Absquatulate 46

4.4K 174 2
                                    

Evelyn berjalan memasuki kantor Alvin. Semua orang nampak menunduk hormat padanya, calon istri dari pemilik perusahaan itu.

Dia pun segera masuk ke ruangan Alvin.

“Eh? Evelyn ku!” Alvin tersenyum manis menyambut Evelyn. “Kemari, sayang.” Dia meraih wanita itu agar duduk di pangkuannya.

“Ada apa, sayang? Kamu nampak kesal.” kata Alvin.

Evelyn menghela nafas dan menyandarkan kepalanya di dada Alvin. “Noe berulah lagi. Karena kamu, sih! Bayangkan dia bertengkar dan memecahkan kaca kelasnya karena bermain bola.” adu Evelyn lantaran ini kali kedua anaknya mengacau hari ini.

Alvin tertawa gemas dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal. “Tapi kan itu sekolah kakeknya, Lyn.”

“Jangan manjakan Noe, Vin.” ujar Evelyn.

“Iya, sayang. Aku hanya meminta Noe melawan jika diganggu, mungkin ada yang mengganggunya, aku akan mengurus ini besok. Sekarang kita pulang dulu.” Alvin berusaha menenangkan Evelyn.

Alvin mencium kening Evelyn. “Sayang, kita akan menikah empat hari lagi. Kamu menginginkan sesuatu dari ku sebelum itu?” kata Alvin dengan lembut.

Evelyn mendongak dan menatap Alvin. “Jangan manja dan jangan memanjakan Noe.” ujar Elvyn.

Alvin mengangguk. “Aku tidak akan bermanja-manja lagi padamu jika Noe sudah punya adik.” ujar pria itu terlihat bersungguh-sungguh.

“Ya, sudah. Kita pulang sekarang.” Alvin pun menggandeng Evelyn keluar dari ruangannya.

Baru saja tiba di parkiran, mereka bertemu dengan teman-teman Alvin kecuali Arlo dan Daffa.

“Hay!” sapa mereka.

Evelyn mengangguk membalas mereka. Alvin sudah menjelaskan fakta bahwa Zea lah yang menjebaknya. Suatu hari Zea datang dan menangis di hadapannya untuk meminta maaf. Sekarang wanita itu hanya bisa menunduk jika melihatnya karena benar-benar menyesal.

“Nanti malam kalian ikut, kan Vin?” kata Jordan.

Alvin tidak menjawab namun menoleh pada Evelyn. Wanita itu tersenyum dan mengangguk pelan menjawabnya. “Ya, tapi hanya setengah acara saja.” jawab Alvin kemudian.

“Baguslah. Ngomong-ngomong, Elyn, kamu terlihat sangat cantik hari ini.” ujar Jean.

“Kamu ingin mati?” Lidya dan Natalia segera menegur pria itu.

“Kenapa? Aku hanya memuji, Elyn juga tidak masalah. Kan?” kata Jean menoleh pada Evelyn yang hanya tersenyum tipis.

Jangan tanyakan Alvin, dia hanya bisa menggandeng Evelyn dengan posesif seraya mengepalkan tangannya. Dia menahan emosinya agar bisa mengontrol semua perasaan itu dengan baik.

Evelyn yang menyadari jika Alvin sedang berusaha itu tersenyum lega. Dia juga menyadari bahwa mungkin pria itu akan meledak jika saja dirinya tidak di sana

“Sudah jelas, ibu dari anak ku memang sangat cantik. Jadi berhentilah merayu wanita yang akan menikah dan cari pasangan mu sendiri. Sampai jumpa!” Alvin membawa Evelyn dengan tenang.

“Yah, padahal mau mengajaknya untuk pesta bujang. Alvin terlalu pecemburu, sih!”

--o0o--

  Malam ini teman-teman Alvin nampak lengkap. Mereka mulai mengobrol dan berusaha mencairkan suasana sebaik mungkin.

Daffa dan Arlo sesekali menyelidik Evelyn dan Alvin. Meski keduanya tahu mereka saling mencintai, tapi kadang mereka ingin memastikan jika Evelyn tidak terpaksa sama sekali. Mereka cukup tahu bagaimana Alvin akan mendapatkan semua yang dia inginkan, dan mungkin saja pria itu memaksa Evelyn.

ABSQUATULATE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang