Absquatulate 25

7.3K 326 2
                                    

Alvin mengerutkan keningnya mendengar ucapan Mina malam ini. “Jadi Evelyn belum datang sejak makan siang? Bagaimana dengan Noe?”

“Aku yang menjemput Noe hari ini, pak. Aku juga sudah mengantarnya pulang ke rumah.” ujar Mina menjawab.

“Astaga. Kenapa dia belum pulang?” Alvin langsung menelpon Evelyn.

Dia berdecak kesal, dan kembali menelpon meski beberapa panggilan diabaikan.

Panggilannya diangkat.

“Lyn? Kamu dimana? Sudah jam berapa ini, hm? Aku akan menjemputmu.”

Jantung Alvin berdegup kencang saat mendengar lenguhan wanita itu. “Nghh? Alvin? Apa itu kamu?” kata Evelyn dari seberang. Suaranya terdengar lemas.

“Evelyn, kamu dimana? Aku akan menjemputmu!”

Evelyn di seberang sana melihat sekitar, lalu menempelkan ponsel itu ke telinganya. “Aku tidak tahu. Intan akan  dijemput suaminya, jemput aku juga!” Wanita itu mengucek matanya, kesadarannya nyaris hilang. Dia dipengaruhi oleh alkohol.

Alvin semakin khawatir, dia tahu wanita itu sendang mabuk. “Sayang, dengarkan aku.” ucapnya lembut.

“Mm?”

“Buka mata mu yang lebar, dan baca tulisan di sana.”

Evelyn menatap sekitar. “Grill B-best, nyam... nyam...” kata Evelyn.

Alvin yang mengerti mengangguk. Dia tidak ada waktu untuk terkesiap dengan sura imut wanita pujaannya itu. “Dengar Evelyn, jangan bicara pada siapapun. Mengerti, sayang?”

Tidak ada jawaban. Dia hanya mendengar suara benda jatuh dan ringisan wanita itu. Dia pun bergegas cepat, beruntung tempat itu tidak jauh.

Setibanya di tujuan, Alvin membuka pintu restoran bernuansa negara ginseng itu. Dia langsung mencari Evelyn di sekitar.

“Mmm!” Evelyn menggeleng dan memanyunkan bibirnya. Suara itu sontak membuat Alvin menoleh.

Pria itu menatap Evelyn yang sedang mencoba membaca buku menu dan menggeleng. Bibir ranumnya yang mengerucut menandakan jika dia sedang kesal.

“Aku tidak bisa membacanya, kenapa hurufnya bergerak-gerak?” katanya.

Alvin tersentak kaget saat seorang pria berdiri di sampingnya sambil menggeleng. Dia menoleh, ternyata pria itu adalah Bormeo.

“Bagaimana cara kita menjelaskan pada mereka jika alkohol bisa membawa mereka dalam masalah?” kata Bormeo.

Alvin terkekeh pelan. Bormeo adalah rekan bisnisnya, pria itu dikabarkan posesif pada istrinya. “Ya, tapi Evelyn ku sangat menggemaskan jika sedang mabuk.” balas Alvin seraya menatap Evelyn yang masih berusaha membaca buku menu itu. Sementara di sampingnya, ada Intan yang menyantap makanannya seraya mengobrol melantur pada Evelyn.

“Ya, pria seperti kita memang dijodohkan dengan wanita yang tepat. Semoga saja mereka tidak jenuh dengan sikap kita.” Bormeo melanjutkan langkahnya dan menghampiri istrinya. Alvin pun mengikuti.

“Apa yang ku katakan tentang alkohol, Intan?”

Intan menengadah dan menatap suaminya seraya tersenyum. “Jordan sudah pulang, by? Aku lupa menjemputnya.” kata wanita itu.

“Jangan pikirkan Jordan dulu, anak nakal itu sedang di rumah tantenya. Ayo pulang,” ucap Bormeo. Dia menggendong istrinya yang mulai komat-kamit menceritakan banyak hal.

“Kami lebih dulu, Vin. Calon istrimu bawa juga dengan cepat, aku tidak ingin menguji tingkat kecemburuan kita saat ini. Tapi kamu tahu apa yang akan terjadi jika kita terlambat, kan?” Bormeo pun langsung pergi. Ya, dia dan Alvin berteman sejak satu tahun yang lalu karena sebuah projek. Alvin juga diundang dalam pernikahan pria itu tahun lalu, namun Alvin tidak bisa datang.

Alvin pun beralih pada Evelyn yang masih sibuk dengan buku menu itu.

“Lyn?”

Evelyn menoleh. Dia menatap Alvin dan langsung menutup mulutnya. “Kamu mirip sekali dengan Alvin!” katanya.

Alvin tersenyum gemas. “Benarkah?”

Evelyn mengangguk berulangkali. Dia mendekatkan diri dan menatap Alvin dengan semangat. “Mata, hidung, bibir, dan rambut.” Dia kembali menatap netra pria itu setelah mengelus rambutnya. “Aromamu dengan Alvin juga sama.” ucapnya.

“Aku Alvin, Lyn. Aku adalah Alvin mu, sayang.” ujar Alvin lembut.

Evelyn kembali menutup mulutnya. “Alvin ku?”

Alvin mengangguk gemas.

“Mmm!” Evelyn menggeleng. “Alvinku sedang sibuk di luar negeri. Dia belum memberi kabar jika ingin pulang.” kata Evelyn menyanggah.

“Kamu menunggu kabar ku?” Alvin terdiam menatap sorot semangat wanita itu menjadi sendu.

“Mm!” Evelyn mengangguk mantap dan kembali tersenyum cerah.

“Ini aku Alvin mu, sayang. Ini aku.” ujar Alvin lembut.

Evelyn menajamkan tatapannya lalu tersenyum. “Benarkah? Kalau begitu peluk aku!” katanya seraya mengangkat kedua tangannya.

Alvin memeluknya dengan senyuman tulus.

Evelyn menepuk-nepuk punggung pria itu. “Benar, kamu adalah Alvin ku. Rasanya masih sama, meski kamu sudah pergi meninggalkan ku. Aroma mu juga tidak berubah.”

Alvin terdiam. Benar-benar semakin terpukul mendengarnya. “Aku tidak akan meninggalkan mu lagi, Lyn.”

Evelyn melepaskan pelukannya dan menatap pria itu. Dia memanyunkan bibirnya dan mulai menangis. “Kamu jahat!”

“Maaf Lyn, aku memang jahat. Maafkan aku.” Alvin kembali mendekapnya dengan erat sampai isakan itu mulai berhenti, wanita itu sudah tertidur.

ABSQUATULATE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang