💞
Mandala tak henti-hentinya senyam senyum sendiri setelah pulang dari kondangan temannya dan nama baiknya pun secara instan bersih!
Tak akan ada lagi yang menjulukinya si cupu. Well done, Zena, jujur itu enak, kan. Nggak perlu gedein gengsi.
Senin pagi terasa ceria, mendadak sejak senin malam Zena mengangkut kompor portable Dipa dari gudang yang menggunakan gas kaleng. Tak lupa teflon, panci kecil, talenan, gelas-gelas, sutil kayu, spatula anti meleleh, serta beberapa food container mini dan kotak bekal.
"Masih jam setengah lima, oke, keburu, lah." Setelah menguncir cepol rambutnya, Zena mencuci tangan. Ia mengeluarkan dada ayam fillet yang sudah dimarinasi semalam lantas diletakkan di kulkas kecil. Selanjutnya memasak nasi yang rencananya ia mau membuat nasi goreng. Tumbeeennn, biasanya tinggal makan aja.
Terpikir olehnya jika tak masalah ia membawa bekal makan siang untuk di kantor. Selain irit, sekarang kan ada Mandala. Pacar masa lalu tetapi dengan lembaran baru.
Setengah jam sudah Zena fokus memasak. Pintu pagar terbuka, ia segera mengintip dari jendela. Senyumnya merekah lebar. Ia buka pintu menyambut Dipa berjalan sambil membawa keranjang belanjaan anyaman khas ibu-ibu jaman dulu.
"Asikkk, Papa peduli sama anak yang dicuekin nih, sekarang," sindir Zena. Dipa hanya tersenyum sinis sambil melirik tapi tak lupa mencium pelipis Zena.
"Papa dari pasar subuh sama Pak Iman, males nyetir sendiri. Nih, buat stok kamu selama Papa, Ibu dan Zaver liburan. Udah Papa bersihin tadi di rumah. Muat kan kulkasnya." Dipa mengeluarkan berkotak-kotak food container bening.
Isinya ayam potong, cumi basah, ikan fillet, ikan kembung yang sudah dibumbui, daging sapi berbagai jenis, fillet dada ayam yang dimarinasi pakai bumbu banyak rupa alias teriyaki, bulgogi, bawang putih lada hitam, saus tiram. Yahhh, namanya Dipa, semua udah siap.
"Beras ambil di rumah, tadi Papa beli yang 10 kilo buat kamu." Dipa menata ke dalam kulkas, tapi mulutnya terus ngoceh saat Zena mengaduk nasi goreng. "Mandala kamu buatin bekel?" Dipa berdiri, tangannya menutup pintu kulkas lantas ia bersandar menatap putrinya memasak.
"Yup!" jawabnya semangat.
"Yang enak kalau masak. Jangan malu-maluin, Papa!" tegas Dipa.
"Yaampun, Paaa ... bawel banget, nggak fokus, nih!" balas Zena tak kalah tegas. Dipa berdecak. Ia beralih ke ranjang tidur. Segera saja dirapikan, bantal, guling, selimut Dipa rapikan serapi mungkin.
"Zen, jangan nggak makan sayur, belanja sayurnya dadakan aja. Jangan beli sayur instan, kamu doyan banget beli salad buah yang tinggal makan di supermarket. Jorok. Emang kamu yakin mereka cucinya bersih? Mending kamu beli sendiri, cuci sendiri, beli dressing yang biasa merekn Papa pake, jangan beli cuka merek lain, kamu nanti diare sama muntah-muntah. Minyak wijen beli yang gambar panda, saos tiram yang--"
"Papaaaa, hadohhh ... iya, Pa, iya ... dari pada beli, Zena angkut dari gudang stok di rumah Papa aja gimana?" Zena mematikan kompor. Semua sudah siap. Nasi goreng dan dada ayam panggang sebagai bekal makan siang.
"Nggak! Enak aja. Papa sengaja kasih tau biar kamu belajar. Biar kamu bisa atur juga keungan kamu belanja bulanan. Papa udah sedekah buat kamu, cek rekening. Udah, ya, Papa pulang. Pesawat jam setengah delapan ke Malang. Mau oleh-oleh apa? Eh... nggak usah, deh, repot bawanya," lantas Dipa tergelak. Zena manyun-manyun.
Dipa memeluk Zena erat. "Jaga diri, jaga rumah Papa juga. Kalau ada apa-apa telepon Papa atau Ibu, tapi setelah minta tolong Mas Zano sama Rere dulu. Jangan kebablasan pacaran atau Papa coret permanen kamu dari KK."
KAMU SEDANG MEMBACA
Terjebak Mantan Belagu! ✔ (TAMAT)
Romance☆Lanjutan Single Father & Love, Zano☆ _________ Meneruskan bekerja di perusahaan papanya, Zena seperti terjebak dalam cangkang. Akan tetapi ia tak mau membuat papanya kecewa karena perusahaan turun temurun. Tetapi apes menimpanya saat laporan keuan...