Absquatulate 30

6.8K 253 2
                                    

Evelyn mendengus kesal saat Alvin masih memeluknya dan tidak mau pulang. “Pulanglah, Vin!”

Alvin menggeleng dan mengeratkan pelukannya. “Bisakah aku bersama mu saja? Aku tidak mau pulang, rumah ku sangat sepi.” ucap Alvin.

“Ya sudah, ke rumah mama Raya dan papa Alex saja. Kamu tidak akan kesepian di sana,” kata Evelyn.

Alvin menggeleng cepat. “Tidak mau! Tidak mau!”

“Jadi sifat den Noe memang diwarisi oleh tuan Alvin.” gumam Mita, dia yang sedang membersihkan ruang santai itu pun langsung pamit pergi. Mita semakin senang lantaran daddy dari tuan kecil yang sangat dia sayangi itu masih hidup.

“Alvin!”

“Aku tidak mau!” Alvin mengeratkan pelukannya.

Noe tidak jadi memasukkan makanan ke mulutnya karena sikap daddy-nya itu, dia benar-benar kalah manja. Noe pun langsung memeluk mommynya dari sisi kiri. Ayolah, dia anak kecil yang pecemburu juga. Memang dirinya ingin Alvin menjadi daddy-nya, tapi kenapa daddy-nya selalu bermanja-manja? Dia pun ingin ikut seperti itu.

Evelyn menghela nafas. Di sebelah kanannya ada pria besar yang bergelayut manja, di sebelah kirinya ada anak kecil yang bergelayut manja juga. Dia langsung bersandar di sofa.

“Eh?” Kedua lelaki itu menatap Evelyn yang nampak sudah lelah.

“Kamu harus berkerja besok, Alvin. Kamu harus sekolah besok, Nono. Jika kalian tidur bersama, kalian hanya akan bermain dan bercerita sampai larut, alhasil kalian bangun kesiangan.” ucapnya.

“Kami tidak akan begadang!” ucap Noe dan Alvin mengangguk-angguk menimpali. Calon putranya itu nampak selalu berada di pihak nya.

“Mommy bilang tidak, artinya tidak!” Evelyn jengah dengan mereka.

Noe menatap mommynya dengan tatapan kecewa, begitupun Alvin yang terlihat tak kalah kecewa.

Ya, Tuhan. Kenapa aku harus terlibat dengan emosi mereka? Evelyn mendengus kesal dan akhirnya bangun. “Sekarang jam tujuh, kalian makan karena bi Mita sudah memasak. Aku tidak peduli, jam sembilan kalian harus sudah tidur. Tidak ada tv dan game, tidak ada cemilan juga!” Dia pun langsung pergi.

Dia berbalik saat mendengar suara telapak tangan yang menyatu, anaknya dan pria itu sedang beradu tos. Dia melotot. Mereka benar-benar dikirim untuk menghabiskan kesabaran ku!

Pukul sembilan, Evelyn memutuskan untuk memasuki kamar putranya. Dia membuka pintu dan mendengar suara tawa kecil. Dia melihat kasur dan menemukan kedua lelaki itu menutup diri di dalam selimut.

“Aku tahu kalian pura-pura tidur,” ucapnya.

Noe tertawa. “Kita ketahuan, dad.” Noe membuka selimut. Ternyata kedua lelaki itu sedang memakan keripik  seraya membaca buku cerita.

“Maaf, Lyn. Aku penasaran sekali dengan cerita-cerita anak. Semuanya berakhir bahagia, jujur itu menyenangkan.” ucap Alvin sembari tersenyum.

Evelyn pun menghampiri mereka dan ikut duduk di kasur. “Kalian sangat keras kepala. Selalu saja membantahku dan membuatku kesal,” ujar Evelyn seraya menumpuk buku itu.

“Yang ini jangan dulu, sayang. Kami belum membacanya,” kata Alvin. Dia mengambil buku dengan cover biru itu.

“Itu yang terakhir!” ucap Evelyn. Dia bangun dan menyusun kembali buku-buku itu. Evelyn beralih ke dapur untuk membawakan air, dia kembali dan memberikannya pada kedua lelaki itu.

Setelah mereka minum, Evelyn memutuskan menutup stoples itu dan meletakkannya di nakas. Lalau dia menoleh pada Noe yang sudah berbaring di lengan Alvin seraya ikut membaca buku itu.

Evelyn memutuskan untuk membersihkan remahan keripik itu agar mereka bisa tidur dengan tenang dan nyaman.

“Lyn?” Alvin menarik Evelyn sampai wanita itu menindih dadanya. Alvin menatap intens wajah wanita yang terkejut itu. “Mm? Berat badanmu turun, ya?” Alvin mengerutkan keningnya.

Evelyn dengan buru-buru bangun dari tubuh pria itu. Dia menghela nafas kasar dan melanjutkan kegiatannya.

Alvin menutup wajah Noe dengan buku yang dia pegang lalu beralih menarik Evelyn kembali.

“Mmh!” Evelyn menggigit bibirnya saat tangan pria itu meraba dadanya dengan lembut. Dia menepisnya dengan segera.

“Aku khawatir ukurannya berubah. Ternyata masih sama,” ucap Alvin sontak membuat Evelyn melotot.

“Sialan! Kamu memang brengsek!”

Alvin terkekeh gemas. “Tidak ada yang berubah, jadi kenapa kamu semakin ringan? Aku sudah pernah membahas tentang diet, kan? Aku tidak setuju, tubuh mu sudah sangat indah, sayang.”

Noe mengintip dan membuka buku itu. “Cie! Pacaran!” katanya menggoda mereka.

Evelyn melotot. “Noe!”

“Eits, anak kecil dilarang pacaran! Ini urusan daddy dan mommy.” ucap Alvin pada anak berpipi chubby itu.

Evelyn sudah muak. Dia hendak pergi, namun Alvin langsung menariknya hingga terbaring di kasur. “Kamu gila, ya?!”

“Noe, pindah ke samping mommy, dong." kata Alvin. Anak itu berbaring di samping Evelyn yang nampak kesulitan bergerak.

Alvin pun memiringkan tubuhnya. Dia mengangkat satu kakinya menindih wanita itu, lalu mendekapnya sekalian dengan Noe yang tersenyum gemas melihat wajah mommynya yang memerah.

“Tapi Noe tidak mau dipinggir, dad.” ucap Noe.

Alvin mengangguk. Noe pun akhirnya berpindah ke tengah, meski tangan Alvin masih mencoba menahan Evelyn agar tidak pergi.

Dia langsung mendekap keduanya.

“Lyn?”

Evelyn diam.

Alvin mengangkat kepalanya dan melihat Evelyn yang menatap langit-langit dengan mata berkaca-kaca menahan tangis. Dia tidak tega, namun tak ingin Evelyn pergi.

Berapa saat kemudian Noe mulai tertidur. Alvin bangun dan menatap Evelyn yang langsung memejamkan matanya. Dia berpindah posisi dan duduk di samping Evelyn.

Pria itu mengelus kepala Evelyn dengan lembut dan mencium keningnya. “Selamat tidur, sayang. Maaf membuatmu takut.” ucapnya.

Evelyn membuka matanya takut-takut. “Kamu pasti takut dengan tindakan ku. Aku tidak bermaksud menyakitimu, sungguh.” ucap pria itu lembut padanya.

“Baiklah, kamu tidur di kamar mu saja. Aku tidak mau kamu menatapku takut begini.” Alvin mengelus kepala wanita itu dan beralih ke sisi kanan ranjang Noe. Dia pun tidur di samping anak itu dan menatap Evelyn yang mulai bangun dan akhirnya pergi.

ABSQUATULATE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang