💞
Mandala membayarkan belanjaan Zena hingga habis dua setengah juta rupiah. Aman damai, bagi Mandala ia bangga bisa belanjain Zena.
"Dala, coba warna yang ivory itu. Kemeja warna itu jarang dipake. Celananya kamu beli warna yang agak gelap tapi jangan hitam lagi." Jemari Zena mengarah ke manekin di depannya.
"Atur aja, aku manut."
"Ck, nggak gitu juga. Aku nggak suka, ya, kamu apa-apa iyain saranku. Protes dikit gitu, lho!" singut Zena.
"Kan bucin, jadi ya terserah cintaku aja." Mandala mengulum senyuman. Zena menatap marah.
"Yang harusnya jadi pemimpin siapa? Cewek apa cowoknya?" Zena berkacak pinggang.
"Oke ... oke ... aku yang ambil keputusan. Salah melulu dimata ibu negara. Ayo, aku mau beli lima kemeja baru. Warna apa lagi selain Ivory, Zen?"
Halahhh, tetap saja Zena yang maju juga. Untuk apa berdebat tadi? Heran sama mereka.
Belanja selesai, Mandala mengajak Zena keliling mal dahulu sebelum makan malam. Keduanya bergandengan tangan, tak sedetikpun Mandala melepaskan.
Zena memakai outfit santai andalannya. Kemeja dan celana jeans, alas kaki sandal teplek. Tak lupa tas selempang kecil yang dipakai menyilang di depan dadanya.
Tangan kanan memegang minuman dingin yang mereka beli di salah satu kedai kopi. Rambut Zena ia kuncir tinggi seperti gaya Ariana Grande saat awal muncul di publik. So cute dari usianya yang dua puluhan.
Mandala sesekali melirik, ia tau Zena wanita kekinian. Pintar dandan, memadupadankan pakaian, tanpa harus berlebihan. Itu nilai plus dari Zena.
"Dala, ke sana dulu, aku mau beliin buat Ghandy," ajaknya ke toko baju anak-anak.
Zena memilih beberapa kaos anak, ia kaget saat tau harga dua baju yang ditaksirnya. Duitnya hanya tujuh ratus ribu, jika beli baju itu sisa tiga ratus ribu.
"Makan aja, deh, yuk!" Zena mengubah arah. Mandala hanya mengikuti ajakan Zena. Bahkan soal makan, Zena bebas memilih. Jatuhlah di menu makanan serba dimsum. Zena enggan makan nasi malam itu.
"Mbak, yang paket dua orang bisa dapat apa aja? Ini bener free refil ocha dingin?" Zena menunjuk ke buku menu.
"Yang paket dua orang, untuk all you can eat dimsum, perorangnya seratus lima puluh ribu, benar free refil ocha dingin dan bonus cream shoup garlic bread untuk dua orang. Dimsumnya dengan piring warna biru ya, Kak," ujar pelayan menunjuk ke ban berjalan di samping kanan Zena. Mandala hanya diam menatap Zena. Sebenarnya ia tau kenapa Zena mengajaknya makan di sini, karena bisa makan banyak dan murah.
"Oke, yang itu aja. Makasih, ya, Mbak." Zena tersenyum puas.
"Sama-sama, selamat menikmati, Mbak, Mas. Permisi," pamit pelayan yang mencatat pilihan menu paket pilihan Zena.
"Kamu nggak mau makan yang lain? Kenapa dimsum?" Mandala meraih piring warna biru pertamanya. Dimsum hangat dengan jamur di atasnya. Satu piring isi 4 pcs.
Pilihan saos tersaji di atas meja dengan botol-botol kecil. Dua gelas ocha dingin diantar pelayan juga dua cream soup garlic breadnya.
"Aku suka. Nggak boleh emangnya?" Sahutnya santai.
"Boleh, cuma aku tau alasan kamu apa. Kamu takut makan di tempat lain cuma mahal doang tapi nggak bikin kenyang, kan? Aku inget kamu kalau makan banyak tapi nggak gembul-gembul," goda Mandala.
"Tuh, tau. Kadang, walau kita punya uang banyak, bukan berarti bisa gaya makan di tempat-tempat keren tapi porsi dikit. Ujung-ujungnya kelaperan lagi. Nggak, deh, aku nggak mau."
![](https://img.wattpad.com/cover/361777333-288-k41600.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Terjebak Mantan Belagu! ✔ (TAMAT)
Romantik☆Lanjutan Single Father & Love, Zano☆ _________ Meneruskan bekerja di perusahaan papanya, Zena seperti terjebak dalam cangkang. Akan tetapi ia tak mau membuat papanya kecewa karena perusahaan turun temurun. Tetapi apes menimpanya saat laporan keuan...