Hanna si nyinyir

1K 143 5
                                    

💞

Satu kantor dengan mantan ada yang bilang bagaikan dilema, ada juga yang biasa saja. Dilemanya kenapa? Jelas saja seperti Zena yang menggantungkan niatan Mandala yang mau coba meraih hati wanita itu lagi.

Sejak pagi hari Zena sibuk pergi keluar kantor karena harus membeli kebutuhan rumah tangga perusahaan juga mengontrol lima unit mobil kantor yang masuk bengkel karena perawatan rutin.

Ia tak mau Papanya keluar dana lagi untuk membeli mobil operasional baru karena pemakaian juga perawatan berkala terlalu sembrono.

"Zena masih di jalan, Pa, Papa makan duluan aja. Zena mau ke toko kertas. Stok di ruang ATK udah tipis, habis ini ke bengkel ngecek mobil-mobil, lanjut ke tempat hiasan lampu. Papa requesnya banyak, sih! Segala mau suasana kantor diubah sedikit, mau ngikutin kantor google!" omel Zena saat menyetir sendiri dengan mobil kantor lainnya yang sedang tidak dipakai.

"Ya emang! Sewot amat kamu. Papa mau semua karyawan nyaman kerja, prestasi meningkat. Masa iya gaji dan tunjangan besar tapi kerja segitu-gitu aja. Inget Zen, kita mau merambah bisnis baru, perusahaan harus punya usaha lain biar tetap bisa bergerak. Jangan cuma mikirin tambang."

Zena menghela napas, ia memakai earphone wireless saat bicara dengan Papanya sambil mengemudi. Bagus di depan sedikit macet, jadi Zena bisa fokus ngobrol.

"Apa lagi, sih, Pa ... kita udah ada bisnis lain. Papa maruk banget!" Omelan berlanjut. Zena melihat jalanan di depannya rapat tak bergerak. Ia heran, jam sebelas siang kok macet sekali.

"Bukan maruk, Zena, Papa mau buka lapangan pekerjaan seluas mungkin. Lulusan sekolah tinggi di negara kita banyak, tapi peluang kerja sempit. Kita punya dana, apa salahnya?"

Ya tidak salah, hanya saja Zena yang akan ikut repot. Brian dan Rino sudah fokus di bisnis lain dengan bendera utama perusahaan Dipa yang sedang membuat bioskop baru di beberapa mal kota besar.

Konsep yang dibuat Dipa tentang bioskop juga unik. Ia akan menggratiskan anak-anak dari yayasan panti asuhan, anak yatim, anak-anak yang jarang atau bahkan belum pernah nonton film di bioskop secara gratis!

Strategi yang dibuat Dipa disambut hangat insan perfilman anak-anak karena karya mereka sedikit, tak jarang susah masuk bioskop karena penontonnya sedikit.

Tak masalah bagi Dipa menggratiskan tetapi ia akan bayar ke rumah produksi secara normal dan penuh.

"Terus, bisnis apa lagi, dong, Pa ...." Zena menatap sekitar jalanan yang masih macet.

"Supermarket dan minimarket."

Apa lagi iniii, itu tak mudah. Bagi Zena membangun dua usaha itu butuh fokus.

"Mas Zano nanti yang Papa minta terlibat. Bukan kamu si tukang protes!" omel Dipa hingga membuat Zena mencibir kesal. "Cuma urusan hubungi supplier, distributor, pabrik besar ya kamu, lah," lantas Dipa tertawa.

"Zena mau nego gaji!" ujarnya tegas.

"Boleh, nggak masalah. Asal kamu bisa buktikan, setelah satu supermarket besar berdiri juga dua puluh mini market lain diresmikan, dan Papa awasi kinerja kamu tiga bulan, baru kamu bisa nego gaji."

Luar biasa Dipa menggembleng anaknya sendiri. Zena bergumam tanpa dipedulikan Dipa.

Perlahan mobil melaju pelan, ternyata ada mobil mogok di tengah jalan. Zena terlambat setengah jam dari jadwal awal yang ia susun.

Ia berdiri mengantri guna memesan menu makan siangnya. Rasanya segar makan udon pedas. Jadilah ia memesan paket udon komplit dengan tiga tempura udang juga chicken katsu. Untuk minumnya cukup teh ocha panas.

Terjebak Mantan Belagu! ✔ (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang