakan tangan kekar yang melingkar di tubuhnya. Nafas hangat menerpa kulit lehernya bersamaan dengan suara lembut yang menyapa telinganya, "aku pulang, sayang."

Evelyn menoleh. Dia menatap suaminya dengan kesal. "Kamu sudah berjanji membawaku ke toko, Vin!"

"Iya, maaf. Kita pergi sekarang, oke?" ujar pria itu dan Evelyn pun mengangguk.

"Besok saja, ini sudah sore dan sebentar lagi jam makan malam." kata Raya menegur.

Alvin menoleh pada mamanya lalu melihat istrinya yang cemberut. "Kami makan malam di luar saja,  ma," ujarnya.

Raya menggeleng dan tersenyum. "Baiklah." Dia akhirnya setuju.

Sementara Noe, anak itu melipat tangannya di depan dada dan melihat daddynya dengan kesal. "Noe tidak diajak?" tanyanya.

Alvin terkekeh dan menggeleng. "Di rumah saja ya, Nono. Kami akan pulang cepat"

Anak itu pun mengangguk meski merasa kesal. Raya membawanya masuk ke rumah, sementara Alvin dan Evelyn berjalan menuju parkiran.

Waktu kian berjalan. Pada pukul enam tiga puluh, Noe duduk sendiri di ruang santai. Dia bermain puzzle dan membangun istana. Neneknya sedang mandi sementara kakeknya malam ini terlambat pulang karena ada urusan.

Seorang pelayan perempuan berumur tiga puluhan berjalan membawa nampan yang berisi makanan dan jus jeruk. Dia berjalan menghampiri Noe sambil memperhatikan sekitar, melihat ke kiri dan ke kanan seolah memastikan tidak ada yang melihatnya.

"Selamat malam, tuan muda. Ini makan malamnya." kata pelayan itu dengan ramah.

"Nenek di mana? Noe mau makan sama nenek." tolak Noe. Anak itu bahkan tidak menoleh dan melihat pelayan itu yang sedang menelan saliva dan sedikit gemetar.

"Makanlah, tuan. Nyonya Raya memberitahu agar tuan makan lebih dahulu" katanya.

Noe pun menurut. Dia berhenti bermain dan menerima makanan itu. Noe mulai menyantap makanan itu dengan tenang sambil menonton. "Enak. Bibi pintar memasak" ujar Noe.

Pelayan itu mengangguk kaku dan menatap Noe. Dia memilin bajunya dengan gemetaran.

Noe pun menyelesaikan makannya tepat saat Raya datang. "Wah, kenapa tidak menunggu nenek?"

Pelayan itu semakin gemetaran. Dia melihat Noe yang cengengesan dan meletakkan sendoknya. Anak itu beralih mengambil jusnya.

Semakin gelas itu mendekat ke mulut Noe semakin gemetar pula tangan pelayan itu. Dia pun mendekat dan merampas gelas itu lalu membuangnya sampai gelas itu pecah.

Raya dan Noe yang terkejut melihat pelayan itu dengan kebingungan. Para pengawal pun datang menghampiri.
"Apa-apaan kamu ini?!" Bentak Raya menatap tajam pelayan itu.

--o0o--

Sementara itu Alvin dan Evelyn sedang berada di sebuah restoran. Alvin menatap istrinya dengan lembut. Wanita itu terlihat senang setelah berkunjung ke toko rotinya.

ABSQUATULATE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang